Sorotan Pameran ICAD 2023 dan Kolaborasi Seni Kontemporer yang Inspiratif
16 October 2023 |
19:01 WIB
1
Like
Like
Like
Dalam penyelenggaraan ke-13, ICAD 2023 memperlihatkan peningkatan kolaborasi program yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Edwin Nazir, selaku Festival Director ICAD 13, menekankan bahwa kolaborasi tersebut tidak hanya terjadi dengan mitra institusi.
Selain itu, sejumlah seniman dan desainer juga mempersembahkan proyek-proyek yang mencerminkan esensi dari praktik seni mereka masing-masing. Dengan kehadiran total 54 pelaku kreatif multidisiplin, kolektif, dan komunitas dari berbagai bidang, ICAD 13 kali ini akan menjadi panggung yang meriah dengan karya-karya yang menginspirasi.
Edwin menjelaskan misalnya, halaman gedung tempat dilangsungkannya ICAD 13 direspon oleh Jalanpulang dengan karya instalasi berbentuk jaring yang sebagian besar menutupi fasad gedung. Selain itu ada juga berbagai karya lain seperti karya seniman kontemporer Naufal Abshar yang dipacak di lobi gedung.
Baca juga: Cerita Parodi dan Nostalgia di Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023
"Gelaran tahun ini kami memang menantang para seniman untuk merespon ruang publik di hotel untuk menjadi area pameran. Sehingga akan menampilkan kejutan-kejutan baru yang mendekatkan karya seni pada pengunjung," katanya.
Adapun, Irfan salah satu perwakilan dari Jalanpulang mengatakan, karya yang mereka hadirkan selain merespon ruang juga merespon kontrasitas. Menurutnya apa yang dia jumpai di ICAD berbeda dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya, salah satunya kebisingan atau hiruk pikuk di Jakarta.
Oleh karena itu, kelompok kolektif itu mencoba menjembatani kebisingan di luar gedung dan ketenangan di ruang pamer. Salah satu strateginya adalah mengaburkan ruang luar dan ruang dalam lewat konsep karya di yang berada ruang transisi menggunakan medium jaring.
"Target kami adalah saat pengunjung masuk ke dalam gedung mengalami transisi kebisingan ke suasana yang lain. Harapannya saat mereka sudah masuk ke dalam sudah bisa secara smooth menikmati karya-karya di dalam galeri," katanya.
Selaras, seniman Naufal Abshar kali ini juga menghadirkan karya seni instalasi di bagian utama lobi hotel yang merespons ruang pameran. Perupa asal Bandung itu menghadirkan berbagai bentuk televisi jadul yang ditumpuk sedemikian rupa dengan program-program lawas di dalamnya.
Naufal menjelaskan bahwa dia memang ingin menyajikan perasaan menyenangkan sekaligus nostalgia bagi para pengunjung. Terutama lewat berbagai media yang saat ini sudah mulai termakan zaman dan ditinggalkan publik, seperti koran hingga majalah yang saat ini sudah tidak terbit lagi.
"Karyaku mencoba untuk membuat audiens bernostalgia dengan berbagai hal yang dulunya sempat menjadi prioritas. Sebenarnya aku mau menggambarkan sesuatu hal yang sudah hilang, karena saat ini semuanya sudah banyak yang beralih ke smartphone," katanya.
Selain itu, pengunjung juga bisa mengenang maestro Benyamin Sueb dalam eksibisi Special Appearance Tribute to Benyamin Sueb, yang merupakan hasil kolaborasi antara Studio Woork, La Munai Records, Cut and Rescue.
Saat memasuki ruang pamer, pengunjung juga akan melihat format pameran yang dibagi menjadi beberapa kategori. Yaitu Cerite Bang Ben (Kisah Benyamin), Lika Liku Bang Ben (Liku-liku Benyamin), Katenye Bang Ben (Apa yang Dikatakan Benyamin), dan Banda Bang Ben (Harta Benyamin).
"Ruang pemeran itu bisa juga dikenal sebagai dunianya Bang Ben di mana pengunjung bisa melihat dan ikut merasakan hal-hal positif dari kekaryaannya yang diharapkan memberi inspirasi baru bagi pengunjung," kata Nindia Alfi Saleha dari Yayasan Benyamin Sueb.
Tema ICAD tahun ini difokuskan pada karya yang mengandung berbagai perasaan positif. Termasuk saat bereksperimen, bermain, dan mengutak-atik hal-hal yang bisa jadi dilakukan akibat rasa keingintahuan, keinginan, atau kebutuhan.
