Hari Guru Nasional 2023: Simak Tema, Sejarah, & Makna Peringatannya
25 November 2023 |
07:30 WIB
Hari Guru Nasional diperingati pada 25 November tiap tahunnya. Peringatannya menjadi momen penting untuk merayakan peran guru dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa. Hari Guru Nasional juga menjadi bentuk penghormatan terhadap guru yang telah berjuang dalam membentuk karakter generasi muda.
Peringatan Hari Guru Nasional tidak hanya menjadi wadah untuk menghargai pengabdian para pendidik, tetapi juga mencerminkan rasa syukur terhadap jasa guru dalam membangun pondasi pendidikan Bangsa.
Baca juga: Rangkaian Acara untuk Memperingati Hari Guru Nasional 2023
Dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2023, Kemendikbudristek mengusung tema Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar. Peringatan HGN menjadi ruang apresiasi bagi para guru atas semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam merdeka belajar demi terwujudnya pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani mengatakan ada tiga pesan kunci pada perayaan HGN 2023. Pertama, HGN menjadi sarana dalam mengapresiasi, semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi sesama guru.
Kedua, HGN berkaitan dengan capaian dan dampak positif, yakni menjadi sarana untuk saling bercerita tentang capaian dan dampak Merdeka Belajar bagi guru maupun peserta didik, khususnya dalam mengusung pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
“Hal ini dapat memberikan inspirasi kepada guru lain untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi dengan melalui berbagai program Merdeka Belajar serta menunjukkan kepada generasi muda bahwa jadi guru itu sangat keren dan membanggakan,” katanya dalam keterangan resminya.
Ketiga, terkait dengan keberlanjutan. Pada kesempatan ini, Kemendikbudristek mengimbau kepada seluruh ekosistem pendidikan untuk terus bergotong royong dan saling menguatkan. Dengan demikian, belajar dan berbagi akan menjadi gerakan pendidikan bagi para guru.
“Siapapun presiden, menteri, kepala dinas atau apapun perubahan struktural yang terjadi, keberpihakan kepada murid, budaya untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi tidak akan pernah berubah dan padam,” tegas Nunuk.
Sejarah Hari Guru Nasional
Menukil dari laman SMK Muhammadiyah 5 Kisaran, HGN dilatarbelakangi oleh lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dulunya bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912. PGHB dibentuk untuk memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki latar pendidikan berbeda-beda.
Pada 1932, PGHB berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada saat Indonesia diduduki oleh Jepang, segala bentuk organisasi dilarang, sekolah ditutup, termasuk PGI sehingga tidak dapat beraktivitas seperti sedia kala. Meski begitu, semangat kebangsaan guru-guru Indonesia tidak pernah pudar meskipun bekerja dibawah pemerintahan Jepang.
Untungnya, Jepang mempercayai bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk kemajuan dan pembangunan Bangsa. Pendidikan yang baik dilahirkan dari guru yang baik pula, maka dari itu Jepang sangat menghormati guru. Guru dan dokter mendapat panggilan kehormatan “Sensei” yang berarti “mula-mula hidup” atau “orang yang tertua”.
Tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kongres I PGRI diselenggarakan dari tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah. Pada kongres itu, disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Maka, sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati pada 25 November tiap tahunnya.
Berbeda dengan perayaan Hari Guru di negara lain, Hari Guru Nasional di Indonesia bukan menjadi hari libur nasional. Biasanya pada Hari Guru dan Hari PGRI, tiap sekolah merayakannya dengan upacara, termasuk kegiatan pemberian tanda jasa kepada para guru.
Makna Hari Guru Nasional
Melansir dari laman Inspektorat Jenderal Kemdikbud, HGN bukan hanya sekadar perayaan seremonial. HGN menjadi momen refleksi untuk memahami betapa pentingnya peran guru dalam mengarahkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, moralitas, dan sikap positif siswa.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan dinamika sosial, peran guru tidak lagi terbatas pada pengajaran di kelas. Guru juga berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pembimbing, dan inspirator. Keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada guru di sekolah, tetapi juga melibatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat.
