Kisah Bariati, 22 Tahun Mengabdi Hingga Juara Bertahan Guru SMA Berprestasi
20 January 2022 |
13:40 WIB
Guru sangat berperan dalam memajukan negara dalam hal pendidikan. Tanpa peran seorang guru, tidak akan ada seorang pemimpin yang bijaksana.Menjadi guru merupakan tanggung jawab yang besar. Masa depan para penerus bangsa ada di tangan mereka.
Namun dalam mendidik para siswa, tak jarang para guru menghadapi banyak tantangan. Kondisi ini mendorong mereka berpikir kreatif dan inovatif dalam menemukan metode pembelajaran yang efektif, efisien, dan asyik bagi anak didiknya.
Seperti halnya, Guru Matematika SMA Negeri 1 Bireuen, Bariati, 47 tahun. Meski menjadi guru mata pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan murid, metode pembelajaran yang ditawarkan Bariati, mampu membuat siswa dan siswi yang diajarkan menyenangi mata pelajaran tersebut.
"Saya mengajar tidak menekan, siswa belajar matematika serasa belajar seni kalau sama saya," kata Bariati, kepada penulis, Senin, 29 November 2021.
Bariati lahir di Bireuen, 29 Mei 1974, dan memulai karir pendidikannya pada tahun 1999. Saat itu, dirinya masih berusia 25 tahun dan belum wisuda untuk pendidikan sarjana. Namun, kepala sekolah (Kepsek) SMA N 1 Bireuen waktu itu, meminta dirinya mengajar. Tanpa pikir panjang, tantangan itu diterima Bariati dengan senang hati.
"Alasan diminta mengajar karena SMA N 1 Bireuen kekurangan guru Matematika. Saat itu di tes selama tiga bulan. Ternyata setelah di tes ditanyakan ke siswa, ternyata siswa saat itu menerima saya untuk mengajar di sana," tutur Bariati yang juga tutor nasional.
Karirnya sebagai guru tidak mudah, dari tahun 1999 sampai tahun 2002 statusnya masih sebagai guru honor. Kemudian, tahun 2003 sampai 2005 sudah mendapatkan kontrak pusat. Hingga akhirnya setelah tujuh tahun mengabdi, pada tahun 2006, Bariati diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kesabaran dan keikhlasan dalam mengajar menjadi modal utama dirinya.
Bariati bercerita, pertama sekali mengajar dirinya hanya dibayar Rp30.000 perbulan. Kemudian saat diangkat jadi guru kontrak pusat tahun 2003 hanya dibayar Rp450.000. Baru setelah diangkat jadi PNS, upah yang diterima sudah sama dengan pegawai lainnya.
Materi bukan penghalang baginya untuk terus berbakti, hal itu dibuktikan dengan kemampuannya dalam mengajar, sehingga membuat siswa meminta dirinya untuk membuka kelas kursus matematika. Dari situlah ekonomi Bariati sedikit terbantu di tahun awal-awal dirinya mengajar.
"Namun saat diangkat jadi PNS, sudah dengan gaji pegawai negeri. Saat itu, kesulitan ekonomi teratasi dengan kursus. Siswa mencari guru untuk datang kerumah dan dibayar. Jadi saya sangat bersyukur saat itu," imbuh Bariati.
Bariati merupakan lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Matematika USK. Ia wisuda pada tahun 2000, setelah setahun mengajar di SMA N 1 Bireuen.
Bariati bercerita, pertama sekali mengajar ia ditugaskan mengajar di kelas X SMA N 1 Bireuen. Dari situlah awal mula Bariati mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Menururtnya, siswa pertamanya waktu itu sangat aktif dan mampu membangkitkan semangatnya dalam mengajar.
"Saya mulai mendapatkan chemistry mengajar di kelas X.3. Siswa di kelas itu sangat aktif. Sehingga saya dapat banyak ilmu saat mengajar," ungkap Bariati.
Karena memiliki metode pembelajaran yang disenangi oleh siswa, karir Bariati sebagai guru matematika terus membaik. Hingga setahun setelah itu, ia dipercaya mengajar di kelas XI hingga XII. Bariati tidak pernah menganggap siswa sebagai anak murid, melainkan sebagai anaknya sendiri. Hal itulah yang membuatnya dekat dengan siswa dan disenangi.
Bariati menyampaikan yang paling berkesan baginya selama mengajar adalah, saat menjadi wali kelas XII IPS B leting 2014. Itu menjadi tantangan terbesar bagi dirinya. "Alhamdulillah sekarang siswa di kelas itu kebanyakan sudah sukses. Saya membimbing mereka dengan penuh kesabaran," tambah Bariati.
Kendati demikian, Bariati berhasil mendapat gelar juara guru SMA berprestasi tingkat Kabupaten Bireuen. Dia tercatat telah berhasil mendapatkan tiga kali penghargaan guru berprestasi tingkat kabupaten, yaitu 2018, 2020 dan 2021.
Dalam pemilihan guru berprestasi, peserta harus melalui berbagai tahapan penilaian yang ketat dan terukur. Penilaian akan dilakukan terhadap naskah, video, dan presentasi praktik baik (good practice) yang memenuhi kriteria pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT), merdeka belajar dan loss learning.
Selain itu peserta juga akan melalui tahapan wawancara untuk menggali lima kompetensi guru dan wawancara terhadap praktik baik yang telah dilakukan. Hal penting lainnya, penentuan pemenang juga didasarkan pada penilaian karakter dan kepribadian yang mantap.
Bariati mengatakan hal dasar yang dipersiapkan saat mengikuti pemilihan guru berprestasi adalah menyiapkan karya tulis tentang apa yang dialami oleh siswa selama dirinya mengajar. Membuat video cara mengatasi belajar saat pandemi dan bagaimana anak-anak menerapkan schoology belajar selama pandemi.
Begitu juga dengan Bariati, mengikuti pemilihan guru berprestasi tingkat Provinsi Aceh. Dia mempresentasikan video yang mengulas tentang metode pembelajaran schoology.
Dalam video berdurasi 6 menit 59 detik itu, Bariati menjelaskan tentang bagaimana proses pembelajaran dengan mengkombinasikan kegiatan tatap muka dan e-learning. Salah satunya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Blended Learning.
Untuk menjadi guru yang berprestasi, kata Bariati, seorang guru harus mau memahami siswanya. Jadilah guru yang memang menganggap siswa anak sendiri. Bukan anak didik. Guru juga harus terus berkarya, sehingga siswa mendapatkan bekal yang mumpuni.
"Kalau guru hebat, siswa akan kejar guru tersebut. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling tidak disukai siswa tapi dengan cara mengajar yang asyik, siswa jadi menarik matematika. Belajar jangan mengikat," tegas Bariati.
Selama ini, Bariati tidak mengalami kendala yang berarti saat mengajar seiring perkembangan teknologi yang pesat. Karena, Bariati sering mengikuti pelatihan-pelatihan. Pada tahun 2016, Bariati terpilih sebagai Instruktur Nasional (IN) dan pada tahun 2019 terpilih menjadi guru inti.
Bariati berharap para guru agar tetap semangat dalam mengajar, walaupun masa pandemi, guru harus tetap berinovasi dan kreatif untuk memajukan siswa yang ada di setiap kabupaten di Aceh.
"Baik guru honor, guru kontrak maupun guru PNS. Kita semua sama dalam hal mengajar. Berikan yang terbaik, maka hal baik akan menyusul kepada pribadi kita," ujar Bariati.
Sebab, lanjutnya, apabila guru tersebut berprestasi, maka mereka akan mendapatkan kemulian di sisi Allah SWT. Kemudian, mengajar juga harus diikuti dengan rasa keikhlasan. Allah akan membalas karena mengajar adalah pekerjaan paling mulia.
