Pengunjung melihat karya di pameran Indonesian Contemporary Art & Design 2023 (ICAD) di Grandkemang Hotel, Jakarta, Kamis (12/10/2023). (Sumber foto: JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani)

Bingung Akhir Pekan ke Mau Mana? Yuk Kunjungi Memorabilia Benyamin Sueb di ICAD 2023

14 October 2023   |   16:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Nama Benyamin Sueb dalam dunia kesenian Indonesia tentu sudah tidak asing lagi. Karya-karya maestro yang dikenal sebagai pelawak, penyanyi hingga bintang film itu bahkan masih dinikmati publik meski dia telah tutup usia lebih dari dua dekade silam.

Kini, publik pun bisa lebih dekat mengenal sosok tersebut lewat pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023. Ya, eksibisi desain dan seni kontemporer tahunan itu sengaja mengenang maestro Si Biang Kerok itu dalam salah satu kategori programnya.

Baca juga: Cerita Parodi dan Nostalgia di Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023

Mengambil tajuk Special Appearance Tribute to Benyamin Sueb pengunjung akan diajak melihat memorabilia milik seniman serba bisa itu. Berlangsung hingga 26 November 2023, eksibisi tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Studio Woork, La Munai Records, Cut and Rescue.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by ICAD (@icadartura)


Adapun, dalam ruangan berbentuk museum mini itu pengunjung nantinya akan diajak bernostalgia dalam melihat kiprah sang seniman saat masih hidup. Beberapa di antaranya menyimak seluk beluk kehidupan sang seniman lewat video wawancara dengan orang terdekatnya, termasuk Rano Karno. 

Tak hanya itu, kalian juga akan diajak menikmati memorabilia langka koleksi Benyamin Sueb yang jarang diketahui publik. Seperti piringan hitam, piagam, foto lawas, linimasa, dan arsip pribadi milik sang seniman saat berada pada momen puncak kariernya.

Saat memasuki ruang pamer, pengunjung juga akan melihat format pameran yang dibagi menjadi beberapa kategori. Yaitu Cerite Bang Ben (Kisah Benyamin), Lika Liku Bang Ben (Liku-liku Benyamin), Katenye Bang Ben (Apa yang Dikatakan Benyamin), dan Banda Bang Ben (Harta Benyamin).

Nindia Alfi Saleha dari Yayasan Benyamin Sueb mengatakan, sosok kakeknya merupakan seorang maestro besar yang masih dikenang hingga sekarang. Oleh karena itu untuk mendekatkan namanya kembali pada publik mereka pun turut meramaikan acara yang digelar di Grand Hotel Kemang, Jakarta.

Menurutnya, sosok yang kerap dipanggil Babeh itu selalu memberikan perasaan dan keluh kesahnya terhadap realitas, khususnya isu lingkungan dan sosial ekonomi lewat lagu. Hal itu misalnya terejawantah lewat tembang Kompor Meledug hingga Malam Minggu yang populer di kalangan akar rumput.

"Ruang pemeran itu bisa juga dikenal sebagai dunianya Bang Ben di mana pengunjung bisa melihat dan ikut merasakan hal-hal positif dari kekaryaannya yang diharapkan memberi inspirasi baru bagi pengunjung," katanya.
 

Memorabilia Benyamin Sueb di ICAD 13 (Sumber gambar JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani)

Sementara itu Kurator utama Amanda Ariawan mengatakan, Benyamin Sueb menjadi sosok spesial yang dihadirkan dalam ICAD ke-13 tahun ini. Kategori Special Appearance memang diberikan sebagai bentuk penghormatan pada para maestro Indonesia, dan Benyamin adalah salah satu orang yang ditabalkan untuk menyandang gelar tersebut.

Menurutnya benyamin adalah sosok multitalenta yang selalu kritis dalam merespon kehidupan sosial. Bahkan, sejak dekade 1970-an seniman asal Kemayoran itu sudah membicarakan mengenai aspek lingkungan dan ekonomi lewat karya-karyanya yang saat ini masih relevan dengan zaman.

"Dari zaman ke zaman karyanya Benyamin itu tetap melekat di hati masyarakat dan kebudayaan anak Jakarta. Itulah kenapa Benyamin diberikan Special Appearance dalam gelaran ICAD tahun ini," katanya.

Menghadirkan lebih dari 50 karya seniman multidisiplin gelaran ICAD 13 dibagi dalam lima (5) kategori pameran. Yakni Special Appearance, In Focus, Featured, Open Submission, dan Collaboration yang semuanya masuk dalam kerangka tema Manifesto Feel-Good Lab. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Maestro Candra Darusman di Mata Ardhito Pramono, Bilal Indrajaya, & Vira Talisa

BERIKUTNYA

Hypereport: Jalan Panjang Dangdut Menuju Pengakuan UNESCO

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: