Buku Iravati M Sudiarso: Empu Pianis Indonesia. (Sumber gambar: Kepustakaan Populer Gramedia)

Buku Biografi Iravati Mangunkusumo Sudiarso, Kiprah 6 Dekade Sang Empu Pianis Indonesia

04 November 2023   |   17:28 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Dunia seni Indonesia khususnya dalam bidang musik tak boleh melewatkan nama Iravati Mangunkusumo Sudiarso. Perempuan yang akrab disapa Ira itu dikenal sebagai pianis dan guru musik kenamaan Tanah Air yang telah berkiprah dalam dunia seni selama lebih dari 6 dekade. Banyak nama pianis besar yang merupakan buah hasil didikannya.
 
Kini, pascakepergian Ira pada Januari 2023 lalu, hadir buku biografi perdana sang maestro berjudul Iravati M Sudiarso: Empu Pianis Indonesia. Buku yang ditulis oleh Agus M. Irkham setebal 298 halaman itu mengulas sepak terjang Ira selama lebih dari 6 dekade berkontribusi pada perkembangan musik klasik di Indonesia, terutama piano.
Agus M. Irkham menjelaskan dalam menyusun biografi tersebut, dia menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan kronologis dan substansi. Pendekatan kronologis berkaitan dengan kisah kehidupan Ira sejak kecil, awal mula perkenalannya dengan piano dan musik klasik, relasinya bersama keluarga, hingga perjalanannya dalam menempuh studi hingga ke luar negeri.
 
"Bagaimana apa-apa yang terbentuk di kaluarga itu akhirnya mempengaruhi cara-cara dia [Ira] menghadapi lingkungan dan sekitarnya. Buku ini memberikan pesan bahwa basis dari sebuah pendidikan itu adalah keluarga, jadi memang sangat kaya narasinya," katanya dalam acara konferensi pers di Steinway Gallery, Jakarta Barat, Sabtu (4/11/2023).
 

Buku Iravati M Sudiarso: Empu Pianis Indonesia. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Buku Iravati M Sudiarso: Empu Pianis Indonesia. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Sementara pada bab kedua, Agus menggunakan pendekatan substansi yang berusaha memetakan dan menarasikan rekam jejak sosok Ira sebagai pendidik, seniman, ibu, istri, sekaligus aktivis. Ira sebagai pendidik dinarasikan oleh sang penulis menjadi dua bab kisah yang berkaitan dengan kontribusi sang maestro dengan unsur kelembagaan.
 
Sosok Ira sebagai ibu dan istri dibingkai salah satunya dalam kisah perjalanan bermusiknya bersama sang putri, Aisha Ariadna Pletscher, sedangkan perannya sebagai aktivis budaya menyoroti relasi Ira dengan para rekan sesama senimannya di berbagai bidang, sekaligus sikapnya dalam merespons persoalan kebudayaan.
 
"Bu Ira itu bukan hidup dalam ruang kedap udara yang tidak tahu menahu tentang kehidupan di luar sana, tapi dia selalu punya narasi sehingga musik [yang dibuatnya] tidak ada habis-habisnya," kata penulis asal Batang, Jawa Tengah, itu.
 
Sosok maestro Ira memang hadir tidak saja sebagai pianis tapi juga pendidik. Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik (YPM) menjadi tempat Ira merealisasikan gagasan dan idealismenya dengan menempa dan menggembleng para muridnya menjadi pianis andal. Lebih dari itu, mendidik mereka menjadi manusia seutuhnya.
 
Berprofesi sebagai seorang pianis tidak lantas membuat lingkup perhatian dan aktivitasnya terbatas. Di samping sebagai pemusik, Ira juga memberikan sumbangsih pemikiran, kerja-kerja kreatif, dan visi yang selalu ditempatkan dalam konteks kemanusiaan, kebangsaan, dan keindonesiaan.
 
Bahkan, Ira juga terlibat aktif dalam mengembangkan kebudayaan melalui kiprahnya di Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Institut Kesenian Jakarta, dan Akademi Jakarta. Sepak terjangnya sebagai musisi sekaligus praktisi seni dan kebudayaan mengejawantahkan sosok Iravati sebagai tokoh perempuan pejuang yang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang kesenian di Indonesia.
 

Para pembicara dalam acara konferensi pers di Steinway Gallery, Jakarta Barat, Sabtu (4/11/2023).

Para pembicara dalam acara konferensi pers di Steinway Gallery, Jakarta Barat, Sabtu (4/11/2023). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta

Agus menuturkan proses penulisan buku Iravati M. Sudiarso: Empu Pianis Indonesia dimulai sejak awal tahun 2020, dan rampung pada awal 2023. Dalam prosesnya, dia melakukan wawancara pada banyak narasumber yang bersinggungan langsung dengan Ira, salah satunya pianis kenamaan Jaya Suprana.
 
Selain itu, sang penulis juga mengumpulkan banyak arsip baik itu milik Ira pribadi, dokumen-dokumen yang tersimpan di perpustakaan luar negeri, termasuk artikel-artikel yang dimuat di media massa. Untuk mengerjakan riset itu, dia juga dibantu oleh musikolog sekaligus akademisi Aditya Setiadi.
 
Menurutnya, tantangan utama dalam menggarap buku tersebut adalah ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2021. Proses wawancara beberapa narsum terpaksa harus dilakukan secara daring, alih-alih bertatap muka secara langsung. "Karena agak susah juga untuk menjaga semangat menulis tapi tidak berinteraksi secara langsung dengan narasumber," ucapnya.
 
Aisha Ariadna Pletscher, pianis sekaligus anak kedua dari Iravati, menuturkan narasumber-narasumber yang diwawancara dalam penggarapan buku biografi mendiang ibunda tak hanya datang dari bidang seni musik. Ada pula narasi-narasi yang datang dari penari, penulis, pegiat film, hingga anggota keluarga.
 
"Jadi kami berusaha agar buku ini tidak hanya melihat dari satu sisi tapi memang kehidupan ibu secara menyeluruh," katanya.
Menurut Aisha, lebih dari sekadar persembahan atau tribute, perilisan buku ini juga menjadi bagian dari upaya merayakan kehidupan sosok Ira. "Karena ibu itu bukan hanya milik kami, tapi sebetulnya ibu adalah milik semua yang pernah bersentuhan dengan beliau. Ibu dari seni di Indonesia," katanya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

5 Daya Tarik Liburan di Ketapanrame, Desa Wisata Terbaik di Indonesia

BERIKUTNYA

4 Drama Korea Angkat Isu Kesehatan Mental, Terbaru Ada Daily Dose of Sunshine

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: