Rahasia Sehat Titiek Puspa, Kurangi Konsumsi Gula dan Makanan Tinggi Lemak
24 November 2023 |
07:49 WIB
Pola hidup sehat menjadi salah satu faktor penting bagi kesehatan seseorang, tidak terkecuali musisi senior Titiek Puspa. Wanita yang telah berusia 86 tahun itu mengungkapkan menjaga asupan menjadi salah satu rahasia memiliki kondisi yang prima hingga saat ini.
Informasi itu disampaikannya di sela - sela acara ulang tahun ke-25 PT Uni-Charm Indonesia yang berlangsung di Jakarta pada Kamis, 23 November 2023. Titiek Puspa mengungkapkan sudah menjaga asupan sejak dia memasuki usia 40 tahun.
Baca juga: Titiek Puspa, Bekerja Tulus Maka Alam Akan Membantu
Untuk menjaga kesehatan, dia berkomitmen mengurangi konsumsi gula, garam, minyak, mi instan, makanan berlemak, dan sebagainya. Memang, diet ini bukan tanpa konsekuensi karena mengurangi penyedap berlebih pada makanan menghasilkan rasa yang cenderung hambar. Hal ini kerap menuai protes dari anak-anaknya.
"Saya juga lebih suka makan makanan buatan rumah. Ke mana pun selalu membawa makanan dari rumah meskipun makanan di restoran-restoran sangat enak," ujarnya.
Selain menjaga pola makan, rahasia lain yang membuatnya memiliki jiwa dan raga yang senantiasa sehat di usia 86 tahun adalah selalu mensyukuri segala sesuatu pemberian Tuhan dan mengontrol diri untuk tidak melakukan segala kegiatan dengan berlebihan.
Musisi senior kelahiran 1 November 1937 itu dikenal tidak hanya karena karya-karya tapi juga dari gaya hidup sehat yang dijalaninya sejak puluhan tahun. Dalam beberapa kesempatan, Titiek Puspa kerap membagikan rahasia hidup sehatnya seperti dengan menjaga pola makan, istirahat yang cukup hingga rutin bermeditasi.
Pedoman baru WHO merekomendasikan orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan bebas gula (free sugar) harian hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi . Pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5 persen atau sekitar 25 gram (6 sendok teh) per hari akan memberikan manfaat kesehatan tambahan.
Free sugar mengacu kepada monosakarida (seperti glukosa, fruktosa) dan disakarida (seperti sukrosa atau gula meja) yang ditambahkan ke makanan dan minuman oleh produsen, juru masak atau konsumen, dan gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat jus buah.
Dr Francesco Branca, Direktur Departemen Nutrisi untuk Kesehatan dan Pembangunan WHO, menuturkan bahwa organisasi memiliki bukti kuat menjaga asupan free sugar dari 10 peren total asupan energi dapat mengurangi risiko kelebihan berat badan, obesitas, dan kerusakan gigi.
“Melakukan perubahan kebijakan untuk mendukung hal ini akan menjadi kunci jika negara-negara ingin memenuhi komitmen mereka untuk mengurangi beban penyakit tidak menular,” ujarnya dalam laman WHO.
Pedoman WHO tersebut tidak mengacu untuk gula dalam buah-buahan, sayuran segar, serta gula yang secara alami ada dalam susu karena tidak ada bukti yang dilaporkan mengenai efek buruk dari konsumsi gula tersebut.
Sebagian besar gula yang dikonsumsi saat ini “tersembunyi” dalam makanan olahan yang biasanya tidak terlihat manis. Dia mencontohakan 1 sendok makan saus tomat mengandung sekitar 4 gram atau sekitar 1 sendok teh free sugar. Kemudian, satu kaleng soda manis mengandung hingga 40 gram atau sekitar 10 sendok teh free sugar.
Dalam laman WHO terpisah, garam juga menjadi salah satu zat yang perlu dikurangi lantaran menjadi cara hemat biaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi beban penyakit menular.
"Karena hal ini [Mengurangi natrium] dapat mencegah sejumlah besar kejadian kardiovaskular dan kematian dengan total biaya program yang sangat rendah," tulis WHO.
WHO merekomendasikan asupan natrium kurang dari 2000 mg/hari (setara dengan garam kurang dari 5 g/hari (kurang dari satu sendok teh bagi orang dewasa. Untuk anak-anak berusia 2–15 tahun, WHO merekomendasikan penurunan dosis dewasa berdasarkan kebutuhan energi mereka.
