Ilustrasi (Sumber gambar: Hunters Race/Unsplash)

Profesi Masa Depan Manusia Diprediksi Makin Bersinggungan dengan AI, Berkah atau Bencana?

01 November 2023   |   20:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Masa depan profesi manusia dibayangi tanda tanya besar dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI). Beberapa waktu ini, sistem yang semula diciptakan untuk membuat hidup manusia makin praktis itu kerap mendapat sentimen negatif. Salah satunya adalah kekhawatiran AI dapat merenggut sebagian besar profesi masa depan manusia.

Padahal, AI dicetuskan dengan algoritma tertentu dengan maksud dapat mendampingi dunia kerja manusia. Lantas, pantaskah manusia takut dengan teknologi kecerdasan buatan ini? 

Baca juga: Ini 3 Etika Kunci dalam Pengembangan Kecerdasan Buatan
 
Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAS) Lukas menjelaskan, Indonesia masih berada dalam tahap awal dalam euforia penggunaan AI. Dalam tahap permulaan, wajar saja jika sebagian masyarakat masih sibuk berdebat dengan kemungkinan perenggutan pekerjaan manusia di masa mendatang.

“Pada dasarnya AI tidak memiliki intensi untuk berbuat sesuatu, sifatnya digunakan. AI hanyalah alat. Gunakan  dan ambil manfaatnya dari sana,” jelas Lukas dalam agenda Digital Discourses: Humanity in The Age of AI.
 
Lukas berpendapat, saat ini manusia cenderung menjadi ‘less-human’ dan menyandarkan banyak hal pada teknologi. Di satu sisi, kehadiran AI dianggap penting dalam mempermudah kerja manusia. Akan tetapi di sisi lain, AI kerap dianggap sebagai momok dengan intelegensi superior yang bertumbuh dan berkembang sendiri. Oleh karena itu ketakutan AI dalam menggantikan pekerjaan manusia, bahkan keberagaman dan etnis dianggap makin nyata. 
 

Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik/rawpixel)

Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik/rawpixel)

Menurutnya, era digital dan teknologi harus dihadapi, bukan justru ditakuti. Teknisi akan terus memerlukan alat untuk mencapai jenjang hidup masyarakat yang lebih baik serta memberikan dampak dan efek yang nyata.

“Ketika AI hadir sebagai alat, tentu saja itu bisa digunakan untuk hal baik dan hal buruk. Di satu sisi, tantangan yang dihadapi dunia digital adalah melakukan regulasi. Justru ini menandai bahwa manusia tetap punya kuasa dan kendali atas teknologi,” jelasnya.
 
Peneliti Hak Digital Asia Tenggara dari Khazanah Research Institute Jun-E Tan mengatakan bahwa kedatangan AI beriringan dengan kebutuhan inovasi akan teknologi penunjang kehidupan manusia.

Saat ini, negara-negara di dunia terus mencoba membuat prinsip teknologi AI dan humanisme berkesinambungan. AI selalu menciptakan argumen mulai dari disrupsi koneksi hingga potensi ‘penjajahan’ profesi masa depan manusia.
 
“Peneliti di dunia terus melakukan penelitian bagaimana AI dapat mempengaruhi pekerja. Sejauh ini kesimpulan tetap berada pada garis bagaimana kita merespon teknologi, Kita sering berdebat tentang AI bisa merubah algoritma dan lainnya yang sebetulnya berada di sisi luar,” jelas Jun E-Tan.

Padahal, tantangan profesi masa depan tetap berada di tangan manusia. Bagaimana pemangku kepentingan meregulasi AI dan bagaimana masyarakat merespons kehadiran teknologi di masa depan. 

Baca juga: Pentingnya Perlindungan Data Pribadi pada Era Artificial Intelligence 
 

Tantangan Profesi Masa Depan

Country Leader LinkedIn Indonesia Rohit Kalsy menjelaskan, manusia kini telah memasuki era baru dalam bekerja. Data LinkedIn menyebutkan skill yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan akan berubah setidaknya hingga 65% sebelum menyentuh 2030.

Tren ini diproyeksikan terjadi di seluruh dunia. Rohit berpendapat, tenaga kerja dalam bidang HR merupakan contoh nyata profesi masa depan yang tidak akan bergeser, tetapi justru terlengkapi dengan bantuan AI.
 
Misalnya, profesi perekrut atau HR yang dinilai memiliki peran strategis dalam mengelola perubahan kompleks dalam dunia kerja masa depan. Meski AI kerap mendapat prasangka buruk, dia menyebut kecerdasan buatan ini menjadi alat krusial bagi tenaga bidang sumber daya manusia. 

“Dengan memanfaatkan AI, tenaga HR akan memiliki waktu lebih banyak untuk fokus pada aspek-aspek pekerjaan yang lebih strategis dan humanis, seperti menjalin koneksi atau terhubung dengan para kandidat,” jelas Rohit.

Mengenai AI akan mengambil sebagian kerja teknis manusia, dia membenarkannya. Sebab AI akan mendorong para pekerja dan pemimpin bisnis untuk memprioritaskan pekerjaan yang lebih strategis serta menciptakan dampak signifikan. Rohit menyebut, AI akan mengambil alih pekerjaan manusia yang bersifat teknis, sehingga manusia bisa lebih fokus pada aspek pekerjaan yang humanis. 
 

Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi (Sumber gambar: Freepik)

Publik, lanjutnya, tak perlu takut dengan gembar-gembor AI yang menggantikan kerja manusia. Pasalnya, seseorang akan memiliki soft skills yang hanya dapat digerakkan oleh manusia di tengah otomasi AI di banyak bidang kerja saat ini.

“Pada akhirnya, kreativitas manusia, kecerdasan emosional, dan keinginan kita untuk mencapai lebih banyak dalam karier tidak akan pernah tergantikan oleh AI. Mereka yang paling sukses dalam pekerjaan di era AI akan menjadi individu yang tangkas dan menganggap pertumbuhan sebagai siklus yang baik,” tegas Rohit.
 
Melalui penelitian yang dilakukan LinkedIn, ada 4 soft skills yang diakui para profesional justru akan lebih dibutuhkan seiring dengan luasnya penggunaan AI. Sekitar 76% trgantung pada kemampuan diskusi strategis dan manajemen waktu, sementara 75% lainnya berupaya memecahkan masalah.

AI menjadi salah satu bukti dunia kerja yang modern dan imersif. Tren ini akan mengubah cara berpikir manusia dalam berkarier dan bertumbuh bersama perusahaan. Sehingga, peningkatan pentingnya pola pikir dalam hard skills dan soft skills tetap dibutuhkan.
 
“Ada kemungkinan besar bahwa era baru ini akan menjadi lebih manusiawi dibandingkan sebelumnya, memberikan kita kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang lebih memuaskan, dan melakukannya dengan lebih mudah dan efektif,” tutup Rohit.

Baca juga: Riset LinkedIn: AI Bakal Mengubah 65% Kebutuhan Keterampilan di Dunia Kerja

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Penuh Tantangan, Begini Cara Pemain Membangun Karakter di Film Srimulat: Hidup Memang Komedi

BERIKUTNYA

Mencicipi Gurihnya Pizza Tipis dan Lebar ala New York Style

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: