Eksplorasi Baru Seniman Fadriah Syuaib dalam Karya Storytelling di ICAD 2023
24 October 2023 |
20:34 WIB
Tiga lukisan berpanel yang tampak seperti batang pohon mewujud dengan ekspresif di salah satu sudut pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD). Ketiga itu memiliki bentuk yang berbeda, tetapi punya satu kesamaan: batang pohonnya tampak penuh tambalan.
Di depan lukisan itu, tersaji beberapa macam rempah-rempah khas Ternate, Maluku Utara, yang tak lain adalah produk dari batang yang dipenuhi tambalan itu. Ketika didekati, wangi rempah seketika menguar menusuk hidung. Tak lama kemudian, samar-samar terdengar audio dari seorang pria yang berbicara tentang bumbu ajaib yang pernah begitu diperebutkan oleh berbagai bangsa.
Fadriah Syuaib memberi judul karya tersebut Storytelling. Lewat lukisan berpanel dan instalasi interaktif ini, Fadrie, begitu dia lebih dikenal, coba meramu rempah menjadi sebuah karya yang dapat memberikan pengalaman estetis berbeda.
Baca juga: Lebih Dekat dengan The Whisper Tree Karya Alex Abbad x Viro di ICAD 2023
Lewat karyanya ini, Fadrie seolah sedang menelanjangi kondisi ekologi di tanah kelahirannya, Ternate, utamanya dalam persoalan rempah. Ekspresinya kali ini terasa begitu getir, sekaligus menyesakkan seperti tertuang dalam gambaran sebuah pohon yang tak lagi mulus tersebut.
Bagi masyarakat Ternate dan Maluku, rempah sudah seperti sebuah takdir yang terus dilestarikan turun temurun. Lewat rempah, berbagai bangsa mengunjungi wilayah timur Indonesia itu dan menjadi salah satu titik kejayaan Nusantara pada masa lalu.
Namun, pohon rempah yang dulu begitu ditatap, kini seolah sedang dipunggungi, dicorat-coret oleh berbagai kondisi. Keresahan itu tampak tergambarkan dalam Storytelling dengan apik. Tema-tema ekologi seperti ini memang kerap disuarakan oleh Fadrie, sekaligus jadi inspirasi karyanya.
Meskipun demikian, kali ini dirinya mencoba menyajikan ide tersebut dengan gaya yang agaknya sedikit berbeda dibanding karya-karya sebelumnya. Sejumlah eksplorasi baru itu tertuang dalam karya Storytelling. “Belakangan ini saya mulai tertarik dengan gaya ekspresionis. Saya coba tuangkan itu juga di Storytelling,” kata Fadrie.
Baca juga: Cerita Parodi dan Nostalgia di Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023
Selain itu, seniman asal Ternate ini juga mencoba untuk mengombinasikan karya Storytelling dengan suguhan performance lecture bertajuk Aroma Taranoate. Pertunjukan yang dilakukan di depan karyanya itu menjadi semacam perpanjangan tangan baru dalam menikmati karyanya.
Dalam pertunjukan singkat yang dilakukan pada Minggu (22/10) itu, dia menyuguhkan cerita tentang rempah dan kondisi masyarakat Ternate dalam mengelola bumbu ajaib. Dia juga meramu rempah, menumbuknya, dan membuat sebuah minuman hangat untuk setiap pengunjung.
Sore itu, rempah meski kian hari seolah berjarak nyatanya masih menarik perhatian banyak orang. Lewat pertunjukan ini pula, Fadrie tampak ingin membangun rekonsiliasi antara rempah dengan Nusantara, sesuatu yang dulu pernah begitu serasi dan menjadi perbincangan berbagai bangsa.
Hasilnya, ada tiga perspektif yang unik yang timbul dari karyanya. Pertama, dia mewakili identitasnya sebagai orang Maluku. Kedua, tentang kolonialisme sebagai peristiwa yang panjang umur. Ketiga, tentang pancaran energi baik dari biji-bijian ajaib lewat pengalaman sensorik yang menyenangkan.
“Saya hanya ingin bercerita tentang realitas kedekatan rempah dengan kehidupan masyarakat yang ada sekarang,” imbuhnya.
Pada gelaran ke-13 kali ini, ICAD mengusung tema Manifesto Feel-Good Lab. Namun, pameran ini bukan hanya membawa selebrasi terhadap perasaan positif saja, tetapi justru lebih dari itu.
