Menorehkan Sastra ke Medium Seni Rupa lewat Pameran Kejatuhan dan Hati di PKN 2023
23 October 2023 |
11:23 WIB
Perhelatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 akhirnya memasuki fase puncak nih Genhype. Sebab setelah melewati fase Rawat dan Panen, dari hasil residensi, penelitian, dan dokumentasi oleh peserta, kini tibalah fase Bagi yang ditujukan untuk publik. Sesuai pemaknaannya, pada fase ini seluruh karya para peserta siap dibagikan di berbagai titik lokasi di Jakarta melalui berbagai pameran.
Fase ini juga termasuk tur, perjamuan, pergelaran, konferensi, lokakarya, penerbitan, gelar wicara, instalasi yang dapat dinikmati khalayak secara gratis.
Baca juga: Kembali Digelar, PKN 2023 Jadi Wadah Kolaborasi Praktik Budaya dalam Melestarikan Bumi
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, PKN 2023 akan disuguhkan lewat konsep Ruang Tamu. Laiknya rumah yang telah bersiap menerima kunjungan dan interaksi di ruang tamunya, konsep ini diharapkan bisa memantik percakapan, tidak hanya antar pelaku budaya tapi juga antar masyarakat.
Adapun ruang tamu PKN akan disebar di 40 titik di seluruh Jakarta dengan empat titik ruang tamu utama sebagai etalase fase Bagi. Beberapa di antaranya termasuk di Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT Produksi Film Negara (Persero), dan M Bloc Space.
"Lokasi tersebut diharapkan bisa jadi tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkrama untuk jadi titik awal kolaborasi panjang dan berkelanjutan di masa depan,” kata Hilmar Farid.
Di antara puluhan titik lokasi tersebut salah satu yang patut dikunjungi adalah Rubanah Underground, Jakarta. Sebab di galeri ini memacak deretan karya seni rupa hasil karya seniman multidisiplin setelah menjalani riset dan penelitian.
Hal itu terejawantah misalnya lewat instalasi dari kain tile tembus pandang dengan torehan warna merah berbentuk sosok yang sedang berpelukan. Karya berbentuk seperti labirin itu merupakan satu dari sekian visual dalam proyek pameran Kejatuhan dan Hati: Denyut Romansa di tengah Gejolak Revolusi.
Sesuai tajuknya, eksibisi ini mencoba menghadirkan alternatif atau interpretasi atas karya sastrawati S. Rukiah. Diinisiasi oleh Jurnal Karbon, pameran ini merupakan bagian dari rangkaian acara kuratorial Jejaring, Rimpang, Pekan Kebudayaan Nasional yang dipacak hingga 5 November 2023.
Total terdapat tiga seniman dan dua kolektif seni lintas disiplin untuk merespons dan mempresentasikan hasil pembacaan atas novel yang terbit pada dekade 1950 itu. Turut dihadirkan pula hasil riset dalam bentuk linimasa atas sosok S. Rukiah dan bentangan revolusi Indonesia dari hasil wawancara dan arsip.
Sumber Inspirasi
Kurator Bagus Purwoadi mengatakan, buku Kejatuhan dan Hati merupakan satu-satunya novel yang ditulis S. Rukiah. Lewat karakter protagonisnya yang bernama Susi, novel ini menceritakan narasi tentang revolusi kemerdekaan yang berbeda dari kebanyakan karya sastrawan angkatan 45.
Adapun, pemilihan sosok S. Rukiah sebagai sumber inspirasi dilakukan agar generasi muda mengenal para sastrawan yang 'hilang' dalam sejarah akibat persoalan politik. Tak hanya itu, pameran ini merupakan bentuk apresiasi mereka terhadap penyair bernama lengkap Siti Rukiah Kertapati itu.
"Novel ini juga jadi semacam otobiografi dari S.Rukiah, di mana Susi merupakan karakter utama perempuan yang dibuat dari perspektif perempuan. Hal ini berbeda dengan karakter Nyai Ontosoroh [Novel Bumi Manusia] yang dibuat oleh Pramoedya Ananta Toer," katanya.
Sudut pandang penempatan karakter dari perspektif pengarang inilah yang akhirnya direspon oleh berbagai seniman multidisiplin dalam pameran tersebut. Misalnya lewat karya Gurat Sahabat yang menceritakan memori dari kehidupan dan psikologis tokoh dalam buku tersebut.
