Karya Abadi, Pengaruh Budi Darma Pada Penulis Muda Indonesia
21 August 2021 |
16:51 WIB
Setiap seniman pasti memiliki muse atau inspirasi di balik setiap proses kreatif dan karya yang mereka lahirkan. Keinginan untuk berkarya bisa datang dari mana saja baik itu inspirasi dari sendiri dan tidak jarang dari seseorang yang diidolakan.
Sastrawan Budi Darma yang tuutp usia pada, Sabtu (21/8), pada usia 84 tahun, meninggalkan jejaknya di dunia sastra Indonesia bukan hanya dalam bentuk karya, tetapi juga inspirasi dan semangat yang dia tanamkan untuk para penulis generasi berikutnya.
Di antara ilmu yang dia bagikan selama lima dekade terakhir, Budi Darma memelopori sejumlah teknik menulis seperti sastra kolase dan automatic writing.
Novelis Dewi Kharisma Michellia mengungkapkan bahwa sejak usia 19 tahun dia sudah menulis cerpen yang dikompilasi hingga lebih dari 300 halaman berkat meniru metode penulisan yang dia baca dari biografi Budi Darma: Karya dan Dunianya.
Dia mengungkapkan, sewaktu berkuliah di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2009, dia menemukan teknik automatic writing yang diterapkan Budi Darma sangat membantu dalam proses kreatifnya untuk menulis.
"Saya ingat tergelak, betapa lucunya, saat membaca ceritanya bahwa dia menantang dirinya sendiri untuk menulis 2-3 cerpen dalam sehari tau selang beberapa hari saja. Tanpa plot, menghadapi kertas kosong, menulis dan terus menulis apa yang ada di kepala," tutur Michellia kepada Hypeabis.
Penulis novel Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya (2013) dan A Copy of My Mind (2016) ini mengenang seberapa besar pengaruh sang sastrawan pada saat itu yang menggerakkannya untuk terus menulis.
Michellia menantang diri sendiri untuk menulis satu cerpen hanya dalam kurun waktu 2-3 jam saja dengan teknik automatic writing.
Pada 2021, kumpulan cerpennya sudah mencapai ratusan dan dia kumpulkan di sebuah laman website.
Pengasuh situs web kritik sastra Tengara itu pun merasa bahwa meskipun karyanya belum sekaliber tulisan-tulisan Budi Darma, tapi gelora semangatnya membantu Michellia merampungkan karya yang membuatnya berani untuk terus menulis.
"Dan saya rasa, meski menulis dengan metode automatic writing seperti ini, dengan latar belakang sebagai profesor sastra, Pak Budi pastinya telah memiliki bagasi teori yang mumpuni, yang memungkinkannya menulis karya hebat dan monumental dalam waktu singkat," katanya.
Michellia sendiri memfavoritkan esai-esai Budi Darma seperti kumpulan esai Solilokui (1983), novel Olenka (1997) dan kumpulan cerpen Kritikus Adinan (2001), serta cerpen Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi (1969) yang bisa jadi referensi bagi Genhype untuk dibaca.
Editor: Indyah Sutriningrum
Sastrawan Budi Darma yang tuutp usia pada, Sabtu (21/8), pada usia 84 tahun, meninggalkan jejaknya di dunia sastra Indonesia bukan hanya dalam bentuk karya, tetapi juga inspirasi dan semangat yang dia tanamkan untuk para penulis generasi berikutnya.
Di antara ilmu yang dia bagikan selama lima dekade terakhir, Budi Darma memelopori sejumlah teknik menulis seperti sastra kolase dan automatic writing.
Novelis Dewi Kharisma Michellia mengungkapkan bahwa sejak usia 19 tahun dia sudah menulis cerpen yang dikompilasi hingga lebih dari 300 halaman berkat meniru metode penulisan yang dia baca dari biografi Budi Darma: Karya dan Dunianya.
Dia mengungkapkan, sewaktu berkuliah di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2009, dia menemukan teknik automatic writing yang diterapkan Budi Darma sangat membantu dalam proses kreatifnya untuk menulis.
Novelis Dewi Kharisma Michellia (Dok. Tengara)
Penulis novel Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya (2013) dan A Copy of My Mind (2016) ini mengenang seberapa besar pengaruh sang sastrawan pada saat itu yang menggerakkannya untuk terus menulis.
Michellia menantang diri sendiri untuk menulis satu cerpen hanya dalam kurun waktu 2-3 jam saja dengan teknik automatic writing.
Pada 2021, kumpulan cerpennya sudah mencapai ratusan dan dia kumpulkan di sebuah laman website.
Pengasuh situs web kritik sastra Tengara itu pun merasa bahwa meskipun karyanya belum sekaliber tulisan-tulisan Budi Darma, tapi gelora semangatnya membantu Michellia merampungkan karya yang membuatnya berani untuk terus menulis.
"Dan saya rasa, meski menulis dengan metode automatic writing seperti ini, dengan latar belakang sebagai profesor sastra, Pak Budi pastinya telah memiliki bagasi teori yang mumpuni, yang memungkinkannya menulis karya hebat dan monumental dalam waktu singkat," katanya.
Michellia sendiri memfavoritkan esai-esai Budi Darma seperti kumpulan esai Solilokui (1983), novel Olenka (1997) dan kumpulan cerpen Kritikus Adinan (2001), serta cerpen Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi (1969) yang bisa jadi referensi bagi Genhype untuk dibaca.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.