Karya-karya yang ditampilkan para seniman dan desainer menawarkan berbagai pandangan yang mendetail mengenai kepedulian, humor, perasaan feel-good, dan emosi-emosi lain di sekitarnya. Bagi yang tertarik, bisa langsung berkunjung ke ICAD 2023 yang digelar di Grand Hotel Kemang, Jakarta.
Baca juga: Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di ICAD 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Di depan lukisan itu, tersaji beberapa macam rempah-rempah khas Ternate, Maluku Utara, yang tak lain adalah produk dari batang yang dipenuhi tambalan itu. Ketika didekati, wangi rempah seketika menguar menusuk hidung. Tak lama kemudian, samar-samar terdengar audio dari seorang pria yang berbicara tentang bumbu ajaib yang pernah begitu diperebutkan oleh berbagai bangsa.
Fadriah Syuaib memberi judul karya tersebut Storytelling. Lewat lukisan berpanel dan instalasi interaktif ini, Fadrie, begitu dia lebih dikenal, coba meramu rempah menjadi sebuah karya yang dapat memberikan pengalaman estetis berbeda.
Baca juga: Lebih Dekat dengan The Whisper Tree Karya Alex Abbad x Viro di ICAD 2023
Karya Storytelling dari Fadriah Syuaib di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Bagi masyarakat Ternate dan Maluku, rempah sudah seperti sebuah takdir yang terus dilestarikan turun temurun. Lewat rempah, berbagai bangsa mengunjungi wilayah timur Indonesia itu dan menjadi salah satu titik kejayaan Nusantara pada masa lalu.
Namun, pohon rempah yang dulu begitu ditatap, kini seolah sedang dipunggungi, dicorat-coret oleh berbagai kondisi. Keresahan itu tampak tergambarkan dalam Storytelling dengan apik. Tema-tema ekologi seperti ini memang kerap disuarakan oleh Fadrie, sekaligus jadi inspirasi karyanya.
Meskipun demikian, kali ini dirinya mencoba menyajikan ide tersebut dengan gaya yang agaknya sedikit berbeda dibanding karya-karya sebelumnya. Sejumlah eksplorasi baru itu tertuang dalam karya Storytelling. “Belakangan ini saya mulai tertarik dengan gaya ekspresionis. Saya coba tuangkan itu juga di Storytelling,” kata Fadrie.
Baca juga: Cerita Parodi dan Nostalgia di Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023
Karya Storytelling dari Fadriah Syuaib di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Dalam pertunjukan singkat yang dilakukan pada Minggu (22/10) itu, dia menyuguhkan cerita tentang rempah dan kondisi masyarakat Ternate dalam mengelola bumbu ajaib. Dia juga meramu rempah, menumbuknya, dan membuat sebuah minuman hangat untuk setiap pengunjung.
Sore itu, rempah meski kian hari seolah berjarak nyatanya masih menarik perhatian banyak orang. Lewat pertunjukan ini pula, Fadrie tampak ingin membangun rekonsiliasi antara rempah dengan Nusantara, sesuatu yang dulu pernah begitu serasi dan menjadi perbincangan berbagai bangsa.
Hasilnya, ada tiga perspektif yang unik yang timbul dari karyanya. Pertama, dia mewakili identitasnya sebagai orang Maluku. Kedua, tentang kolonialisme sebagai peristiwa yang panjang umur. Ketiga, tentang pancaran energi baik dari biji-bijian ajaib lewat pengalaman sensorik yang menyenangkan.
“Saya hanya ingin bercerita tentang realitas kedekatan rempah dengan kehidupan masyarakat yang ada sekarang,” imbuhnya.
Pada gelaran ke-13 kali ini, ICAD mengusung tema Manifesto Feel-Good Lab. Namun, pameran ini bukan hanya membawa selebrasi terhadap perasaan positif saja, tetapi justru lebih dari itu.
Karya-karya yang ditampilkan para seniman dan desainer menawarkan berbagai pandangan yang mendetail mengenai kepedulian, humor, perasaan feel-good, dan emosi-emosi lain di sekitarnya. Bagi yang tertarik, bisa langsung berkunjung ke ICAD 2023 yang digelar di Grand Hotel Kemang, Jakarta.
Baca juga: Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di ICAD 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.