Menikmati Pesona Karya Maestro Indonesia di Pameran Seakan-akan Tidak Ada Matahari
25 October 2023 |
22:00 WIB
Lukisan para maestro Indonesia sebagian besar telah dikoleksi kolektor atau galeri seni. Namun, tidak jarang karya-karya tersebut berakhir di ruang gelap dan hanya sesekali dinikmati oleh empunya, tanpa banyak publik yang bisa mengapresiasinya secara luas.
Berangkat dari permis itulah Pameran koleksi Seakan-akan Tidak Ada Matahari dihelat di Ruang serbaguna Galeri Nasional Indonesia. Menjadi bagian dari acara Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 acara ini berlangsung hingga 19 November 2023.
Baca juga: Menorehkan Sastra ke Medium Seni Rupa lewat Pameran Kejatuhan dan Hati di PKN 2023
Tajuk tersebut dipilih berdasarkan kutipan kritik penulis Nugroho dalam Harian Rakyat terhadap karya-karya pameran Sanggar Pelukis Rakyat di Jakarta pada 1957. Hal ini terinspirasi dari perjalanan pelukis Kustiyah (1935–2012) saat melakukan residensi ke negara-negara yang tidak mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun.
Adapun, ekshibisi Seakan-akan Tidak Ada Matahari menampilkan 54 karya dari koleksi museum publik dan swasta untuk menempatkan kehidupan dan karya Kustiyah bersama orang-orang sezamannya. Presentasi ini memberikan lensa untuk mengkaji sejarah kompleks seni rupa Indonesia.
Salah satu yang menarik perhatian adalah karya pelukis Sudarso bertajuk Kustiyah (cat minyak di atas kanvas, 123 x 80 cm, 2023). Dua karya serupa yang kini menjadi koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik itu menggambarkan sosok perempuan yang sedang menerawang jauh saat dipacak di atas tiang besi.
Karya dengan palet kehijauan itu juga menampilkan salah satu ciri khas Sudarso, yakni objek perempuan dengan rambut panjang yang digelung secara manual. Tak hanya itu, alih-alih menampilkan sisi keperempuanan yang mewah ala Basoeki Abdullah, sang seniman justru menampilkan perempuan yang sederhana, tapi penuh perbawa.
Tim kuratorial Hyphen mengatakan, pemasangan lukisan di atas tiang besi adalah hasil keputusan berlapis. Pertama, hal itu dilakukan untuk menghadirkan lukisan dalam kondisi yang nyaris sepenuhya. Terutama agar audiens dapat memiliki kesempatan untuk mengenali usia lukisan berdasarkan bahan-bahannya.
Kedua, untuk menegaskan bahwa karya tersebut tidak perlu dipanggungkan dengan dinding berwarna pekat. Pasalnya puluhan lukisan yang dihadirkan memiliki ceritanya masing-masing, tapi setiap karya terikat satu sama lain, khususnya momentum berkarya dari kehidupan sang seniman dalam era yang sama.
"Di ruangan ini kita punya kesempatan untuk menyaksikan lukisan-lukisan ini dalam dua alam. Yakni saat matahari hadir di mana rona dan pendarnya akan menemukan jalan masuk ke dalam ruangan, serta saat matahari terbenam dan suhu mulai menurun," katanya.
Beranjak ke bagian sisi lain, audiens juga akan menemukan lukisan karya Affandi berjudul Penyu (Cat minyak di atas kanvas, 97 x125 cm). Sesuai judulnya karya bertitimangsa 1974 itu melukiskan dua ekor penyu berukuran besar yang digores secara ekspresif oleh sang seniman.
Laiknya karya-karya Affandi lain, lukisan tersebut juga ditorehkan dengan cara memblejeti tinta secara langsung dari tubenya. Hal itu terlihat dari hasil lukisan dengan ketebalan tertentu yang muncul di atas kanvas, serta menghadirkan energi yang kuat secara visual.
Karya dengan tematik serupa juga terejawantah dalam lukisan Kartika Affandi berjudul Rumah Petani Austria (cat minyak di atas kanvas, 150 x 120 cm, 1991). Secara umum lukisan tersebut menggambarkan lanskap pedesaan dalam suasana musim dingin yang dipenuhi salju.
