The Whisper Tree karya Alex Abbad di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Lebih Dekat dengan The Whisper Tree Karya Alex Abbad x Viro di ICAD 2023

18 October 2023   |   19:28 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sebuah instalasi berwujud pohon dengan dimensi 600 cm x 500 cm menyirap mata pengunjung. Siang itu, beberapa orang silih berganti mendekat, menyentuhnya, dan berinteraksi dengan salah satu karya yang terpajang di Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023 tersebut.

Instalasi gigantik yang dibuat dari bahan daur ulang itu merupakan buah tangan dari Alex Abbad. Lewat karya bertajuk The Whisper Tree atau Pohon Berbisik ini, Alex seolah ingin menyoroti kekritisan hubungan luhur antara manusia dan pepohonan, dengan memunculkan metafora-metafora unik di dalamnya.

Baca juga: Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di ICAD 2023

Dalam karya ini, Alex menghadirkan sebuah gambaran pohon yang jauh dari kata alami dan telah termodifikasi oleh berbagai hal, termasuk dari ulah manusia yang pada ujungnya memunculkan kesan grotesque.

Pepohonan yang ketika berada di alam penuh dengan keberagaman, justru kini mewujud dalam bentuk yang lebih kaku. Akar dan batang pohonnya dibuat dalam sudut-sudut yang tegas sehingga tampak tak luwes. Daun-daunnya juga berwujud kotak. Di tangkai bagian atasnya, terjuntai logam yang menjulur ke bawah.

Di antara juntaian logam yang menggelayuti pohon, sekilas terdapat sebuah sangkar lengkap dengan burung yang terpasung di dalamnya. Hal itu seolah menjadi sebuah ironi lain dari hubungan manusia dengan alam yang tampak kian makin menjauh.
 

The Whisper Tree karya Alex Abbad di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

The Whisper Tree karya Alex Abbad di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Kendati demikian, hubungan yang kian terasa jauh itu saat ini bukanlah sebuah akhir. Alex memandang masih ada harapan bagi manusia dan pepohonan yang dahulu sangat serasi hidup berdampingan, bisa kembali rujuk. 

Lewat The Whisper Tree, Alex mewujudkan sebuah pohon yang bisa berbisik dan berinteraksi lebih dalam dengan setiap manusia. Pohon ini akan senang ketika ada orang yang berani mendekatinya, menyentuhnya, dan berinteraksi sama seperti yang para leluhur manusia lakukan: begitu menghargai pepohonan dan hidup berdampingan dengan alam.

Terdapat sebuah pintu yang ada di bagian batang pohonnya. Ketika memasukinya, pohon akan berbisik dan manusia juga bisa berbisik balik. Sebuah upaya yang tampak seperti rekonsiliasi terselubung antara manusia dan pepohonan coba dihadirkan Alex dengan unik.

Bagi Alek, berbisik adalah bentuk komunikasi yang lebih dalam dari sebuah percakapan biasa. Obrolan yang muncul dari bisik-bisik terkadang selalu berisi hal-hal lebih intim dan personal.

Kedua pihak yang saling berbisik juga saling menjaga kepercayaan terhadap apa yang dibicarakannya. Hal ini seolah jadi sebuah gambaran hubungan ideal antara manusia dan pepohonan yang mestinya terus terjaga hingga hari ini.

“Karya ini semoga bisa membuat dekat lagi dengan apa yang selama ini telah berjarak,” ucapnya, kepada Hypeabis.id, Senin (17/10).


Upaya Berkaca Diri

Alex meyakini selama jutaan tahun lamanya, manusia selalu hidup berdampingan dengan pepohonan dalam sebuah siklus berkelanjutan. Kehidupan yang penuh keserasian itu telah menghasilkan banyak simbiosis mutualisme yang kompleks.

Hutan dan pohon tak jarang dijadikan sebagai kiblat oleh para filsuf, penulis, dan penyair besar sebagai sumber ilham. Sayangnya, hubungan luhur yang terjalin begitu lama itu perlahan terkikis oleh berbagai keadaan.
 

The Whisper Tree karya Alex Abbad di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

The Whisper Tree karya Alex Abbad di ICAD 2023 (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


The Whisper Tree adalah sebuah hasil pergumulan, pencarian, dan eksplorasi Alex terhadap apa yang dirasakannya terhadap hubungan luhur manusia dan pepohonan tersebut. Terlebih, pohon, alam, dan hewan adalah sesuatu yang begitu lekat dengannya sedari kecil.

Alex tumbuh dengan masa kecil yang kerap berpindah-pindah tempat. Pria berumur 45 tahun itu pernah merasakan kecil di Weleri, sebuah tempat di Jawa Tengah yang terkenal dengan Alas Roban. Dia lalu berpindah-pindah ke berbagai tempat, dari Surabaya, Tulungagung, Jakarta, hingga Tangerang.

Lantaran sering berpindah-pindah tempat tinggal, Alex kecil menjadi lebih merasa dekat dengan alam. Sebab, di alam dirinya bisa bebas bermain, bercerita, hingga berkeluh kesah. Hal yang tidak bisa serta merta dilakukan dengan manusia, apalagi yang baru dikenalnya di tempat baru.

Keterjalinan itu terus terpupuk dan mewarnai dunia anak-anaknya. Suatu ketika, dia bahkan pernah demam dan sakit setelah sebuah pohon, yang jadi tempat bermainnya, ditebang. Kini, dunia telah membawanya ke sebuah umur yang terus mendewasa. Dan, pada suatu periode, dia lalu merindukan hal-hal yang terjadi pada masa kanak-kanaknya yang kini telah terkikis.

“Bagi gue ini proyek berkaca. Pertama, ini harus juga mengingatkan gue, karya ini juga harus bisa ngomong ke diri gue yang belum optimal menjaganya,” terang Alex.

Dalam membuat karya ini, Alex berkolaborasi dengan Viro Build, Dua Lighting, dan Abox Tim. Instalasi gigantik tersebut dibuat dalam rentang waktu tiga bulan untuk perumusan konsep. Lalu, dua minggu untuk proses merakitnya.

Menurut Alex, The Whisper Tree bukanlah karya final. Setelah pameran di ICAD, dirinya akan mengolah bisikan-bisikan dari para pengunjung yang datang ke instalasinya, lalu meramunya menjadi sebuah karya baru lagi.

Baca juga: Sorotan Pameran ICAD 2023 dan Kolaborasi Seni Kontemporer yang Inspiratif

Sebagai informasi, pameran desain dan seni kontemporer tahunan Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) kembali digelar tahun ini di Grand Hotel Kemang, Jakarta. Pameran mulai dibuka pada 13 Oktober hingga 27 November 2023.

Pada gelaran ke-13 kali ini ICAD mengusung tema Manifesto Feel-Good Lab. Total sebanyak 54 pelaku kreatif multidisiplin Indonesia yang turut memamerkan karya pada ajang ICAD 2023. Mereka terdiri dari perupa kontemporer, kreator muda, komunitas seni, musik, desain, dan kebudayaan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

3 Fakta Menarik Drakor Twinkling Watermelon, Ceritakan Tentang Musik dan Keluarga Tunarungu

BERIKUTNYA

Profil Iwan Yusuf, Seniman yang Haus Bereksplorasi dengan Ragam Media

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: