Simak Kiat Hindari Jeratan Pinjol dengan Gaya Hidup Frugal Living
27 October 2023 |
22:00 WIB
Hidup dalam kesederhanaan di tengah arus gaya hidup modern memang berat. Terlebih saat ini mayoritas masyarakat urban juga dituntut untuk mengejar standar hidup tertentu yang bagi kaum pekerja sangat menantang untuk dijalankan.
Tak hanya itu, godaan terbesar dari para pekerja muda adalah serangan konsumerisme untuk membeli berbagai macam hal yang disediakan pasar. Hal inilah yang membuat keputusan belanja tidak lagi didasarkan dari kebutuhan tapi keinginan.
Baca juga: Survei Perilaku Konsumtif Masyarakat Indonesia, 41% Gunakan Pinjol untuk Kebutuhan Rumah Tangga & Modal Usaha
Keadaan inilah yang akhirnya cenderung membuat masyarakat cenderung ingin terlihat sebagai crazy rich dan hidip hedon meski tidak sepadan sesuai kondisi kantong. Alhasil, mereka pun mengambil keputusan untuk berhutang lewat metode yang saat ini marak, yakni pinjol.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga April 2023, sekitar 2,38 juta akun pinjol yang berdomisili di DKI Jakarta, tercatat memiliki utang yang angkanya mencapai Rp10,35 triliun.
Sementara itu, tingkat wanprestasi alias kelalaian membayar dari jatuh tempo yang disepakati, meningkat dari 2,79 persen menjadi 2,94 persen. Di posisi puncak, ada Jawa Barat dengan total Rp13,57 triliun dari 4,6 juta akun pengguna, dengan TWP mencapai 3,4 persen.
Melihat kondisi tersebut, Meta Lakhsmi PD, Head Investment Communications Allianz Indonesia mengatakan bahwa masyarakat perlu menyadari bahaya besar terkait pinjol. Dia menjelaskan saat seseorang terjerat atau terjadi gagal bayar pinjol, sebenarnya risiko yang besar sudah menanti di depan mereka.
Beberapa contohnya adalah memberatkan tujuan finansial keluarga atau penolakan pengajuan KPR. Selain itu, apabila sang peminjam baru memasuki usia produktif, dia juga bisa kesulitan mendapatkan beasiswa atau mengakibatkan kendala pada saat proses recruitment pencarian kerja.
"Hal ini karena sering kali perusahaan menghindari karyawan baru yang terlibat gagal bayar hutang. Bahkan untuk beberapa kasus anggota keluarga juga bisa terkena imbasnya contoh ikut dikejar-kejar penagih hutang,” katanya.
Sementara itu praktisi frugal living Samuel Ray mengatakan, gaya hidup hemat bisa menjadi salah satu cara untuk membendung seseorang terjerat pinjol. Selain itu, lewat pola tersebut seseorang bisa mencermati pengeluaran sehingga barang-barang yang dibeli benar-benar sesuatu yang dibutuhkan dan memiliki value.
Pria yang akrab disapa dengan Ko Sam itu menjelaskan bahwa inti dari frugal living selain memilih prioritas termasuk juga melakukan budgeting. Hal inilah akhirnya yang membuat seseorang bakal memiliki pos keuangan yang jelas untuk setiap hal yang mereka prioritaskan.
Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami piramida keuangan. Yaitu memprioritaskan terlebih dahulu biaya hidup sehari-hari, dana darurat, asuransi, dan investasi. Setelah menghitung semua pos-pos tersebut seseorang bisa menyisihkan uang untuk kebutuhan tersier.
Dari kebiasan yang dilakukan secara bertahap itulah pola frugal living akhirnya akan mudah dijalankan atau tidak sekadar ikut tren atau pergaulan. Tak hanya itu, para pekerja juga harus bisa memilih apa yang menjadi prioritas utama bagi kehidupan mereka di masa depan.
