Hypereport: Kata Mereka tentang Kepahlawanan di Seni Rupa Indonesia
12 November 2023 |
18:00 WIB
Peran seni rupa tak bisa begitu saja dikesampingkan, dalam merajut kemerdekaan Indonesia. Para seniman menggunakan karya mereka untuk menyuarakan perlawanan terhadap penjajah. Pada masa pra kemerdekaan, hadir Raden Saleh adalah salah satu figur penting pada masa itu.
Dengan privilese yang dimilikinya, dia memanfaatkan seni untuk menyuarakan aspirasinya. Setelahnya, ketika masa revolusi fisik, muncul nama-nama seniman lain, bahkan mereka turut berperang. Bak fotografer dalam medan perang, para seniman ini mengabadikan momen genting kala itu, menggunakan kuasnya. Beberapa dari seniman itu adalah S. Sudjojono, Sri Hadi Sudarsono, Hendra Gunawan, dan Affandi.
Baca juga: Hypereport: Pahlawan Industri Perfilman, Ratna Asmara hingga Misbach Yusa Biran
Kini, usai kemerdekaan diraih, para seniman dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, tak berhenti memproduksi karya. Jika dahulu mereka berjuang melawan penjajah, maka kali ini perjuangan mereka adalah memperjuangkan seni rupa Indonesia itu sendiri.
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa pada saat ini kepahlawanan harus dilihat bersama-sama melalui jaringan sistem kerja sama atau kolaborasi antara seniman dan infrastrukturnya. Bukan tanpa alasan, mereka yang berada di sekitar sang artis juga kerap mempopulerkan nama dan ide tentang Indonesia dalam seni rupa.
“Saya melihat sosok pahlawan bukan hanya seniman. Namun, terhadap pelaku lain di luar seniman,” katanya kepada Hypeabis.id.
Dia menilai bahwa pahlawan dalam perkembangan seni rupa lukis Indonesia terdiri atas kurator, galeri, kolektor, dan juga seniman. Dari sisi kurator, Jim Supangkat adalah salah satu contohnya. Menurutnya, Jum sudah memulai kekuratoran di dalam negeri pada era 1990an.
Dia mulai ikut di forum-forum sebagai kurator. Dari situlah tradisi kekuratoran muncul di Indonesia dan berlangsung sampai dengan saat ini. Kondisi ini mengubah cara seni rupa di dalam negeri mengalami perkembangan.
Tidak hanya itu, galeri juga menjadi pahlawan seni rupa lukis Indonesia dalam perkembangannya lantaran ikut mempopulerkan atau membuat gerak seniman menjadi dikenal oleh masyarakat. “Jadi, saya lihat kontribusi mereka adalah mempopulerkan gagasan tentang Indonesia melalui karya-karya para seniman,” ujarnya.
Hadiprana Gallery yang merupakan galeri seni tertua di Indonesia dapat menjadi salah satu contoh galeri yang bisa dikatakan sebagai pahlawan dalam perkembangan seni rupa Indonesia pada saat ini. Setelah itu, di dalam negeri terdapat berbagai macam galeri seperti Edwin Gallery, Andi Gallery, dan sebagainya yang terus bermunculan di dalam negeri.
Keberadaan-keberadaan infrastruktur itu pada gilirannya memunculkan pahlawan seni rupa Indonesia dalam setiap dekade perkembangan seni rupa di dalam negeri, seperti pahlawan ketika boom seni lukis, saat internasionalisasi, boom seni lukis kedua, dan sebagainya.
Ketika boom seni lukis terjadi di dalam negeri pada 1980an, nama-nama besar seniman yang kini kerap disebut maestro seperti Ahmad Sadali, Jeihan, dan sebagainya bermunculan. Kemunculan mereka dari lokal oleh lokal dan berdampak terhadap kepopuleran seni lukis dan seniman, yang makin sejahtera.
Pada era 1990an, ketika masa internasionalisasi terjadi, pahlawan dalam perkembangan seni rupa lukis di Indonesia memunculkan nama-nama seniman yang mengenalkan seni rupa di Indonesia, melalui forum-forum pameran.