Adapun, lukisan yang didominasi palet berwarna putih itu juga menggambarkan sosok yang sedang mendorong gerobak menuju arah rumah penduduk. Jejak-jejak teknik maestro Affandi juga terlihat dalam karya dari sang anak yang juga dikenal sebagai salah satu perupa senior itu.
Sebagai tambahan informasi, acara puncak PKN akan diadakan hingga 29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Total terdapat delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project.
Baca juga: Cek Profil 5 Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia, Ada Raden Saleh hingga Basoeki Abdullah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Berangkat dari permis itulah Pameran koleksi Seakan-akan Tidak Ada Matahari dihelat di Ruang serbaguna Galeri Nasional Indonesia. Menjadi bagian dari acara Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 acara ini berlangsung hingga 19 November 2023.
Baca juga: Menorehkan Sastra ke Medium Seni Rupa lewat Pameran Kejatuhan dan Hati di PKN 2023
Tajuk tersebut dipilih berdasarkan kutipan kritik penulis Nugroho dalam Harian Rakyat terhadap karya-karya pameran Sanggar Pelukis Rakyat di Jakarta pada 1957. Hal ini terinspirasi dari perjalanan pelukis Kustiyah (1935–2012) saat melakukan residensi ke negara-negara yang tidak mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun.
Adapun, ekshibisi Seakan-akan Tidak Ada Matahari menampilkan 54 karya dari koleksi museum publik dan swasta untuk menempatkan kehidupan dan karya Kustiyah bersama orang-orang sezamannya. Presentasi ini memberikan lensa untuk mengkaji sejarah kompleks seni rupa Indonesia.
Salah satu yang menarik perhatian adalah karya pelukis Sudarso bertajuk Kustiyah (cat minyak di atas kanvas, 123 x 80 cm, 2023). Dua karya serupa yang kini menjadi koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik itu menggambarkan sosok perempuan yang sedang menerawang jauh saat dipacak di atas tiang besi.
karya pelukis Sudarso bertajuk Kustiyah (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Tim kuratorial Hyphen mengatakan, pemasangan lukisan di atas tiang besi adalah hasil keputusan berlapis. Pertama, hal itu dilakukan untuk menghadirkan lukisan dalam kondisi yang nyaris sepenuhya. Terutama agar audiens dapat memiliki kesempatan untuk mengenali usia lukisan berdasarkan bahan-bahannya.
Kedua, untuk menegaskan bahwa karya tersebut tidak perlu dipanggungkan dengan dinding berwarna pekat. Pasalnya puluhan lukisan yang dihadirkan memiliki ceritanya masing-masing, tapi setiap karya terikat satu sama lain, khususnya momentum berkarya dari kehidupan sang seniman dalam era yang sama.
"Di ruangan ini kita punya kesempatan untuk menyaksikan lukisan-lukisan ini dalam dua alam. Yakni saat matahari hadir di mana rona dan pendarnya akan menemukan jalan masuk ke dalam ruangan, serta saat matahari terbenam dan suhu mulai menurun," katanya.
karya Affandi berjudul Penyu (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)
Laiknya karya-karya Affandi lain, lukisan tersebut juga ditorehkan dengan cara memblejeti tinta secara langsung dari tubenya. Hal itu terlihat dari hasil lukisan dengan ketebalan tertentu yang muncul di atas kanvas, serta menghadirkan energi yang kuat secara visual.
Karya dengan tematik serupa juga terejawantah dalam lukisan Kartika Affandi berjudul Rumah Petani Austria (cat minyak di atas kanvas, 150 x 120 cm, 1991). Secara umum lukisan tersebut menggambarkan lanskap pedesaan dalam suasana musim dingin yang dipenuhi salju.
karya Kartika Affandi (kiri) berjudul Rumah Petani Austria Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Sebagai tambahan informasi, acara puncak PKN akan diadakan hingga 29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Total terdapat delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project.
Baca juga: Cek Profil 5 Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia, Ada Raden Saleh hingga Basoeki Abdullah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.