Namun dalam mendidik para siswa, tak jarang para guru menghadapi banyak tantangan. Kondisi ini mendorong mereka berpikir kreatif dan inovatif dalam menemukan metode pembelajaran yang efektif, efisien, dan asyik bagi anak didiknya.
Seperti halnya, Guru Matematika SMA Negeri 1 Bireuen, Bariati, 47 tahun. Meski menjadi guru mata pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan murid, metode pembelajaran yang ditawarkan Bariati, mampu membuat siswa dan siswi yang diajarkan menyenangi mata pelajaran tersebut.
"Saya mengajar tidak menekan, siswa belajar matematika serasa belajar seni kalau sama saya," kata Bariati, kepada penulis, Senin, 29 November 2021.
22 Tahun Mengabdi di SMA Negeri 1 Bireuen
Guru Bariati (Sumber gambar: DokPri)
Bariati lahir di Bireuen, 29 Mei 1974, dan memulai karir pendidikannya pada tahun 1999. Saat itu, dirinya masih berusia 25 tahun dan belum wisuda untuk pendidikan sarjana. Namun, kepala sekolah (Kepsek) SMA N 1 Bireuen waktu itu, meminta dirinya mengajar. Tanpa pikir panjang, tantangan itu diterima Bariati dengan senang hati.
"Alasan diminta mengajar karena SMA N 1 Bireuen kekurangan guru Matematika. Saat itu di tes selama tiga bulan. Ternyata setelah di tes ditanyakan ke siswa, ternyata siswa saat itu menerima saya untuk mengajar di sana," tutur Bariati yang juga tutor nasional.
Karirnya sebagai guru tidak mudah, dari tahun 1999 sampai tahun 2002 statusnya masih sebagai guru honor. Kemudian, tahun 2003 sampai 2005 sudah mendapatkan kontrak pusat. Hingga akhirnya setelah tujuh tahun mengabdi, pada tahun 2006, Bariati diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kesabaran dan keikhlasan dalam mengajar menjadi modal utama dirinya.
Bariati bercerita, pertama sekali mengajar dirinya hanya dibayar Rp30.000 perbulan. Kemudian saat diangkat jadi guru kontrak pusat tahun 2003 hanya dibayar Rp450.000. Baru setelah diangkat jadi PNS, upah yang diterima sudah sama dengan pegawai lainnya.
Materi bukan penghalang baginya untuk terus berbakti, hal itu dibuktikan dengan kemampuannya dalam mengajar, sehingga membuat siswa meminta dirinya untuk membuka kelas kursus matematika. Dari situlah ekonomi Bariati sedikit terbantu di tahun awal-awal dirinya mengajar.
"Namun saat diangkat jadi PNS, sudah dengan gaji pegawai negeri. Saat itu, kesulitan ekonomi teratasi dengan kursus. Siswa mencari guru untuk datang kerumah dan dibayar. Jadi saya sangat bersyukur saat itu," imbuh Bariati.
Bariati merupakan lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Matematika USK. Ia wisuda pada tahun 2000, setelah setahun mengajar di SMA N 1 Bireuen.
Bariati bercerita, pertama sekali mengajar ia ditugaskan mengajar di kelas X SMA N 1 Bireuen. Dari situlah awal mula Bariati mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Menururtnya, siswa pertamanya waktu itu sangat aktif dan mampu membangkitkan semangatnya dalam mengajar.
"Saya mulai mendapatkan chemistry mengajar di kelas X.3. Siswa di kelas itu sangat aktif. Sehingga saya dapat banyak ilmu saat mengajar," ungkap Bariati.
Karena memiliki metode pembelajaran yang disenangi oleh siswa, karir Bariati sebagai guru matematika terus membaik. Hingga setahun setelah itu, ia dipercaya mengajar di kelas XI hingga XII. Bariati tidak pernah menganggap siswa sebagai anak murid, melainkan sebagai anaknya sendiri. Hal itulah yang membuatnya dekat dengan siswa dan disenangi.
