Hypereport: Ketika Pahlawan Industri Kreatif Berjuang lewat Karya
13 November 2023 |
21:05 WIB
Definisi pahlawan tidak selalu identik dengan individu atau sekelompok orang yang bertaruh nyawa untuk membela Tanah Air, tapi juga mereka yang mengharumkan nama Bangsa melalui karya-karyanya yang begitu kreatif dan menginspirasi dunia.
Setiap momen Hari Pahlawan yang kerap dirayakan dengan mengenang dan menghormati perjuangan para pahlawan di masa lalu, semangat pahlawan juga banyak mengalir di kalangan pelaku kreatif di Tanah Air. Semangat para pejuang kemerdakaan di masa lalu mesti diteruskan oleh generasi-generasi setelahnya dengan berkarya.
Hypereport kali ini akan mengekplorasi jejak kepahlawanan dari para pelopor dan inovator di berbagai bidang industri kreatif seperti sektor perfilman, musik, seni rupa dan mode, sebagai subsektor industri kreatif yang terus berkembang pesat pada era globalisasi ini.
Baca juga: Hypereport: Menjelajah Kuliner Legendaris di Jakarta, dari Glodok hingga Blok M
Di balik keberhasilan para pelaku kreatif, terdapat para pahlawan yang telah memberikan kontribusi signifikan. Mereka tidak hanya berperan sebagai pelaku usaha, tetapi juga sebagai pelopor inspirasi bagi generasi muda yang bermimpi mengukir prestasi serupa.
Laporan Hypeabis berikut ini bertujuan untuk memahami bagaimana peran pahlawan di bidangnya masing-masing dan bagaimana generasi setelahnya juga turut menjaga nilai-nilai itu dengan bentuk baru sesuai zaman.
Industri perfilman Indonesia dipelopori oleh orang-orang penuh inovasi dan revolusioner. Sebut saja Usmar Ismail yang juga dikenal sebagai Bapak Film Indonesia atau Misbach Yusa Biran, sosok di balik lembaga arsip film pertama di Asia Timur, Sinematek Indonesia.
Namun, perjalanan film Indonesia bisa dibilang berangkat dari jiwa-jiwa kreatif yang lebih dulu mengenyam pengalaman dari panggung teater. Salah satunya adalah aktris dan sutradara perempuan pertama di Indonesia, Ratna Asmara.
Menurut Sutradara Makbul Mubarak, Indonesia butuh sosok-sosok yang bisa mengingatkan kembali bahwa perempuan memiliki peran yang sangat sentral dalam industri perfilman Indonesia. Sebab, menurutnya, porsi keterlibatan perempuan dalam dunia film nasional masih belum besar. Sebaliknya, dunia sinema dalam negeri masih didominasi oleh laki-laki.
Kita mungkin mengidolakan aktor atau aktris tersebut, tapi jarang sekali kita memberikan pengakuan atau rasa terima kasih kepada orang-orang di balik layar. Seperti Amrit Punjabi yang mengagumi ayahnya, Raam Punjabi, satu dari sekian produser Indonesia yang berani untuk memberikan semangat baru bagi industri perfilman Tanah Air.
Peran seni rupa tak bisa begitu saja dikesampingkan, dalam merajut kemerdekaan Indonesia. Para seniman menggunakan karya mereka untuk menyuarakan perlawanan terhadap penjajah. Pada masa prakemerdekaan, hadir Raden Saleh adalah salah satu figur penting pada masa itu.
Bak fotografer dalam medan perang, para seniman juga mengabadikan momen genting kala itu, menggunakan kuasnya. Beberapa dari seniman itu adalah S. Sudjojono, Sri Hadi Sudarsono, Hendra Gunawan, dan Affandi.
Kini, usai kemerdekaan diraih, para seniman dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, tak berhenti memproduksi karya. Jika dahulu mereka berjuang melawan penjajah, maka kali ini perjuangan mereka adalah memperjuangkan seni rupa Indonesia itu sendiri.
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa pada saat ini kepahlawanan harus dilihat bersama-sama melalui jaringan sistem kerja sama atau kolaborasi antara seniman dan infrastrukturnya. Bukan tanpa alasan, mereka yang berada di sekitar sang artis juga kerap mempopulerkan nama dan ide tentang Indonesia dalam seni rupa.
Apa yang sudah dipetik saat ini dalam industri musik tak bisa dilepaskan dari perjuangan dan sejarah panjang. Perjuangan tersebut juga akan terus ada, melahirkan sosok-sosok pahlawan di eranya masing-masing.