Semua garam yang dikonsumsi harus beryodium (difortifikasi dengan yodium), yang penting untuk kesehatan perkembangan otak janin dan anak kecil serta mengoptimalkan fungsi mental masyarakat secara umum.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Informasi itu disampaikannya di sela - sela acara ulang tahun ke-25 PT Uni-Charm Indonesia yang berlangsung di Jakarta pada Kamis, 23 November 2023. Titiek Puspa mengungkapkan sudah menjaga asupan sejak dia memasuki usia 40 tahun.
Baca juga: Titiek Puspa, Bekerja Tulus Maka Alam Akan Membantu
Untuk menjaga kesehatan, dia berkomitmen mengurangi konsumsi gula, garam, minyak, mi instan, makanan berlemak, dan sebagainya. Memang, diet ini bukan tanpa konsekuensi karena mengurangi penyedap berlebih pada makanan menghasilkan rasa yang cenderung hambar. Hal ini kerap menuai protes dari anak-anaknya.
"Saya juga lebih suka makan makanan buatan rumah. Ke mana pun selalu membawa makanan dari rumah meskipun makanan di restoran-restoran sangat enak," ujarnya.
Selain menjaga pola makan, rahasia lain yang membuatnya memiliki jiwa dan raga yang senantiasa sehat di usia 86 tahun adalah selalu mensyukuri segala sesuatu pemberian Tuhan dan mengontrol diri untuk tidak melakukan segala kegiatan dengan berlebihan.
Musisi senior kelahiran 1 November 1937 itu dikenal tidak hanya karena karya-karya tapi juga dari gaya hidup sehat yang dijalaninya sejak puluhan tahun. Dalam beberapa kesempatan, Titiek Puspa kerap membagikan rahasia hidup sehatnya seperti dengan menjaga pola makan, istirahat yang cukup hingga rutin bermeditasi.
Pedoman baru WHO merekomendasikan orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan bebas gula (free sugar) harian hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi . Pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5 persen atau sekitar 25 gram (6 sendok teh) per hari akan memberikan manfaat kesehatan tambahan.
Free sugar mengacu kepada monosakarida (seperti glukosa, fruktosa) dan disakarida (seperti sukrosa atau gula meja) yang ditambahkan ke makanan dan minuman oleh produsen, juru masak atau konsumen, dan gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat jus buah.
Dr Francesco Branca, Direktur Departemen Nutrisi untuk Kesehatan dan Pembangunan WHO, menuturkan bahwa organisasi memiliki bukti kuat menjaga asupan free sugar dari 10 peren total asupan energi dapat mengurangi risiko kelebihan berat badan, obesitas, dan kerusakan gigi.
“Melakukan perubahan kebijakan untuk mendukung hal ini akan menjadi kunci jika negara-negara ingin memenuhi komitmen mereka untuk mengurangi beban penyakit tidak menular,” ujarnya dalam laman WHO.
Pedoman WHO tersebut tidak mengacu untuk gula dalam buah-buahan, sayuran segar, serta gula yang secara alami ada dalam susu karena tidak ada bukti yang dilaporkan mengenai efek buruk dari konsumsi gula tersebut.
Sebagian besar gula yang dikonsumsi saat ini “tersembunyi” dalam makanan olahan yang biasanya tidak terlihat manis. Dia mencontohakan 1 sendok makan saus tomat mengandung sekitar 4 gram atau sekitar 1 sendok teh free sugar. Kemudian, satu kaleng soda manis mengandung hingga 40 gram atau sekitar 10 sendok teh free sugar.
Dalam laman WHO terpisah, garam juga menjadi salah satu zat yang perlu dikurangi lantaran menjadi cara hemat biaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi beban penyakit menular.
"Karena hal ini [Mengurangi natrium] dapat mencegah sejumlah besar kejadian kardiovaskular dan kematian dengan total biaya program yang sangat rendah," tulis WHO.
WHO merekomendasikan asupan natrium kurang dari 2000 mg/hari (setara dengan garam kurang dari 5 g/hari (kurang dari satu sendok teh bagi orang dewasa. Untuk anak-anak berusia 2–15 tahun, WHO merekomendasikan penurunan dosis dewasa berdasarkan kebutuhan energi mereka.
Semua garam yang dikonsumsi harus beryodium (difortifikasi dengan yodium), yang penting untuk kesehatan perkembangan otak janin dan anak kecil serta mengoptimalkan fungsi mental masyarakat secara umum.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.