Badan Bahasa Beri Bantuan Dana untuk Penguatan Komunitas Sastra
21 November 2023 |
23:34 WIB
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) baru saja memberikan 79 paket bantuan dana kepada komunitas sastra dan penghargaan perseorangan, bagi sastrawan dan pegiat sastra.
Bantuan itu berupa uang tunai yang paling banyak diberikan sebesar Rp150 juta termasuk pajak untuk fasilitasi, serta Rp25 juta termasuk pajak bantuan penghargaan baik untuk komunitas sastra maupun perseorangan. Upaya ini diharapkan bisa mengoptimalkan peran komunitas untuk terus berkreativitas dalam menghidupkan dunia sastra.
Adapun, komposisi bantuan tersebut terbagi menjadi dua komponen yakni dukungan manajemen untuk alokasi dengan proporsi biaya maksimal 20 persen, serta pelaksanaan kegiatan kesastraan dengan proporsi biaya maksimal 80 persen.
Dukungan manajemen untuk alokasi meliputi biaya domain dan hosting komunitas, koordinasi kesekretariatan, dan honor pengelola program. Sementara untuk komponen pelaksanaan kegiatan kesastraan meliputi pelatihan atau bengkel sastra untuk generasi muda, festival atau lomba sastra, pementasan karya sastra, dan publikasi (audio video/cetak).
Baca juga: Sah, Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Imam Budi Utomo menyampaikan dari sejumlah komunitas penerima bantuan tersebut, empat di antaranya adalah Komunitas Forum Lingkar Pena di Jawa Barat, Klub Baca Petra di Nusa Tenggara Timur, Jangkah Nusantara di Yogyakarta, Komunitas Mahima di Bali, serta Ruma Kata Sorong di Papua Barat Daya.
"Bantuan berupa fasilitas sebagai program perdana bantuan pemerintah ini, diberikan setelah melalui rangkaian seleksi administrasi dan substansi yang ketat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel," kata Imam dalam keterangan resminya.
Perkembangan dunia sastra di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari peran komunitas-komunitas yang tumbuh di berbagai daerah. Namun, keberlangsungan hidup komunitas-komunitas sastra di Tanah Air acapkali terhambat karena minimnya pendanaan. Seringkali mereka bisa bertahan karena sokongan dana pribadi.
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz mengatakan komunitas sastra di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius. Sebab, menurutnya, saat ini banyak komunitas sastra yang keberadaannya belum diketahui dan timbul-tenggelam, terutama komunitas yang masih berkembang dan belum mapan. Salah satu faktor utamanya adalah keterbatasan pendanaan.
Namun, di tengah tantangan tersebut, Aminudin menyebutkan ada komunitas yang masih eksis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesastraan di tengah masyarakat. Komunitas-komunitas inilah yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, agar tetap bisa menghidupkan program kesastraan di tengah masyarakat.
"Mereka perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk mengoptimalkan harmonisasi sebagai tempat dan media kreatif bagi sastrawan dan pegiat sastra, dalam memproduksi karya sastra atau menyelenggarakan kegiatan kesastraan," katanya.
Salah satu penerima bantuan tersebut, Kadek Sonya Piscayanti selaku Ketua Komunitas Mahima, mengaku mendapatkan bantuan dana sebesar Rp150 juta berkat program dari pemerintah tersebut. Dengan dana itu, katanya, dia dapat melakukan pengembangan untuk Komunitas Mahima, termasuk menyelenggarakan Pekan Raya Cipta Karya Mahima secara besar-besaran.
Perempuan yang akrab disapa Sonya itu menuturkan sebelumnya, pelaksanaan Pekan Raya Cipta Karya Mahima yang rutin setiap tahun berupa pelatihan dan pertunjukan, hanya mengandalkan dana iuran dan belum pernah mengajukan bantuan kepada pemerintah0.
"Ketika kami mengetahui bantuan informasi komunitas sastra ini, kami mencoba mendaftar dan lulus. Kami bersyukur mendapatkan bantuan ini semoga terus berlanjut," ujarnya.
Komunitas Mahima adalah organisasi non-profit asal kota Singaraja, Bali yang bergerak di bidang seni dan sastra, pementasan teater dan musikalisasi puisi, penerbitan buku, penelitian yang fokus pada sastra dan budaya, dan lomba baca puisi.
Komunitas yang berdiri sejak 2008 itu juga membuka pelatihan-pelatihan penulisan sastra, dan diskusi rutin setiap bulannya membahas tentang proses kreatif dalam dunia seni.
Tahun ini, Pekan Raya Cipta Karya Mahima dilaksanakan pada 17-30 November 2023. Berbagai kegiatan yang diadakan di antaranya alih wahana karya sastra ke pertunjukan wayang dan teater, alih wahana karya sastra ke musikalisasi, pelatihan alih wahana karya sastra ke film, hingga buku bedah karya sastra Singaraja dan diskusi. Ajang tersebut diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari kalangan siswa hingga umum.
"Pekan Raya Cipta Karya merupakan upaya kami dalam memelihara bahasa dan sastra. Karena kami percaya, dengan demikian kita bisa memelihara identitas dan dapat membangun dunia di atas bahasa dan sastra. Semoga bantuan bagi komunitas tidak hanya sampai di sini dan terus berkelanjutan,” ujar Sonya.
Baca juga: 5 Kebiasaan Efektif untuk Belajar Bahasa Inggris
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Bantuan itu berupa uang tunai yang paling banyak diberikan sebesar Rp150 juta termasuk pajak untuk fasilitasi, serta Rp25 juta termasuk pajak bantuan penghargaan baik untuk komunitas sastra maupun perseorangan. Upaya ini diharapkan bisa mengoptimalkan peran komunitas untuk terus berkreativitas dalam menghidupkan dunia sastra.
Adapun, komposisi bantuan tersebut terbagi menjadi dua komponen yakni dukungan manajemen untuk alokasi dengan proporsi biaya maksimal 20 persen, serta pelaksanaan kegiatan kesastraan dengan proporsi biaya maksimal 80 persen.
Dukungan manajemen untuk alokasi meliputi biaya domain dan hosting komunitas, koordinasi kesekretariatan, dan honor pengelola program. Sementara untuk komponen pelaksanaan kegiatan kesastraan meliputi pelatihan atau bengkel sastra untuk generasi muda, festival atau lomba sastra, pementasan karya sastra, dan publikasi (audio video/cetak).
Baca juga: Sah, Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Imam Budi Utomo menyampaikan dari sejumlah komunitas penerima bantuan tersebut, empat di antaranya adalah Komunitas Forum Lingkar Pena di Jawa Barat, Klub Baca Petra di Nusa Tenggara Timur, Jangkah Nusantara di Yogyakarta, Komunitas Mahima di Bali, serta Ruma Kata Sorong di Papua Barat Daya.
"Bantuan berupa fasilitas sebagai program perdana bantuan pemerintah ini, diberikan setelah melalui rangkaian seleksi administrasi dan substansi yang ketat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel," kata Imam dalam keterangan resminya.
Perkembangan dunia sastra di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari peran komunitas-komunitas yang tumbuh di berbagai daerah. Namun, keberlangsungan hidup komunitas-komunitas sastra di Tanah Air acapkali terhambat karena minimnya pendanaan. Seringkali mereka bisa bertahan karena sokongan dana pribadi.
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz mengatakan komunitas sastra di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius. Sebab, menurutnya, saat ini banyak komunitas sastra yang keberadaannya belum diketahui dan timbul-tenggelam, terutama komunitas yang masih berkembang dan belum mapan. Salah satu faktor utamanya adalah keterbatasan pendanaan.
Namun, di tengah tantangan tersebut, Aminudin menyebutkan ada komunitas yang masih eksis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesastraan di tengah masyarakat. Komunitas-komunitas inilah yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, agar tetap bisa menghidupkan program kesastraan di tengah masyarakat.
"Mereka perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk mengoptimalkan harmonisasi sebagai tempat dan media kreatif bagi sastrawan dan pegiat sastra, dalam memproduksi karya sastra atau menyelenggarakan kegiatan kesastraan," katanya.
Salah satu penerima bantuan tersebut, Kadek Sonya Piscayanti selaku Ketua Komunitas Mahima, mengaku mendapatkan bantuan dana sebesar Rp150 juta berkat program dari pemerintah tersebut. Dengan dana itu, katanya, dia dapat melakukan pengembangan untuk Komunitas Mahima, termasuk menyelenggarakan Pekan Raya Cipta Karya Mahima secara besar-besaran.
Perempuan yang akrab disapa Sonya itu menuturkan sebelumnya, pelaksanaan Pekan Raya Cipta Karya Mahima yang rutin setiap tahun berupa pelatihan dan pertunjukan, hanya mengandalkan dana iuran dan belum pernah mengajukan bantuan kepada pemerintah0.
"Ketika kami mengetahui bantuan informasi komunitas sastra ini, kami mencoba mendaftar dan lulus. Kami bersyukur mendapatkan bantuan ini semoga terus berlanjut," ujarnya.
Komunitas Mahima adalah organisasi non-profit asal kota Singaraja, Bali yang bergerak di bidang seni dan sastra, pementasan teater dan musikalisasi puisi, penerbitan buku, penelitian yang fokus pada sastra dan budaya, dan lomba baca puisi.
Komunitas yang berdiri sejak 2008 itu juga membuka pelatihan-pelatihan penulisan sastra, dan diskusi rutin setiap bulannya membahas tentang proses kreatif dalam dunia seni.
Tahun ini, Pekan Raya Cipta Karya Mahima dilaksanakan pada 17-30 November 2023. Berbagai kegiatan yang diadakan di antaranya alih wahana karya sastra ke pertunjukan wayang dan teater, alih wahana karya sastra ke musikalisasi, pelatihan alih wahana karya sastra ke film, hingga buku bedah karya sastra Singaraja dan diskusi. Ajang tersebut diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari kalangan siswa hingga umum.
"Pekan Raya Cipta Karya merupakan upaya kami dalam memelihara bahasa dan sastra. Karena kami percaya, dengan demikian kita bisa memelihara identitas dan dapat membangun dunia di atas bahasa dan sastra. Semoga bantuan bagi komunitas tidak hanya sampai di sini dan terus berkelanjutan,” ujar Sonya.
Baca juga: 5 Kebiasaan Efektif untuk Belajar Bahasa Inggris
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.