Ya, perkembangan musik Indonesia saat ini tak bisa diputus dari jasa kontribusi para pendahulu. Dulu, melalui musik, para tokoh bangsa ikut berjuang memajukan musik dalam negeri bahkan menggerakan nasionalisme. Melalui pena dan biolanya, W.R Supratman yang juga seorang guru ini turut berjuang mengangkat derajat bangsa dan memupuk nasionalisme melalui lagu-lagunya.
Bertahun-tahun kemudian, generasi pelaku musik setelahnya juga ikut memperpanjang tongkat estafet perjuangan meski dengan tujuan yang tentu saja telah berbeda. Contoh nyatanya adalah ketika Covid-19 kemarin. Musik bisa menjadi untuk menggalang donasi bantuan bagi para penderita, tenaga kesehatan, dan yang terdampak dari pandemi tentu saja melibatkan musisi.
Saat ini, para pelaku musik terus berjuang, utamanya untuk makin menggerakan industri musik Indonesia ke arah yang lebih baik. Pergerakan-pergerakan itu turut menghidupkan ekosistem di dalamnya.
Industri mode di Indonesia berkembang dinamis dari masa ke masa. Hal itu tak lepas dari kreativitas para desainer dan rumah mode yang inovatif dalam merancang busana dengan berbagai potongan menarik. Setiap karya mereka mampu menciptakan tren baru dan menentukan arah mode ke depan.
Melalui momentum Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November pun, kita bisa mengenang kembali jasa tokoh-tokoh yang berpengaruh di bidang mode Tanah Air. Selain itu, momen itu juga dapat menjadi kesempatan untuk memberikan apresiasi bagi para generasi penerusnya yang sampai saat ini masih berjuang membawa karya-karyanya ke perhelatan mode dunia.
Baca juga: Hypereport: Metamorfosis Dangdut dari Irama Melayu hingga Feel Koplo
Desainer Albert Yanuar menilai perkembangan fesyen Indonesia tak lepas dari daya beli masyarakat yang tinggi. Tren yang berubah-ubah membuat selera pasar makin beragam. Para desainer dan rumah mode harus bisa memahami seperti apa kebutuhan konsumennya.
Namun, dinamika tren fesyen yang bergerak cepat dibarengi permintaan pasar yang kian melonjak, membuat industri ini menimbun sampah setiap harinya. Fesyen dan industri tekstil adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Setiap momen Hari Pahlawan yang kerap dirayakan dengan mengenang dan menghormati perjuangan para pahlawan di masa lalu, semangat pahlawan juga banyak mengalir di kalangan pelaku kreatif di Tanah Air. Semangat para pejuang kemerdakaan di masa lalu mesti diteruskan oleh generasi-generasi setelahnya dengan berkarya.
Hypereport kali ini akan mengekplorasi jejak kepahlawanan dari para pelopor dan inovator di berbagai bidang industri kreatif seperti sektor perfilman, musik, seni rupa dan mode, sebagai subsektor industri kreatif yang terus berkembang pesat pada era globalisasi ini.
Baca juga: Hypereport: Menjelajah Kuliner Legendaris di Jakarta, dari Glodok hingga Blok M
Di balik keberhasilan para pelaku kreatif, terdapat para pahlawan yang telah memberikan kontribusi signifikan. Mereka tidak hanya berperan sebagai pelaku usaha, tetapi juga sebagai pelopor inspirasi bagi generasi muda yang bermimpi mengukir prestasi serupa.
Laporan Hypeabis berikut ini bertujuan untuk memahami bagaimana peran pahlawan di bidangnya masing-masing dan bagaimana generasi setelahnya juga turut menjaga nilai-nilai itu dengan bentuk baru sesuai zaman.
1. Hypereport: Pahlawan Industri Perfilman, Ratna Asmara hingga Misbach Yusa Biran
Industri perfilman Indonesia dipelopori oleh orang-orang penuh inovasi dan revolusioner. Sebut saja Usmar Ismail yang juga dikenal sebagai Bapak Film Indonesia atau Misbach Yusa Biran, sosok di balik lembaga arsip film pertama di Asia Timur, Sinematek Indonesia.Namun, perjalanan film Indonesia bisa dibilang berangkat dari jiwa-jiwa kreatif yang lebih dulu mengenyam pengalaman dari panggung teater. Salah satunya adalah aktris dan sutradara perempuan pertama di Indonesia, Ratna Asmara.
Menurut Sutradara Makbul Mubarak, Indonesia butuh sosok-sosok yang bisa mengingatkan kembali bahwa perempuan memiliki peran yang sangat sentral dalam industri perfilman Indonesia. Sebab, menurutnya, porsi keterlibatan perempuan dalam dunia film nasional masih belum besar. Sebaliknya, dunia sinema dalam negeri masih didominasi oleh laki-laki.