Bariati menyampaikan yang paling berkesan baginya selama mengajar adalah, saat menjadi wali kelas XII IPS B leting 2014. Itu menjadi tantangan terbesar bagi dirinya. "Alhamdulillah sekarang siswa di kelas itu kebanyakan sudah sukses. Saya membimbing mereka dengan penuh kesabaran," tambah Bariati.
Juara Bertahan Guru SMA Berprestasi
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Aceh telah mengumumkan juara guru SMA dan SMK yang berprestasi tingkat Provinsi Aceh tahun 2021. Namun, dalam pemilihan yang diikuti 19 guru SMA dan 14 guru SMK itu, Bariati hanya mampu masuk 8 besar.Kendati demikian, Bariati berhasil mendapat gelar juara guru SMA berprestasi tingkat Kabupaten Bireuen. Dia tercatat telah berhasil mendapatkan tiga kali penghargaan guru berprestasi tingkat kabupaten, yaitu 2018, 2020 dan 2021.
Dalam pemilihan guru berprestasi, peserta harus melalui berbagai tahapan penilaian yang ketat dan terukur. Penilaian akan dilakukan terhadap naskah, video, dan presentasi praktik baik (good practice) yang memenuhi kriteria pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT), merdeka belajar dan loss learning.
Selain itu peserta juga akan melalui tahapan wawancara untuk menggali lima kompetensi guru dan wawancara terhadap praktik baik yang telah dilakukan. Hal penting lainnya, penentuan pemenang juga didasarkan pada penilaian karakter dan kepribadian yang mantap.
Bariati mengatakan hal dasar yang dipersiapkan saat mengikuti pemilihan guru berprestasi adalah menyiapkan karya tulis tentang apa yang dialami oleh siswa selama dirinya mengajar. Membuat video cara mengatasi belajar saat pandemi dan bagaimana anak-anak menerapkan schoology belajar selama pandemi.
Begitu juga dengan Bariati, mengikuti pemilihan guru berprestasi tingkat Provinsi Aceh. Dia mempresentasikan video yang mengulas tentang metode pembelajaran schoology.
Dalam video berdurasi 6 menit 59 detik itu, Bariati menjelaskan tentang bagaimana proses pembelajaran dengan mengkombinasikan kegiatan tatap muka dan e-learning. Salah satunya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Blended Learning.
Untuk menjadi guru yang berprestasi, kata Bariati, seorang guru harus mau memahami siswanya. Jadilah guru yang memang menganggap siswa anak sendiri. Bukan anak didik. Guru juga harus terus berkarya, sehingga siswa mendapatkan bekal yang mumpuni.
"Kalau guru hebat, siswa akan kejar guru tersebut. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling tidak disukai siswa tapi dengan cara mengajar yang asyik, siswa jadi menarik matematika. Belajar jangan mengikat," tegas Bariati.
Selama ini, Bariati tidak mengalami kendala yang berarti saat mengajar seiring perkembangan teknologi yang pesat. Karena, Bariati sering mengikuti pelatihan-pelatihan. Pada tahun 2016, Bariati terpilih sebagai Instruktur Nasional (IN) dan pada tahun 2019 terpilih menjadi guru inti.
Bariati berharap para guru agar tetap semangat dalam mengajar, walaupun masa pandemi, guru harus tetap berinovasi dan kreatif untuk memajukan siswa yang ada di setiap kabupaten di Aceh.
"Baik guru honor, guru kontrak maupun guru PNS. Kita semua sama dalam hal mengajar. Berikan yang terbaik, maka hal baik akan menyusul kepada pribadi kita," ujar Bariati.
Sebab, lanjutnya, apabila guru tersebut berprestasi, maka mereka akan mendapatkan kemulian di sisi Allah SWT. Kemudian, mengajar juga harus diikuti dengan rasa keikhlasan. Allah akan membalas karena mengajar adalah pekerjaan paling mulia.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.