Eksklusif Profil Avip Priatna: Tugas Konduktor Itu Enggak Cuma Mengatur Tempo Musik
22 October 2023 |
22:30 WIB
Di balik sukses seseorang, terdapat perjalanan yang penuh perjuangan dan usaha keras. Salah satu konduktor terbaik Indonesia, Avip Priatna, adalah contoh nyata dari hal ini. Lahir di Bogor pada 29 Desember 1962, Avip telah mencapai prestasi luar biasa dalam dunia konduktor.
Saat matahari hampir tenggelam pada pukul 18.00 WIB, Avip baru saja menyelesaikan salat maghrib di salah satu tempat di Jakarta. Orang nomor satu di Jakarta Concert Orchestra (JCO) itu akan bersiap untuk kembali melakukan latihan bersama dengan anggota lainnya.
Baca juga: Daya Magis La Divina Bangkit dalam Opera Tribute to Maria Callas: 100 Years Anniversary
Namun, sebelum kembali latihan, pria dengan kaca mata itu menerima Hypeabis.id untuk berbincang-bincang. Meski terbilang singkat, dia bercerita panjang mengenai kariernya di ranah musik klasik. Mulai dari membangun Batavia Madrigal Singers (BMS), hingga tantangan lain yang dihadapinya.
Bagaimana awal kali Anda memutuskan menjadi seorang konduktor?
Saya memutuskan menjadi seorang konduktor ketika lulus kuliah dari Universitas Parahyangan, Bandung. Pada waktu itu, saya berpikir bahwa profesi ini masih jarang jika dibandingkan dengan menjadi seorang arsitektur.
Saya melihat angkatan saya saja ada sekitar 100 orang. Jumlah itu di luar angkatan sebelumnya yang sudah lulus atau akan lulus. Sementara orang yang menjadi konduktor yang memiliki pendidikan formal tidak ada.
Selain itu, saya juga memiliki kesukaan musik sejak kecil – begitu juga dengan arsitektur. Keduanya memiliki proses yang membuat saya merasakan kesenangan. Saat belajar arsitek, saya senang dengan aktivitas menggambar, membangun, dan melihat hasil desain yang berupa bangunan.
Sementara dalam musik, saya juga suka dengan proses menyelesaikan proses seperti mengharmonisasikan nada-nada, serta membuat orang yang pada awalnya tidak bisa menjadi bisa bernyanyi dalam paduan suara.
Saya pun kemudian memutuskan untuk melanjutkan sekolah musik ke Wina, Austria, guna menekuni profesi sebagai seorang konduktor.
Apa saja tantangan yang Anda hadapi pada saat itu?
Ya, saat hendak melanjutkan pendidikan dan belajar ke luar negeri, saya menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kondisi keuangan. Saat bersamaan orang tua terkena penyakit stroke ketika saya hendak pergi.
Saat belajar, tantangan lainnya adalah profesor yang mengajar sangat galak. Namun, dengan tantangan yang ada, saya berpikir untuk terus berjalan dalam pilihan saya. Sebab, nanti akan mendapatkan bantuan dan pada akhirnya ada jalan. Semua itu terbukti.
Pengalaman tentang jalan menempuh karier ini saya ajarkan ke murid-murid. Saya menekankan kepada mereka untuk memiliki niat yang kuat jika ingin menempuh pendidikan karena akan ada saja jalannya.
Apa yang Anda lakukan ketika kembali ke Indonesia?
Saya kembali ke Indonesia setelah belajar di Austria sekitar 2 – 3 tahun. Begitu Kembali ke ibu pertiwi, saya segera membuat program dan mengelola paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS) yang sudah saya dirikan ketika di Wina.
Pada saat masih belajar, saya kerap memantau dari jauh paduan suara ini, serta langsung mengelolanya saat pulang begitu waktu libur.