Kurator utama ICAD 13, Amanda Ariawan mengatakan tema ini bukan sekadar selebrasi terhadap perasaan positif saja tapi lebih dari itu. Salah satunya lewat perasaan evokatif atau momen menggugah rasa para audiens yang datang untuk menikmati berbagai karya seni yang dihadirkan di gelaran tersebut.
"Feel good di sini bukan hanya selebrasi terhadap perasaan positif yang seringkali diabaikan dalam keseharian, tapi lebih dari itu. Oleh karenanya kami ingin mengajak publik untuk berpikir kritis dan menghadirkan perasaan tersebut lewat karya seni yang dipacak," katanya.
Selain itu, penggunaan frasa laboratorium yang disematkan di pengujung tema juga bukan sembarangan dipilih. Kata laboratorium merupakan bentuk dari proses bereksperimen di mana para seniman dapat menghadirkan karya-karya yang tak biasa baik secara kolektif atau perorangan.
Amanda menjelaskan, karya-karya yang ditampilkan oleh para seniman dan desainer juga akan menawarkan pandangan yang lebih mendetail. Terutama mengenai berbagai gagasan seperti kepedulian, humor, feel-good, dan emosi-emosi kontras yang ada di sekitarnya.
"Pada tahun ini ICAD juga memberikan Special Appearance tribute to Benyamin Sueb sebagai salah satu maestro, karena karya-karyanya hingga saat ini masih melekat di hati masyarakat," kata Amanda.
Adapun, gelaran ICAD 13 dibagi dalam lima (5) kategori, yakni Special Appearance, In Focus, Featured, Open Submission, dan Collaboration. Tak hanya itu, tahun ini jumlah submission dari para seniman juga meningkat dua kali lebih banyak dibanding tahun lalu, serta datang dari 18 kota dan 7 negara di dunia.
ICAD 13 juga akan menghadirkan performance art Yuk Pindahin! oleh Ivonne Kani dan Rati S, hingga workshop grafis dari salah satu partisipan Open Submission, Makmur Djaja. Selain itu, mereka juga mengajak siswa dan siswi dari 15 sekolah di Jakarta lewat program khusus ICAD Tour.
Baca juga: Bingung Akhir Pekan ke Mau Mana? Yuk Kunjungi Memorabilia Benyamin Sueb di ICAD 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Selain itu, sejumlah seniman dan desainer juga mempersembahkan proyek-proyek yang mencerminkan esensi dari praktik seni mereka masing-masing. Dengan kehadiran total 54 pelaku kreatif multidisiplin, kolektif, dan komunitas dari berbagai bidang, ICAD 13 kali ini akan menjadi panggung yang meriah dengan karya-karya yang menginspirasi.
Edwin menjelaskan misalnya, halaman gedung tempat dilangsungkannya ICAD 13 direspon oleh Jalanpulang dengan karya instalasi berbentuk jaring yang sebagian besar menutupi fasad gedung. Selain itu ada juga berbagai karya lain seperti karya seniman kontemporer Naufal Abshar yang dipacak di lobi gedung.
Baca juga: Cerita Parodi dan Nostalgia di Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023
"Gelaran tahun ini kami memang menantang para seniman untuk merespon ruang publik di hotel untuk menjadi area pameran. Sehingga akan menampilkan kejutan-kejutan baru yang mendekatkan karya seni pada pengunjung," katanya.
Salah satu karya dalam ICAD 2023 (sumber gambar JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani)
Adapun, Irfan salah satu perwakilan dari Jalanpulang mengatakan, karya yang mereka hadirkan selain merespon ruang juga merespon kontrasitas. Menurutnya apa yang dia jumpai di ICAD berbeda dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya, salah satunya kebisingan atau hiruk pikuk di Jakarta.
Oleh karena itu, kelompok kolektif itu mencoba menjembatani kebisingan di luar gedung dan ketenangan di ruang pamer. Salah satu strateginya adalah mengaburkan ruang luar dan ruang dalam lewat konsep karya di yang berada ruang transisi menggunakan medium jaring.
"Target kami adalah saat pengunjung masuk ke dalam gedung mengalami transisi kebisingan ke suasana yang lain. Harapannya saat mereka sudah masuk ke dalam sudah bisa secara smooth menikmati karya-karya di dalam galeri," katanya.
Selaras, seniman Naufal Abshar kali ini juga menghadirkan karya seni instalasi di bagian utama lobi hotel yang merespons ruang pameran. Perupa asal Bandung itu menghadirkan berbagai bentuk televisi jadul yang ditumpuk sedemikian rupa dengan program-program lawas di dalamnya.