Baca juga: Rekomendasi Film Indonesia untuk Merayakan Hari Guru Nasional
Peringatan ini juga mengajak semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun siswa, untuk memberikan apresiasi dan dukungan terhadap dunia pendidikan. Memberdayakan guru dengan memberikan fasilitas dan pelatihan yang memadai, merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
Editor: Fajar Sidik
Peringatan Hari Guru Nasional tidak hanya menjadi wadah untuk menghargai pengabdian para pendidik, tetapi juga mencerminkan rasa syukur terhadap jasa guru dalam membangun pondasi pendidikan Bangsa.
Baca juga: Rangkaian Acara untuk Memperingati Hari Guru Nasional 2023
Dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2023, Kemendikbudristek mengusung tema Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar. Peringatan HGN menjadi ruang apresiasi bagi para guru atas semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam merdeka belajar demi terwujudnya pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani mengatakan ada tiga pesan kunci pada perayaan HGN 2023. Pertama, HGN menjadi sarana dalam mengapresiasi, semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi sesama guru.
Kedua, HGN berkaitan dengan capaian dan dampak positif, yakni menjadi sarana untuk saling bercerita tentang capaian dan dampak Merdeka Belajar bagi guru maupun peserta didik, khususnya dalam mengusung pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
“Hal ini dapat memberikan inspirasi kepada guru lain untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi dengan melalui berbagai program Merdeka Belajar serta menunjukkan kepada generasi muda bahwa jadi guru itu sangat keren dan membanggakan,” katanya dalam keterangan resminya.
Ketiga, terkait dengan keberlanjutan. Pada kesempatan ini, Kemendikbudristek mengimbau kepada seluruh ekosistem pendidikan untuk terus bergotong royong dan saling menguatkan. Dengan demikian, belajar dan berbagi akan menjadi gerakan pendidikan bagi para guru.
“Siapapun presiden, menteri, kepala dinas atau apapun perubahan struktural yang terjadi, keberpihakan kepada murid, budaya untuk terus belajar, berbagi, dan berkolaborasi tidak akan pernah berubah dan padam,” tegas Nunuk.
Ilustrasi guru dan murid di kelas. (Sumber gambar: Thirdman/Pexels)
Menukil dari laman SMK Muhammadiyah 5 Kisaran, HGN dilatarbelakangi oleh lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dulunya bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912. PGHB dibentuk untuk memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki latar pendidikan berbeda-beda.
Pada 1932, PGHB berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada saat Indonesia diduduki oleh Jepang, segala bentuk organisasi dilarang, sekolah ditutup, termasuk PGI sehingga tidak dapat beraktivitas seperti sedia kala. Meski begitu, semangat kebangsaan guru-guru Indonesia tidak pernah pudar meskipun bekerja dibawah pemerintahan Jepang.
Untungnya, Jepang mempercayai bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk kemajuan dan pembangunan Bangsa. Pendidikan yang baik dilahirkan dari guru yang baik pula, maka dari itu Jepang sangat menghormati guru. Guru dan dokter mendapat panggilan kehormatan “Sensei” yang berarti “mula-mula hidup” atau “orang yang tertua”.
Tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kongres I PGRI diselenggarakan dari tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah. Pada kongres itu, disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Maka, sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati pada 25 November tiap tahunnya.
Berbeda dengan perayaan Hari Guru di negara lain, Hari Guru Nasional di Indonesia bukan menjadi hari libur nasional. Biasanya pada Hari Guru dan Hari PGRI, tiap sekolah merayakannya dengan upacara, termasuk kegiatan pemberian tanda jasa kepada para guru.
Makna Hari Guru Nasional
Melansir dari laman Inspektorat Jenderal Kemdikbud, HGN bukan hanya sekadar perayaan seremonial. HGN menjadi momen refleksi untuk memahami betapa pentingnya peran guru dalam mengarahkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, moralitas, dan sikap positif siswa.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan dinamika sosial, peran guru tidak lagi terbatas pada pengajaran di kelas. Guru juga berperan sebagai fasilitator pembelajaran, pembimbing, dan inspirator. Keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada guru di sekolah, tetapi juga melibatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat.
Baca juga: Rekomendasi Film Indonesia untuk Merayakan Hari Guru Nasional
Peringatan ini juga mengajak semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun siswa, untuk memberikan apresiasi dan dukungan terhadap dunia pendidikan. Memberdayakan guru dengan memberikan fasilitas dan pelatihan yang memadai, merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.