Orang Tua jangan Khawatir, Begini Cara Guru Tuntun Siswa Beradaptasi di Sekolah
17 July 2023 |
12:00 WIB
Selain orang tua, guru memiliki peran penting dalam adaptasi siswa di lingkungan sekolah. Mereka harus menyusun siasat agar anak-anak tersebut merasa nyaman untuk mengikuti pelajaran di sekolah hingga berinteraksi dengan teman sebaya, kakak kelas, hingga para guru.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengatakan biasanya para siswa/i, terutama yang baru beralih dari Taman Kanak-kanak (TK) ke jenjang Sekolah Dasar (SD) masih malu-malu dengan teman dan para gurunya.
Dengan adanya situasi ini, pihak sekolah terutama para guru akan menjembatani kendala psikologis tersebut melalui Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). "MPLS fungsinya mengantar siswa menuju adaptasi di sekolah," ujarnya saat berbincang dengan Hypeabis akhir pekan lalu.
Baca juga: Perhatikan Parents, Begini Langkah Mendampingi Anak Beradaptasi di Sekolah Baru
Kegiatan MPLS mayoritas berlangsung selama tiga hari. Selain mengenalkan lingkungan sekolah, para siswa baru juga berkesempatan mengenal kaka kelas, guru, hingga staf tata usaha (TU).
Bidang studi yang dipelajari pun akan dikenalkan agar para siswa tidak kaget ketika kegiatan belajar dan mengajar dimulai. Beberapa materi terkait aktivitas seperti tanggap bencana hingga pola hidup sehat di sekolah pun disampaikan.
Pola hidup sehat, menurut Heru, sangat penting untuk dikenalkan sejak dini. Pasalnya, belakangan banyak anak-anak sekolah terjerat penyakit degeneratif dari perilaku buruk seperti merokok hingga pemakaian obat-obatan terlarang.
Selain itu, sekolah akan menyisipkan materi anti-bullying yang saat ini menjadi perhatian di dunia pendidikan. Imbauan larangan aktivitas perundungan juga berlaku bagi para kakak kelas hingga guru.
Heru tidak ingin kejadian seperti aksi pembakaran sekolah karena aktivitas bullying terjadi lagi. "Perlu disadari, disampaikan agar perundungan di sekolah diminimalisir sehingga kasus seperti itu tidak berulang," tegas Kepala Sekolah SMPN 27 itu.
Peran guru sebagai pendamping bahkan orang tua di lingkungan sekolah harus dimaksimalkan. Mereka harus bisa mendeteksi lebih awal ketika siswa mengalami kendala dalam menumbuhkan keterampilan, sikap, maupun cara berpikir.
"Harus identifikasi. Kita punya kewajiban membimbing agar mereka berani tumbuh. Punya keberanian menyampaikan," imbuhnya.
Sementara para senior yang menjadi kakak para siswa baru di sekolah, bertugas untuk menjaga dan melindungi. Jangan sampai ada tindakan semena-mena. Bila hal itu terjadi, sanksi tegas siap menanti.
Bagi Yenny Anggraeni, orang tua memiliki peran penting untuk selalu mengawasi dan berinteraksi dengan anak-anaknya, tidak terkecuali kondisi mereka di sekolah. Sebagai orang tua yang anaknya baru masuk ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dia berinisiatif untuk selalu bertanya terkait kebutuhan sekolah hingga kondisi psikologisnya.
"Kalau ada informasi dari sekolah saya minta dia share. Saya selalu komunikasi tentang semua yang dilakukannya di sekolah maupun di luar sekolah," tuturnya.
Ibu tiga orang anak ini terbiasa untuk bertanya sedetail mungkin. Meskipun sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengasuh, Yenny mengandalkan teknologi yang ada untuk tetap bisa berkomunikasi dan menjalin ikatan antara ibu dan anak. Dia juga mengandalkan grup yang dibuat para orang tua siswa untuk tetap update mendapat informasi.
Baca juga: Hypereport: Wisuda Tingkat Sekolah, Membahagiakan atau Merisaukan?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengatakan biasanya para siswa/i, terutama yang baru beralih dari Taman Kanak-kanak (TK) ke jenjang Sekolah Dasar (SD) masih malu-malu dengan teman dan para gurunya.
Dengan adanya situasi ini, pihak sekolah terutama para guru akan menjembatani kendala psikologis tersebut melalui Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). "MPLS fungsinya mengantar siswa menuju adaptasi di sekolah," ujarnya saat berbincang dengan Hypeabis akhir pekan lalu.
Baca juga: Perhatikan Parents, Begini Langkah Mendampingi Anak Beradaptasi di Sekolah Baru
Kegiatan MPLS mayoritas berlangsung selama tiga hari. Selain mengenalkan lingkungan sekolah, para siswa baru juga berkesempatan mengenal kaka kelas, guru, hingga staf tata usaha (TU).
Bidang studi yang dipelajari pun akan dikenalkan agar para siswa tidak kaget ketika kegiatan belajar dan mengajar dimulai. Beberapa materi terkait aktivitas seperti tanggap bencana hingga pola hidup sehat di sekolah pun disampaikan.
Pola hidup sehat, menurut Heru, sangat penting untuk dikenalkan sejak dini. Pasalnya, belakangan banyak anak-anak sekolah terjerat penyakit degeneratif dari perilaku buruk seperti merokok hingga pemakaian obat-obatan terlarang.
(Sumber gambar: Unsplash/Bayu Syaits)
Heru tidak ingin kejadian seperti aksi pembakaran sekolah karena aktivitas bullying terjadi lagi. "Perlu disadari, disampaikan agar perundungan di sekolah diminimalisir sehingga kasus seperti itu tidak berulang," tegas Kepala Sekolah SMPN 27 itu.
Peran guru sebagai pendamping bahkan orang tua di lingkungan sekolah harus dimaksimalkan. Mereka harus bisa mendeteksi lebih awal ketika siswa mengalami kendala dalam menumbuhkan keterampilan, sikap, maupun cara berpikir.
"Harus identifikasi. Kita punya kewajiban membimbing agar mereka berani tumbuh. Punya keberanian menyampaikan," imbuhnya.
Sementara para senior yang menjadi kakak para siswa baru di sekolah, bertugas untuk menjaga dan melindungi. Jangan sampai ada tindakan semena-mena. Bila hal itu terjadi, sanksi tegas siap menanti.
Bagi Yenny Anggraeni, orang tua memiliki peran penting untuk selalu mengawasi dan berinteraksi dengan anak-anaknya, tidak terkecuali kondisi mereka di sekolah. Sebagai orang tua yang anaknya baru masuk ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dia berinisiatif untuk selalu bertanya terkait kebutuhan sekolah hingga kondisi psikologisnya.
"Kalau ada informasi dari sekolah saya minta dia share. Saya selalu komunikasi tentang semua yang dilakukannya di sekolah maupun di luar sekolah," tuturnya.
Ibu tiga orang anak ini terbiasa untuk bertanya sedetail mungkin. Meskipun sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengasuh, Yenny mengandalkan teknologi yang ada untuk tetap bisa berkomunikasi dan menjalin ikatan antara ibu dan anak. Dia juga mengandalkan grup yang dibuat para orang tua siswa untuk tetap update mendapat informasi.
Baca juga: Hypereport: Wisuda Tingkat Sekolah, Membahagiakan atau Merisaukan?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.