Pengunjung mengamati karya seni rupa yang dipamerkan pada kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 di Galeri Nasional, Jakarta, Minggu (22/10/2023). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Menengok Karya-Karya yang Mencuri Perhatian di Ruang Tamu PKN 2023 Galeri Nasional

24 October 2023   |   22:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 kembali digelar di berbagai titik di Jakarta. Mengusung tajuk Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan seluruh pekerja kreatif yang terlibat membagikan karya mereka untuk diapresiasi publik secara gratis.

Dihelat di 40 titik sebar di Jakarta sesuai tajuknya, PKN menghadirkan semangat untuk merawat alam dan kebudayaan. Dalam pameran pengunjung juga dapat mengikuti tur, perjamuan, pergelaran, konferensi, lokakarya, penerbitan, hingga gelar wicara di tempat tersebut.

Adapun, Galeri Nasional Indonesia yang menjadi salah satu tempat etalase Ruang Tamu utama PKN 2023 juga memacak berbagai karya-karya unik. Hal itu misalnya terejawantah dalam karya berjudul Juxtaposisi (Waktu, Ruang, & Pertanian) dari Kamar Kecil Kolektif.

Uniknya, instalasi bertitimangsa 2023 itu menggunakan penggiling gabah tradisional sebagai bagian dari wujud karya seni. Karya yang menggunakan sensor gerak untuk menghasilkan bunyi dari piring yang diketuk sendok itu kerap menjadi sasaran swafoto pengunjung. 

Baca juga: Kembali Digelar, PKN 2023 Jadi Wadah Kolaborasi Praktik Budaya dalam Melestarikan Bumi
 

Juxtaposisi (Waktu, Ruang, & Pertanian) sumber gambar (Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Juxtaposisi (Waktu, Ruang, & Pertanian). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Dalam kuratorial, tim kolektif asal Jepara, Jawa Tengah itu ingin menyorot wacana kolektivitas dalam pertanian. Terutama saat mereka melakukan residensi untuk meneroka kehidupan petani di Desa Susuhan, Kediri, Jawa Timur yang mampu berdaulat atas waktu.

Hal itulah yang mereka wujudkan dalam bentuk gambar siklus alam untuk menciptakan hasil panen yang tepat. Secara umum, karya ini juga ingin menggambarkan relevansi ilmu titen pranata mangsa yang hingga saat ini masih dianut para petani di Kediri.

Pranata mangsa adalah ilmu yang didasarkan pengalaman para petani dalam membagi empat musim di Nusantara yaitu musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (mareng), musim kemarau (ketiga), dan musim pancaroba jelang hujan (labuh).

"Tak hanya bermain di ranah visual, karya ini juga ingin mencoba bermain dengan indra penciuman pengunjung karena menguarkan aroma tembakau sebagai simbol atas kota Kediri yang ekonominya terbentuk dari industri tembakau," demikian tertulis dalam kuratorial. 

Agak berlanjut ke ruang lain, audiens juga akan disihir dengan instalasi berjudul Jagung Jaga Gunung dari Keebon, Yogyakarta. Sesuai judulnya karya berdimensi 150 x 150 cm itu menggunakan jagung pipil kering sebagai medium utama Gunungan jagung yang dibuat laiknya tumpeng.
 

Jagung Jaga Gunung sumber gambar (Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Jagung Jaga Gunung (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Bentuk Gunungan digunakan sebagai salah satu simbol kemakmuran yang dirangkai dari hasil bumi. Menjadi bentuk karya partisipatif, bentuk karya tersebut juga dapat digunakan sebagai workshop untuk ngerimpil (mengupas jagung) yang difasilitasi oleh petani yang diberangkatkan dari Gunungkidul.

Nantinya setelah dikupas dan dipipil, Gunungan jagung tersebut juga akan dibuat menjadi bukit sekam jagung, bukit biji jagung, dan bukit batang jagung. Arkian, produk tersebut akan diolah menjadi tepung jagung dan pakan ternak, sedangkan kulitnya dijadikan karya seni dalam bentuk kertas photo. 

Beranjak ke bagian belakang, pengunjung juga bisa menikmati karya dari Gothak Gathuk berjudul Gelora Atma. Menggunakan media manekin, hose, monitor kain dan speaker mereka mencoba menghadirkan dokumentasi video yang dilakukan saat residensi di Tuban, Jawa Timur.
 

karya dari Gothak Gathuk berjudul Gelora Atma (sumber gambar Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

karya dari Gothak Gathuk berjudul Gelora Atma (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)

Video berdurasi sekitar 5 menit yang ditampilkan bercerita tentang sebuah kolektif bernama Prewangan Studio. Paguyuban kreatif itu merupakan inisiatif warga yang ingin berkreasi di bidang sains, seni, dan teknologi.

"Video ini menarasikan simbol pusat energi yang menjadi simbol dari gerakan patung. Kami juga menghadirkan suasana kegiatan penduduk dengan visual lukisan sebagai latar belakang patung," tulis Gothak Gathuk.

Acara puncak PKN akan diadakan hingga 29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Total terdapat delapan kuratorial, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. 

Baca juga: Menorehkan Sastra ke Medium Seni Rupa lewat Pameran Kejatuhan dan Hati di PKN 2023

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Sensasi Hawaii di Hiburan Pinggir Pantai Aloha, Cek Atraksi & Keseruannya!

BERIKUTNYA

Eksplorasi Baru Seniman Fadriah Syuaib dalam Karya Storytelling di ICAD 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: