Ilustrasi anak membaca buku. (Sumber gambar: Jhonny Mcclung/Unsplash)

Hari Anak Jakarta Membaca Tiap 24 Agustus, Ini Cara Seru untuk Merayakannya

24 August 2024   |   11:01 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kota Jakarta punya hari khusus untuk mengampanyekan kegiatan literasi yakni Hari Anak Jakarta Membaca (Hanjaba). Hanjaba diperingati pada 24 Agustus tiap tahunnya. Peringatannya dibuat sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan literasi serta menumbuhkan minat, kegemaran, kebiasaan, dan budaya baca masyarakat.

Mengutip dari laman resmi Perpustakaan Nasional Indonesia, tujuan penyelenggaraan Hanjaba yakni untuk memasyarakatkan perpustakaan, meningkatkan pemahaman pentingnya membaca dalam menambah pengetahuan, memperluas wawasan, serta menemukan hal-hal yang dapat mengubah kehidupan dan menumbuhkembangkan minat, kegemaran, kebiasaan, dan budaya baca bagi warga DKI Jakarta.

Baca juga: 6 Rekomendasi Genre Buku Anak untuk Kembangkan Imajinasi

Hal ini merujuk pada minat baca masyarakat khususnya anak Indonesia yang tercatat masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Data Hasil Asesmen Nasional (AN) pada 2021 menemukan bahwa 1 dari 2 peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi. Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman yang lebih tinggi.

Selain itu, survei terbaru Bank Dunia pada 2022 menunjukkan hasil serupa, yakni 51 persen anak-anak Indonesia dikatakan kompetensinya masih sangat rendah, belum mampu secara literal, dan juga secara numeral dalam hal literasi.

Sedangkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10 persen penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. 

Sementara itu, tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini juga masih terbilang rendah. Survei dari Program for International Student Assessment (PISA) 2019 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke 62 dari 70 negara. Artinya, Indonesia tergolong sebagai 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.

Data dari UNESCO juga menyebutkan hal yang hampir serupa. Menukil dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), lembaga PBB itu menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang gemar membaca.

Namun, data berbeda ditunjukkan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang menyebutkan tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4 persen dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 59,52 poin.

Menurut wilayahnya, Yogyakarta memiliki skor TGM tertinggi secara nasional, yakni 72,29 poin. Posisi berikutnya ditempati Jawa Tengah dengan skor TGM sebesar 70,96 poin. Kemudian, skor TGM di Jawa Barat tercatat sebesar 70,1 poin. Setelahnya ada DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan skor TGM masing-masing sebesar 68,54 poin.

Sementara, skor TGM di Papua Barat menjadi yang terendah di Indonesia, yakni 54,81 poin. Di atasnya ada Sulawesi Utara dan Papua dengan skor masing-masing sebesar 55,58 poin dan 55,93 poin.

Hasil riset itu juga menunjukkan waktu membaca masyarakat Indonesia selama 1 jam 37,8 menit per hari. Jika dikonversi, masyarakat Indonesia menghabiskan waktu hingga 9 jam 56 menit untuk membaca setiap minggunya. Frekuensi membaca masyarakat Indonesia sebanyak lima kali per minggu. Adapun, masyarakat Indonesia membaca lima bahan bacaan setiap tiga bulan pada 2022.

Menukil dari situs Kalla Institute, ada beberapa faktor yang menjadi sebab masih rendahnya minat literasi di Indonesia. Pertama adalah aksesibilitas. Terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber literasi seperti perpustakaan, buku, dan media cetak merupakan salah satu faktor utama. Di daerah pedesaan dan di kalangan masyarakat kurang mampu, sumber literasi seringkali sulit dijangkau.

Faktoe kedua yakni tingkat kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia juga memengaruhi minat literasi. Ketidaksetaraan dalam pendidikan dan kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai bisa membuat minat literasi berkurang.

Kemudian faktor penggunaan teknologi digital juga dapat memengaruhi minat membaca seseorang. Meskipun perkembangan teknologi telah meningkatkan aksesibilitas informasi, penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan terhadap media sosial dan hiburan digital justru dapat mengurangi minat membaca buku dan sumber literasi lainnya. 

Adapun faktor lainnya ialah budaya membaca itu sendiri. Budaya membaca di Indonesia yang kurang mendukung juga mempengaruhi minat literasi. Jika membaca buku tidak dianggap sebagai aktivitas yang penting atau prestisius, maka minat literasi akan menurun.


Cara Merayakan Hari Anak Jakarta Membaca

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk ikut merayakan Hari Anak Jakarta Membaca. Berikut beberapa di antaranya yang bisa menjadi inspirasi untuk Genhype.
  • Mengajak anak membeli buku baru atau membaca ulang buku favorit yang sudah dimiliki;
  • Mengajak anak untuk membaca sekaligus mendiskusikan buku bersama;
  • Mengunjungi perpustakaan kota atau nasional;
  • Mendonasikan buku bekas layak baca ke perpustakaan lokal, taman baca, sekolah, atau lembaga penghimpun donasi buku;
  • Meramaikan media sosial dengan gambar, pesan, dan kampanye terkait budaya membaca buku;
  • Ikut acara diskusi atau bedah buku bersama komunitas.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Tips Memilih Hunian Sewa yang Nyaman Buat Pekerja Ibu Kota

BERIKUTNYA

Resep Lobster Roll, Hidangan Sultan yang Dibanderol Rp400.000 Per Potongnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: