Cek Profil 5 Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia, Ada Raden Saleh hingga Basoeki Abdullah
09 March 2023 |
15:30 WIB
Indonesia dikenal sebagai negara yang banyak melahirkan seniman berbakat atau maestro berbagai bidang, termasuk seni lukis. Beberapa dari pelukis itu bahkan tidak hanya mendapat apresiasi dari dalam negeri, tapi juga dari kalangan internasional.
Hal ini dikarenakan karya mereka selalu menjadi incaran kolektor untuk dipajang di galeri pribadi atau museum. Menariknya, lukisan-lukisan yang diburu itu selalu memiliki harga yang fantastis dengan nilai estetis yang tinggi.
Sebut saja lukisan maestro Raden Saleh yang berjudul Wild Bull Hunt yang terjual pada kegiatan lelang di Vannes, Prancis. Indonesia Expat menuliskan, lukisan ini diketok dengan harga sekitar 7,2 miliar euro atau sekitar US$8,8 miliar pada 27 Januari 2018.
Baca juga: 5 Lukisan Termahal Karya Seniman Wassily Kandinsky, Bapak Seni Abstrak Dunia
Selain Raden Saleh Indonesia juga memiliki maestro-maestro lukis lain yang berhasil mencuri perhatian dunia. Dihimpun Hypeabis.id dari berbagai sumber resmi berikut maestro lukis Tanah Air yang namanya harum di dunia internasional.
Raden Saleh Syarif Bustaman merupakan maestro lukis asal Terboyo, Semarang, Jawa Tengah. Dia lahir antara 1807-1814 dari pasangan Mas Adjeng Zarip Hoesen dan Sayid Husein bin Alwi bin Awal, Bupati Terboyo pada waktu itu.
Sejak belia, Raden Saleh memang sudah berbakat dalam seni lukis. Dia lalu nyantrik pada Antoine A.J. Payen seorang pelukis dari Belgia pada masa kolonial, yang kemudian menyuruh Raden Saleh untuk mengembangkan diri ke Eropa.
Dikutip dari laman Kemdikbud, Raden Saleh bertolak ke Belanda pada 1829. Di sana dia belajar melukis potret pada Cornelis Kruseman dan panorama pada Andries Schelfhout. Tak hanya itu, dia juga belajar ilmu yang lain di Belanda, termasuk bahasa dan yang lain.
Sekembalinya dari Belanda pada 1851 Raden Saleh semakin dikenal sebagai pelukis yang masyhur dengan karya-karya terkenal. Termasuk Penangkapan Pangeran Diponegoro, Harimau Minum, Perkelahian dengan Singa, dan Berburu Banteng.
Sindoedarsono Soedjojono merupakan Bapak Seni Rupa Modern sekaligus salah satu maestro lukis Indonesia yang juga mendunia. Lelaki yang akrab dipanggil Soedjojono itu lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada 14 Desember 1913.
Sudjojono mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada 1925 dan dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang guru yang bernama Yudhokusumo. Dia kelak juga mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) yang banyak melahirkan seniman berbakat.
Selama hidupnya Sudjojono telah menghasilkan ratusan karya terbaik yang menjadi koleksi museum negara hingga kolektor-kolektor pribadi di seantero dunia. Beberapa di antaranya bahkan harganya ditaksir mencapai ratusan miliar.
Salah satu lukisannya yang berjudul Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro sempat terjual di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada 5 April 2014 seharga 58,36 juta dolar Hong Kong atau setara Rp85,20 miliar dengan kurs rupiah tanggal tersebut.
Lukisan tersebut menceritakan tentang perlawanan Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di perang Jawa. Perang yang berlangsung pada 1741-743 menurutnya perlu dirayakan kembali oleh masyarakat Indonesia meski pahlawan mereka telah jatuh.
Hal ini dikarenakan karya mereka selalu menjadi incaran kolektor untuk dipajang di galeri pribadi atau museum. Menariknya, lukisan-lukisan yang diburu itu selalu memiliki harga yang fantastis dengan nilai estetis yang tinggi.
Sebut saja lukisan maestro Raden Saleh yang berjudul Wild Bull Hunt yang terjual pada kegiatan lelang di Vannes, Prancis. Indonesia Expat menuliskan, lukisan ini diketok dengan harga sekitar 7,2 miliar euro atau sekitar US$8,8 miliar pada 27 Januari 2018.
Baca juga: 5 Lukisan Termahal Karya Seniman Wassily Kandinsky, Bapak Seni Abstrak Dunia
Selain Raden Saleh Indonesia juga memiliki maestro-maestro lukis lain yang berhasil mencuri perhatian dunia. Dihimpun Hypeabis.id dari berbagai sumber resmi berikut maestro lukis Tanah Air yang namanya harum di dunia internasional.
1. Raden Saleh
Raden Saleh Syarif Bustaman merupakan maestro lukis asal Terboyo, Semarang, Jawa Tengah. Dia lahir antara 1807-1814 dari pasangan Mas Adjeng Zarip Hoesen dan Sayid Husein bin Alwi bin Awal, Bupati Terboyo pada waktu itu. Sejak belia, Raden Saleh memang sudah berbakat dalam seni lukis. Dia lalu nyantrik pada Antoine A.J. Payen seorang pelukis dari Belgia pada masa kolonial, yang kemudian menyuruh Raden Saleh untuk mengembangkan diri ke Eropa.
Dikutip dari laman Kemdikbud, Raden Saleh bertolak ke Belanda pada 1829. Di sana dia belajar melukis potret pada Cornelis Kruseman dan panorama pada Andries Schelfhout. Tak hanya itu, dia juga belajar ilmu yang lain di Belanda, termasuk bahasa dan yang lain.
Sekembalinya dari Belanda pada 1851 Raden Saleh semakin dikenal sebagai pelukis yang masyhur dengan karya-karya terkenal. Termasuk Penangkapan Pangeran Diponegoro, Harimau Minum, Perkelahian dengan Singa, dan Berburu Banteng.
2. S. Sudjojono
Sindoedarsono Soedjojono merupakan Bapak Seni Rupa Modern sekaligus salah satu maestro lukis Indonesia yang juga mendunia. Lelaki yang akrab dipanggil Soedjojono itu lahir di Kisaran, Sumatera Utara pada 14 Desember 1913.Sudjojono mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada 1925 dan dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang guru yang bernama Yudhokusumo. Dia kelak juga mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) yang banyak melahirkan seniman berbakat.
Selama hidupnya Sudjojono telah menghasilkan ratusan karya terbaik yang menjadi koleksi museum negara hingga kolektor-kolektor pribadi di seantero dunia. Beberapa di antaranya bahkan harganya ditaksir mencapai ratusan miliar.
Salah satu lukisannya yang berjudul Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro sempat terjual di balai lelang Sotheby’s Hong Kong pada 5 April 2014 seharga 58,36 juta dolar Hong Kong atau setara Rp85,20 miliar dengan kurs rupiah tanggal tersebut.
Lukisan tersebut menceritakan tentang perlawanan Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di perang Jawa. Perang yang berlangsung pada 1741-743 menurutnya perlu dirayakan kembali oleh masyarakat Indonesia meski pahlawan mereka telah jatuh.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.