"Prinsip yang paling penting dari frugal living adalah bagaimana kita bisa menentukan prioritas, menaikkan pendapatan, hidup sederhana dan cermat terhadap pengeluaran lalu investasikan sisanya.” jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tak hanya itu, godaan terbesar dari para pekerja muda adalah serangan konsumerisme untuk membeli berbagai macam hal yang disediakan pasar. Hal inilah yang membuat keputusan belanja tidak lagi didasarkan dari kebutuhan tapi keinginan.
Baca juga: Survei Perilaku Konsumtif Masyarakat Indonesia, 41% Gunakan Pinjol untuk Kebutuhan Rumah Tangga & Modal Usaha
Keadaan inilah yang akhirnya cenderung membuat masyarakat cenderung ingin terlihat sebagai crazy rich dan hidip hedon meski tidak sepadan sesuai kondisi kantong. Alhasil, mereka pun mengambil keputusan untuk berhutang lewat metode yang saat ini marak, yakni pinjol.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga April 2023, sekitar 2,38 juta akun pinjol yang berdomisili di DKI Jakarta, tercatat memiliki utang yang angkanya mencapai Rp10,35 triliun.
Sementara itu, tingkat wanprestasi alias kelalaian membayar dari jatuh tempo yang disepakati, meningkat dari 2,79 persen menjadi 2,94 persen. Di posisi puncak, ada Jawa Barat dengan total Rp13,57 triliun dari 4,6 juta akun pengguna, dengan TWP mencapai 3,4 persen.
Melihat kondisi tersebut, Meta Lakhsmi PD, Head Investment Communications Allianz Indonesia mengatakan bahwa masyarakat perlu menyadari bahaya besar terkait pinjol. Dia menjelaskan saat seseorang terjerat atau terjadi gagal bayar pinjol, sebenarnya risiko yang besar sudah menanti di depan mereka.
Beberapa contohnya adalah memberatkan tujuan finansial keluarga atau penolakan pengajuan KPR. Selain itu, apabila sang peminjam baru memasuki usia produktif, dia juga bisa kesulitan mendapatkan beasiswa atau mengakibatkan kendala pada saat proses recruitment pencarian kerja.
"Hal ini karena sering kali perusahaan menghindari karyawan baru yang terlibat gagal bayar hutang. Bahkan untuk beberapa kasus anggota keluarga juga bisa terkena imbasnya contoh ikut dikejar-kejar penagih hutang,” katanya.
Sementara itu praktisi frugal living Samuel Ray mengatakan, gaya hidup hemat bisa menjadi salah satu cara untuk membendung seseorang terjerat pinjol. Selain itu, lewat pola tersebut seseorang bisa mencermati pengeluaran sehingga barang-barang yang dibeli benar-benar sesuatu yang dibutuhkan dan memiliki value.
Pria yang akrab disapa dengan Ko Sam itu menjelaskan bahwa inti dari frugal living selain memilih prioritas termasuk juga melakukan budgeting. Hal inilah akhirnya yang membuat seseorang bakal memiliki pos keuangan yang jelas untuk setiap hal yang mereka prioritaskan.
Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami piramida keuangan. Yaitu memprioritaskan terlebih dahulu biaya hidup sehari-hari, dana darurat, asuransi, dan investasi. Setelah menghitung semua pos-pos tersebut seseorang bisa menyisihkan uang untuk kebutuhan tersier.
Dari kebiasan yang dilakukan secara bertahap itulah pola frugal living akhirnya akan mudah dijalankan atau tidak sekadar ikut tren atau pergaulan. Tak hanya itu, para pekerja juga harus bisa memilih apa yang menjadi prioritas utama bagi kehidupan mereka di masa depan.
"Prinsip yang paling penting dari frugal living adalah bagaimana kita bisa menentukan prioritas, menaikkan pendapatan, hidup sederhana dan cermat terhadap pengeluaran lalu investasikan sisanya.” jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.