Bagus mengungkap pemilihan sosok Rukiah juga berangkat dari kedekatan kolektif mereka, yaitu Gudskul yang bertempat di salah satu tanah milik anak penulis tersebut di daerah Jakarta Selatan. Dari sinilah mereka meneroka sosok penulis itu lewat tiga sesi Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) bersama para peneliti dan akademisi.
"Rajutan kelindan yang mengisi pameran ini juga ingin menyalakan kembali semangat S. Rukiah yang sempat dijatuhkan dan kita terus hidupkan benderangnya terutama sebagai inspirasi bagi generasi muda," katanya.
Tak hanya menyajikan interpretasi dalam medium dua dan tiga dimensi, pameran ini juga direspon dalam bentuk performance art. Yaitu oleh koreografer Eyi Lesar yang bereksperimen dengan medium oobleck atau benda non-newtonian yang berbentuk seperti tepung padat sekaligus cair.
Eyi lesar mengatakan, pemilihan oobleck merepresentasikan kehidupan sang pengarang yang dikenal teguh dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya. Hal itu terefleksikan saat dia menari di atas cairan tersebut memburai dan tertekan tapi tetap kembali ke wujud semula.
Banyak terinspirasi dengan isu-isu persekusi, lewat karya berdurasi sekitar 40 menit itu Eyi juga menemukan hal sama lewat tokoh Susi dalam novel kejatuhan dan Hati. Salah satunya saat sang protagonis harus berhadapan dengan banyak hakim dalam perjalanan dalam menemukan jati dirinya sebagai perempuan.
"Momen penghakiman bisa dilihat lewat oobleck yang kalau kita kerasin bakal keras, tapi kalau dilembutin bakal lembut. Jadi, tepung oobleck ini juga jadi bagian dari sifat Susi sekaligus ibu Rukiah sebagai entitas manusia," katanya.
Seniman-seniman lain yang turut meramaikan pameran Kejatuhan dan Hati adalah Azisa Noor, yang berlatar belakang sebagai ilustrator. Seniman asal Bandung itu dalam pameran ini menyajikan novel karya S. Rukiah dalam bentuk komik dengan latar belakang peta Purwakarta yang menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual Susi.
Baca juga: Sorotan Pameran ICAD 2023 dan Kolaborasi Seni Kontemporer yang Inspiratif
Kemudian ada juga karya Emmalou Hale, yang berlatar belakang fesyen yang merespon novel dengan instalasi kain perca yang dibentuk menjadi ragam simbol. Tak hanya itu, kolektif Rurukids juga menginterpretasikan buku dengan instalasi berbentuk laci dan cermin dengan berbagai tulisan interaktif.
Editor: Fajar Sidik
Fase ini juga termasuk tur, perjamuan, pergelaran, konferensi, lokakarya, penerbitan, gelar wicara, instalasi yang dapat dinikmati khalayak secara gratis.
Baca juga: Kembali Digelar, PKN 2023 Jadi Wadah Kolaborasi Praktik Budaya dalam Melestarikan Bumi
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, PKN 2023 akan disuguhkan lewat konsep Ruang Tamu. Laiknya rumah yang telah bersiap menerima kunjungan dan interaksi di ruang tamunya, konsep ini diharapkan bisa memantik percakapan, tidak hanya antar pelaku budaya tapi juga antar masyarakat.
Adapun ruang tamu PKN akan disebar di 40 titik di seluruh Jakarta dengan empat titik ruang tamu utama sebagai etalase fase Bagi. Beberapa di antaranya termasuk di Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT Produksi Film Negara (Persero), dan M Bloc Space.
"Lokasi tersebut diharapkan bisa jadi tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkrama untuk jadi titik awal kolaborasi panjang dan berkelanjutan di masa depan,” kata Hilmar Farid.
Di antara puluhan titik lokasi tersebut salah satu yang patut dikunjungi adalah Rubanah Underground, Jakarta. Sebab di galeri ini memacak deretan karya seni rupa hasil karya seniman multidisiplin setelah menjalani riset dan penelitian.
Hal itu terejawantah misalnya lewat instalasi dari kain tile tembus pandang dengan torehan warna merah berbentuk sosok yang sedang berpelukan. Karya berbentuk seperti labirin itu merupakan satu dari sekian visual dalam proyek pameran Kejatuhan dan Hati: Denyut Romansa di tengah Gejolak Revolusi.
Sesuai tajuknya, eksibisi ini mencoba menghadirkan alternatif atau interpretasi atas karya sastrawati S. Rukiah. Diinisiasi oleh Jurnal Karbon, pameran ini merupakan bagian dari rangkaian acara kuratorial Jejaring, Rimpang, Pekan Kebudayaan Nasional yang dipacak hingga 5 November 2023.