Kita mungkin mengidolakan aktor atau aktris tersebut, tapi jarang sekali kita memberikan pengakuan atau rasa terima kasih kepada orang-orang di balik layar. Seperti Amrit Punjabi yang mengagumi ayahnya, Raam Punjabi, satu dari sekian produser Indonesia yang berani untuk memberikan semangat baru bagi industri perfilman Tanah Air.
2. Hypereport: Kata Mereka tentang Kepahlawanan di Seni Rupa Indonesia
Peran seni rupa tak bisa begitu saja dikesampingkan, dalam merajut kemerdekaan Indonesia. Para seniman menggunakan karya mereka untuk menyuarakan perlawanan terhadap penjajah. Pada masa prakemerdekaan, hadir Raden Saleh adalah salah satu figur penting pada masa itu.Bak fotografer dalam medan perang, para seniman juga mengabadikan momen genting kala itu, menggunakan kuasnya. Beberapa dari seniman itu adalah S. Sudjojono, Sri Hadi Sudarsono, Hendra Gunawan, dan Affandi.
Kini, usai kemerdekaan diraih, para seniman dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, tak berhenti memproduksi karya. Jika dahulu mereka berjuang melawan penjajah, maka kali ini perjuangan mereka adalah memperjuangkan seni rupa Indonesia itu sendiri.
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa pada saat ini kepahlawanan harus dilihat bersama-sama melalui jaringan sistem kerja sama atau kolaborasi antara seniman dan infrastrukturnya. Bukan tanpa alasan, mereka yang berada di sekitar sang artis juga kerap mempopulerkan nama dan ide tentang Indonesia dalam seni rupa.
3. Hypereport: Musik dan Perjuangan Para Pahlawan yang Tak Pernah Selesai
Apa yang sudah dipetik saat ini dalam industri musik tak bisa dilepaskan dari perjuangan dan sejarah panjang. Perjuangan tersebut juga akan terus ada, melahirkan sosok-sosok pahlawan di eranya masing-masing.Ya, perkembangan musik Indonesia saat ini tak bisa diputus dari jasa kontribusi para pendahulu. Dulu, melalui musik, para tokoh bangsa ikut berjuang memajukan musik dalam negeri bahkan menggerakan nasionalisme. Melalui pena dan biolanya, W.R Supratman yang juga seorang guru ini turut berjuang mengangkat derajat bangsa dan memupuk nasionalisme melalui lagu-lagunya.
Bertahun-tahun kemudian, generasi pelaku musik setelahnya juga ikut memperpanjang tongkat estafet perjuangan meski dengan tujuan yang tentu saja telah berbeda. Contoh nyatanya adalah ketika Covid-19 kemarin. Musik bisa menjadi untuk menggalang donasi bantuan bagi para penderita, tenaga kesehatan, dan yang terdampak dari pandemi tentu saja melibatkan musisi.
Saat ini, para pelaku musik terus berjuang, utamanya untuk makin menggerakan industri musik Indonesia ke arah yang lebih baik. Pergerakan-pergerakan itu turut menghidupkan ekosistem di dalamnya.
4. Hypereport: Desainer Muda Ikuti Jejak Para Tokoh Mode Nasional, dari Albert Yanuar sampai Rama Dauhan
Industri mode di Indonesia berkembang dinamis dari masa ke masa. Hal itu tak lepas dari kreativitas para desainer dan rumah mode yang inovatif dalam merancang busana dengan berbagai potongan menarik. Setiap karya mereka mampu menciptakan tren baru dan menentukan arah mode ke depan.Melalui momentum Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November pun, kita bisa mengenang kembali jasa tokoh-tokoh yang berpengaruh di bidang mode Tanah Air. Selain itu, momen itu juga dapat menjadi kesempatan untuk memberikan apresiasi bagi para generasi penerusnya yang sampai saat ini masih berjuang membawa karya-karyanya ke perhelatan mode dunia.
Baca juga: Hypereport: Metamorfosis Dangdut dari Irama Melayu hingga Feel Koplo
Desainer Albert Yanuar menilai perkembangan fesyen Indonesia tak lepas dari daya beli masyarakat yang tinggi. Tren yang berubah-ubah membuat selera pasar makin beragam. Para desainer dan rumah mode harus bisa memahami seperti apa kebutuhan konsumennya.
Namun, dinamika tren fesyen yang bergerak cepat dibarengi permintaan pasar yang kian melonjak, membuat industri ini menimbun sampah setiap harinya. Fesyen dan industri tekstil adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.