Nama yang paling sering dibicarakan pada era itu, seperti Heri Dono, Aloysius Nindityo Adipurnomo, dan sebagainya. Selain itu, terdapat juga Darsono, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, dan sebagainya.
Dari sudut pandang seniman, Heri Dono melihat bahwa pahlawan dalam seni rupa adalah sosok atau figur yang mengabdi sepenuhnya untuk kedigdayaan atau kehormatan suatu bangsa. Sosok ini, menurutnya, kerap memosisikan diri dari cakrawala budaya Indonesia dalam mempersepsikan seni rupa dalam konteks lokal dan global ketika berpameran di dalam dan luar negeri.
Baginya, sosok pahlawan dalam seni rupa Indonesia adalah Jim Supangkat, karena kiprahnya sebagai pemikir seni rupa Indonesia.Heri beranggapan Jim memiliki sangat banyak kontribusi. Tidak hanya itu, Jim juga dinilainya sebagai tokoh dalam gerakan seni rupa baru (GSRB) pada 1975.
“Beliau juga menulis banyak artikel seni rupa di berbagai media, baik di Indonesia maupun jurnal-jurnal internasional,” paparnya.
Kurator Heri Pemad menuturkan bahwa para maestro perintis seni rupa Indonesia telah meninggalkan banyak warisan berupa pemikiran, gaya artistik, metode kerja, dan semangat untuk terus memajukan seni rupa Indonesia. “Sayangnya, banyak warisan mereka yang belum terdokumentasikan dan dikaji dengan baik,” ujarnya.
Para maestro seni rupa Indonesia, menurutnya, telah meninggalkan warisan dan nilai-nilai yang dapat digali dan dikembangkan oleh generasi muda saat ini.Bukan tanpa sebab, mereka memiliki akses informasi yang lebih terbuka tentang para maestro seni rupa Indonesia.
Sebagai contoh, Raden Saleh adalah seniman yang berkontribusi besar dalam perintisan seni lukis sebagai ekspresi masyarakat yang mengedepankan kebebasan dan kemodernan dan S. Sudjojono yang merintis seni lukis dengan bercorak nasionalis kerakyatan.
Kemudian, Affandi mendobrak seni lukis dengan gayanya yang ekspresif dan spontan, Ahmad Sadali berhasil meletakkan fondasi pendidikan tinggi seni, sekaligus memperkenalkan seni abstrak yang berbasis spiritualitas.
Editor: Dika Irawan
Dengan privilese yang dimilikinya, dia memanfaatkan seni untuk menyuarakan aspirasinya. Setelahnya, ketika masa revolusi fisik, muncul nama-nama seniman lain, bahkan mereka turut berperang. Bak fotografer dalam medan perang, para seniman ini mengabadikan momen genting kala itu, menggunakan kuasnya. Beberapa dari seniman itu adalah S. Sudjojono, Sri Hadi Sudarsono, Hendra Gunawan, dan Affandi.
Baca juga: Hypereport: Pahlawan Industri Perfilman, Ratna Asmara hingga Misbach Yusa Biran
Kini, usai kemerdekaan diraih, para seniman dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, tak berhenti memproduksi karya. Jika dahulu mereka berjuang melawan penjajah, maka kali ini perjuangan mereka adalah memperjuangkan seni rupa Indonesia itu sendiri.
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa pada saat ini kepahlawanan harus dilihat bersama-sama melalui jaringan sistem kerja sama atau kolaborasi antara seniman dan infrastrukturnya. Bukan tanpa alasan, mereka yang berada di sekitar sang artis juga kerap mempopulerkan nama dan ide tentang Indonesia dalam seni rupa.
“Saya melihat sosok pahlawan bukan hanya seniman. Namun, terhadap pelaku lain di luar seniman,” katanya kepada Hypeabis.id.
Dia menilai bahwa pahlawan dalam perkembangan seni rupa lukis Indonesia terdiri atas kurator, galeri, kolektor, dan juga seniman. Dari sisi kurator, Jim Supangkat adalah salah satu contohnya. Menurutnya, Jum sudah memulai kekuratoran di dalam negeri pada era 1990an.
Dia mulai ikut di forum-forum sebagai kurator. Dari situlah tradisi kekuratoran muncul di Indonesia dan berlangsung sampai dengan saat ini. Kondisi ini mengubah cara seni rupa di dalam negeri mengalami perkembangan.