Total terdapat tiga seniman dan dua kolektif seni lintas disiplin untuk merespons dan mempresentasikan hasil pembacaan atas novel yang terbit pada dekade 1950 itu. Turut dihadirkan pula hasil riset dalam bentuk linimasa atas sosok S. Rukiah dan bentangan revolusi Indonesia dari hasil wawancara dan arsip.
Sumber Inspirasi
Kurator Bagus Purwoadi mengatakan, buku Kejatuhan dan Hati merupakan satu-satunya novel yang ditulis S. Rukiah. Lewat karakter protagonisnya yang bernama Susi, novel ini menceritakan narasi tentang revolusi kemerdekaan yang berbeda dari kebanyakan karya sastrawan angkatan 45.
Adapun, pemilihan sosok S. Rukiah sebagai sumber inspirasi dilakukan agar generasi muda mengenal para sastrawan yang 'hilang' dalam sejarah akibat persoalan politik. Tak hanya itu, pameran ini merupakan bentuk apresiasi mereka terhadap penyair bernama lengkap Siti Rukiah Kertapati itu.
"Novel ini juga jadi semacam otobiografi dari S.Rukiah, di mana Susi merupakan karakter utama perempuan yang dibuat dari perspektif perempuan. Hal ini berbeda dengan karakter Nyai Ontosoroh [Novel Bumi Manusia] yang dibuat oleh Pramoedya Ananta Toer," katanya.
Sudut pandang penempatan karakter dari perspektif pengarang inilah yang akhirnya direspon oleh berbagai seniman multidisiplin dalam pameran tersebut. Misalnya lewat karya Gurat Sahabat yang menceritakan memori dari kehidupan dan psikologis tokoh dalam buku tersebut.
Karya komik Azisa Noor berjudul Pulang Pergi (mix media 100x200 cm, 2023) dalam Pameran kejatuhan dan Hati (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Bagus mengungkap pemilihan sosok Rukiah juga berangkat dari kedekatan kolektif mereka, yaitu Gudskul yang bertempat di salah satu tanah milik anak penulis tersebut di daerah Jakarta Selatan. Dari sinilah mereka meneroka sosok penulis itu lewat tiga sesi Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) bersama para peneliti dan akademisi.
"Rajutan kelindan yang mengisi pameran ini juga ingin menyalakan kembali semangat S. Rukiah yang sempat dijatuhkan dan kita terus hidupkan benderangnya terutama sebagai inspirasi bagi generasi muda," katanya.
Tak hanya menyajikan interpretasi dalam medium dua dan tiga dimensi, pameran ini juga direspon dalam bentuk performance art. Yaitu oleh koreografer Eyi Lesar yang bereksperimen dengan medium oobleck atau benda non-newtonian yang berbentuk seperti tepung padat sekaligus cair.
Eyi lesar mengatakan, pemilihan oobleck merepresentasikan kehidupan sang pengarang yang dikenal teguh dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya. Hal itu terefleksikan saat dia menari di atas cairan tersebut memburai dan tertekan tapi tetap kembali ke wujud semula.
Banyak terinspirasi dengan isu-isu persekusi, lewat karya berdurasi sekitar 40 menit itu Eyi juga menemukan hal sama lewat tokoh Susi dalam novel kejatuhan dan Hati. Salah satunya saat sang protagonis harus berhadapan dengan banyak hakim dalam perjalanan dalam menemukan jati dirinya sebagai perempuan.
"Momen penghakiman bisa dilihat lewat oobleck yang kalau kita kerasin bakal keras, tapi kalau dilembutin bakal lembut. Jadi, tepung oobleck ini juga jadi bagian dari sifat Susi sekaligus ibu Rukiah sebagai entitas manusia," katanya.
Penari Eyi Lesar saat merespon novel kejatuhan dan Hati lewat perfomance art berjudul Dance With Susi (sumber gambar Aldi, dokumentasi Rubanah Underground)
Baca juga: Sorotan Pameran ICAD 2023 dan Kolaborasi Seni Kontemporer yang Inspiratif
Kemudian ada juga karya Emmalou Hale, yang berlatar belakang fesyen yang merespon novel dengan instalasi kain perca yang dibentuk menjadi ragam simbol. Tak hanya itu, kolektif Rurukids juga menginterpretasikan buku dengan instalasi berbentuk laci dan cermin dengan berbagai tulisan interaktif.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.