Naufal menjelaskan bahwa dia memang ingin menyajikan perasaan menyenangkan sekaligus nostalgia bagi para pengunjung. Terutama lewat berbagai media yang saat ini sudah mulai termakan zaman dan ditinggalkan publik, seperti koran hingga majalah yang saat ini sudah tidak terbit lagi.
"Karyaku mencoba untuk membuat audiens bernostalgia dengan berbagai hal yang dulunya sempat menjadi prioritas. Sebenarnya aku mau menggambarkan sesuatu hal yang sudah hilang, karena saat ini semuanya sudah banyak yang beralih ke smartphone," katanya.
Selain itu, pengunjung juga bisa mengenang maestro Benyamin Sueb dalam eksibisi Special Appearance Tribute to Benyamin Sueb, yang merupakan hasil kolaborasi antara Studio Woork, La Munai Records, Cut and Rescue.
Saat memasuki ruang pamer, pengunjung juga akan melihat format pameran yang dibagi menjadi beberapa kategori. Yaitu Cerite Bang Ben (Kisah Benyamin), Lika Liku Bang Ben (Liku-liku Benyamin), Katenye Bang Ben (Apa yang Dikatakan Benyamin), dan Banda Bang Ben (Harta Benyamin).
"Ruang pemeran itu bisa juga dikenal sebagai dunianya Bang Ben di mana pengunjung bisa melihat dan ikut merasakan hal-hal positif dari kekaryaannya yang diharapkan memberi inspirasi baru bagi pengunjung," kata Nindia Alfi Saleha dari Yayasan Benyamin Sueb.
Selebrasi Perasaan Positif di Pameran ICAD 2023
Ekshibisi desain dan seni kontemporer tahunan Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 2023 yang dihelat pada 13-26 Oktober 2023 di Grand Hotel Kemang Jakarta ini mengusung tajuk Feel-Good Lab sebagai manifesto kuratorial.Tema ICAD tahun ini difokuskan pada karya yang mengandung berbagai perasaan positif. Termasuk saat bereksperimen, bermain, dan mengutak-atik hal-hal yang bisa jadi dilakukan akibat rasa keingintahuan, keinginan, atau kebutuhan.
Kurator utama ICAD 13, Amanda Ariawan mengatakan tema ini bukan sekadar selebrasi terhadap perasaan positif saja tapi lebih dari itu. Salah satunya lewat perasaan evokatif atau momen menggugah rasa para audiens yang datang untuk menikmati berbagai karya seni yang dihadirkan di gelaran tersebut.
"Feel good di sini bukan hanya selebrasi terhadap perasaan positif yang seringkali diabaikan dalam keseharian, tapi lebih dari itu. Oleh karenanya kami ingin mengajak publik untuk berpikir kritis dan menghadirkan perasaan tersebut lewat karya seni yang dipacak," katanya.
Seorang pengunjung berjalan di depan karya di pameran ICAD 2023 (sumber gambar JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani)
Selain itu, penggunaan frasa laboratorium yang disematkan di pengujung tema juga bukan sembarangan dipilih. Kata laboratorium merupakan bentuk dari proses bereksperimen di mana para seniman dapat menghadirkan karya-karya yang tak biasa baik secara kolektif atau perorangan.
Amanda menjelaskan, karya-karya yang ditampilkan oleh para seniman dan desainer juga akan menawarkan pandangan yang lebih mendetail. Terutama mengenai berbagai gagasan seperti kepedulian, humor, feel-good, dan emosi-emosi kontras yang ada di sekitarnya.
"Pada tahun ini ICAD juga memberikan Special Appearance tribute to Benyamin Sueb sebagai salah satu maestro, karena karya-karyanya hingga saat ini masih melekat di hati masyarakat," kata Amanda.
Karya Naufal Abshar dalam pameran ICAD 2023 (sumber gambar Prasetyo Agung Ginanjar)
ICAD 13 juga akan menghadirkan performance art Yuk Pindahin! oleh Ivonne Kani dan Rati S, hingga workshop grafis dari salah satu partisipan Open Submission, Makmur Djaja. Selain itu, mereka juga mengajak siswa dan siswi dari 15 sekolah di Jakarta lewat program khusus ICAD Tour.
Baca juga: Bingung Akhir Pekan ke Mau Mana? Yuk Kunjungi Memorabilia Benyamin Sueb di ICAD 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.