Tidak hanya itu, galeri juga menjadi pahlawan seni rupa lukis Indonesia dalam perkembangannya lantaran ikut mempopulerkan atau membuat gerak seniman menjadi dikenal oleh masyarakat. “Jadi, saya lihat kontribusi mereka adalah mempopulerkan gagasan tentang Indonesia melalui karya-karya para seniman,” ujarnya.
Hadiprana Gallery yang merupakan galeri seni tertua di Indonesia dapat menjadi salah satu contoh galeri yang bisa dikatakan sebagai pahlawan dalam perkembangan seni rupa Indonesia pada saat ini. Setelah itu, di dalam negeri terdapat berbagai macam galeri seperti Edwin Gallery, Andi Gallery, dan sebagainya yang terus bermunculan di dalam negeri.
Keberadaan-keberadaan infrastruktur itu pada gilirannya memunculkan pahlawan seni rupa Indonesia dalam setiap dekade perkembangan seni rupa di dalam negeri, seperti pahlawan ketika boom seni lukis, saat internasionalisasi, boom seni lukis kedua, dan sebagainya.
Ketika boom seni lukis terjadi di dalam negeri pada 1980an, nama-nama besar seniman yang kini kerap disebut maestro seperti Ahmad Sadali, Jeihan, dan sebagainya bermunculan. Kemunculan mereka dari lokal oleh lokal dan berdampak terhadap kepopuleran seni lukis dan seniman, yang makin sejahtera.
Pada era 1990an, ketika masa internasionalisasi terjadi, pahlawan dalam perkembangan seni rupa lukis di Indonesia memunculkan nama-nama seniman yang mengenalkan seni rupa di Indonesia, melalui forum-forum pameran.
Nama yang paling sering dibicarakan pada era itu, seperti Heri Dono, Aloysius Nindityo Adipurnomo, dan sebagainya. Selain itu, terdapat juga Darsono, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, dan sebagainya.
Dari sudut pandang seniman, Heri Dono melihat bahwa pahlawan dalam seni rupa adalah sosok atau figur yang mengabdi sepenuhnya untuk kedigdayaan atau kehormatan suatu bangsa. Sosok ini, menurutnya, kerap memosisikan diri dari cakrawala budaya Indonesia dalam mempersepsikan seni rupa dalam konteks lokal dan global ketika berpameran di dalam dan luar negeri.
Baginya, sosok pahlawan dalam seni rupa Indonesia adalah Jim Supangkat, karena kiprahnya sebagai pemikir seni rupa Indonesia.Heri beranggapan Jim memiliki sangat banyak kontribusi. Tidak hanya itu, Jim juga dinilainya sebagai tokoh dalam gerakan seni rupa baru (GSRB) pada 1975.
“Beliau juga menulis banyak artikel seni rupa di berbagai media, baik di Indonesia maupun jurnal-jurnal internasional,” paparnya.
Kurator Heri Pemad menuturkan bahwa para maestro perintis seni rupa Indonesia telah meninggalkan banyak warisan berupa pemikiran, gaya artistik, metode kerja, dan semangat untuk terus memajukan seni rupa Indonesia. “Sayangnya, banyak warisan mereka yang belum terdokumentasikan dan dikaji dengan baik,” ujarnya.
Para maestro seni rupa Indonesia, menurutnya, telah meninggalkan warisan dan nilai-nilai yang dapat digali dan dikembangkan oleh generasi muda saat ini.Bukan tanpa sebab, mereka memiliki akses informasi yang lebih terbuka tentang para maestro seni rupa Indonesia.
Sebagai contoh, Raden Saleh adalah seniman yang berkontribusi besar dalam perintisan seni lukis sebagai ekspresi masyarakat yang mengedepankan kebebasan dan kemodernan dan S. Sudjojono yang merintis seni lukis dengan bercorak nasionalis kerakyatan.
Kemudian, Affandi mendobrak seni lukis dengan gayanya yang ekspresif dan spontan, Ahmad Sadali berhasil meletakkan fondasi pendidikan tinggi seni, sekaligus memperkenalkan seni abstrak yang berbasis spiritualitas.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.