Tidak mudah bagi saya untuk mengelola paduan suara BMS pada saat itu. Misalnya, menerapkan disiplin dan segala macamnya lantaran tidak sama lagi. Kesulitan itu kian terasa karena orang-orang yang ada di dalamnya bekerja kantoran dengan berbagai macam kesibukannya.
Meskipun begitu, saya tidak menyerah. Saya pelan-pelan belajar dan mengikut sertakan grup tersebut ke dalam kompetisi sampai akhirnya meraih kemenangan. Prestasi-prestasi yang diraih BMS Pada saat itu membuat banyak orang melihat BMS sebagai standar sebuah paduan suara.
Tidak hanya itu, banyak orang ingin menjadi bagian dari paduan suara ini. Kondisi ini memudahkan saya melakukan berbagai hal dalam konteks yang positif. Saya menerapkan standar dan menuntut berbagai hal yang memang demi kebaikan.
Salah satu di antaranya adalah ketepatan waktu latihan. Jika saya bilang pukul setengah delapan, latihan tidak boleh lebih dari waktu yang ditetapkan. Mereka yang tergabung di dalamnya harus mengikuti.
Kondisi saat ini berbeda ketika pertama kali anggota BMS masih sedikit. Saya sampai meminta-minta sama orang. Tidak hanya itu, saya juga pernah dikhianati oleh anggota.
Saat itu, salah satu anggota membuat grup lain dan menggunakan individu hasil audisi yang dilakukan oleh BMS. Mereka membawa anggota ketika menerima pekerjaan dari orang lain.
Sekarang anggota BMS sudah mencapai 100 orang dan Alhamdulillah memiliki komitmen, bisa on time, dan disiplin. Jika tidak bisa, mereka akan malu. Di JCO juga sama, yakni attitude bermusiknya sudah sama semua di sini.
Butuh berapa lama bagi Anda untuk membangun sistem baik di BMS maupun di JCO?
BMS sudah berusia 26 tahun dan JCO 21 tahun lebih. Sistem yang dibangun sudah seattle pada tahun ke-10. Itu semua berproses sampai pada akhirnya kami mendapatkan anggota-anggota yang memang benar-benar memiliki komitmen penuh.
Mereka benar-benar mempunyai rasa memiliki, sayang sama BMS dan JCO. Jadi, meski beberapa main di tempat lain, mereka tetap kembali.
Menurut Anda, Apa hal penting dan utama yang harus dimiliki oleh seorang konduktor?
Konduktor adalah seorang pemimpin, sehingga harus memberikan contoh yang baik bagi anggotanya, baik dari teknik, disiplin, dan attitude. Kalau hanya bisa menyalahkan tanpa memperbaiki, anggota tidak akan memiliki rasa hormat.
Para anggota adalah orang-orang yang cerdas, sehingga konduktor juga harus pintar ketika melatih. Anggota datang karena percaya bahwa konduktor bisa menyatukan, membuat mereka lebih baik, dan membuat sebuah musik.
Kreativitas dan kekaryaan sangat penting bagi sebuah konduktor. Para anggota mencari keduanya dari orang yang memimpin mereka.
Selain itu, saya juga harus mendengar masukan mereka sebagai seorang pemimpin. Saya mendengarkan keinginan anggota agar mereka tidak merasa terbebani.
Tidak hanya itu, saya juga kerap mencoba mengajak orang yang bekerja sama untuk mengeluarkan ekspresinya dengan bertanya apa yang menjadi keinginannya. Meskipun konduktor memiliki permintaan, anggota juga harus bisa mengungkapkan ekspresinya dan bersama-sama agar karya yang dihasilkan menjadi selaras.
Bagaimana Anda melihat industri musik orkestra pada saat ini?
Secara umum, industri musik pada saat ini sangat marak. Tidak hanya orkestra dengan musik klasik. Namun, orkestra dengan bermain musik pop, dan sebagainya. Pada saat ini juga ada banyak grup musik yang melibatkan orkestra dalam penampilannya.
Indikator lainnya industri musik orkestra kian marak adalah makin banyak anak muda di dalam negeri untuk menjadi bagian dalam kelompok orkestra, serta menonton sebuah pertunjukan orkestra.
Kita akan melihat perbedaan penonton di dalam negeri dan di luar negeri. Kalau di Eropa, banyak penonton yang datang sudah berambut putih.
Dengan begitu, saya optimistis perkembangan musik orkestra di dalam negeri dan akan sangat menjanjikan karena banyak orang yang menyukainya. Saya sangat terkejut jika bikin konser lantaran anak muda kerap memberikan tag melalui story di akun Instagram mereka
Apakah banyak anak muda yang tertarik dengan musik orkestra karena pengaruh media sosial?
Ketertarikan anak muda dengan orkestra memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh media sosial. Perkembangan internet membuat semuanya menjadi serba cepat.
Banyak musisi mau belajar tentang musik orkestra lantaran menemukan banyak contoh melalui internet. Perkembangan media, seperti youtube membuat banyak orang bisa mengakses karya-karya musik klasik setiap saat.
Kemudahan dan rasa suka membuat mereka memutuskan untuk menjadi bagian dalam industri musik orkestra. Kondisi ini berbeda dengan zaman dahulu yang sulit menjadi musisi klasik karena sulit untuk mendapatkan referensi.
Pada zaman dahulu, mereka harus membeli CD dengan harga yang tidak murah. Kecanggihan yang terdapat di dunia membuat mereka bergerak dengan cepat dalam bidang apa saja, termasuk musik.
Baca juga: Konser Tribute to Maria Callas Siap Digelar, Ini Tip Menonton Opera untuk Pemula
Editor: Dika Irawan
Saat matahari hampir tenggelam pada pukul 18.00 WIB, Avip baru saja menyelesaikan salat maghrib di salah satu tempat di Jakarta. Orang nomor satu di Jakarta Concert Orchestra (JCO) itu akan bersiap untuk kembali melakukan latihan bersama dengan anggota lainnya.
Baca juga: Daya Magis La Divina Bangkit dalam Opera Tribute to Maria Callas: 100 Years Anniversary
Namun, sebelum kembali latihan, pria dengan kaca mata itu menerima Hypeabis.id untuk berbincang-bincang. Meski terbilang singkat, dia bercerita panjang mengenai kariernya di ranah musik klasik. Mulai dari membangun Batavia Madrigal Singers (BMS), hingga tantangan lain yang dihadapinya.
Bagaimana awal kali Anda memutuskan menjadi seorang konduktor?
Saya memutuskan menjadi seorang konduktor ketika lulus kuliah dari Universitas Parahyangan, Bandung. Pada waktu itu, saya berpikir bahwa profesi ini masih jarang jika dibandingkan dengan menjadi seorang arsitektur.
Saya melihat angkatan saya saja ada sekitar 100 orang. Jumlah itu di luar angkatan sebelumnya yang sudah lulus atau akan lulus. Sementara orang yang menjadi konduktor yang memiliki pendidikan formal tidak ada.
Selain itu, saya juga memiliki kesukaan musik sejak kecil – begitu juga dengan arsitektur. Keduanya memiliki proses yang membuat saya merasakan kesenangan. Saat belajar arsitek, saya senang dengan aktivitas menggambar, membangun, dan melihat hasil desain yang berupa bangunan.
Sementara dalam musik, saya juga suka dengan proses menyelesaikan proses seperti mengharmonisasikan nada-nada, serta membuat orang yang pada awalnya tidak bisa menjadi bisa bernyanyi dalam paduan suara.
Saya pun kemudian memutuskan untuk melanjutkan sekolah musik ke Wina, Austria, guna menekuni profesi sebagai seorang konduktor.
Apa saja tantangan yang Anda hadapi pada saat itu?
Ya, saat hendak melanjutkan pendidikan dan belajar ke luar negeri, saya menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kondisi keuangan. Saat bersamaan orang tua terkena penyakit stroke ketika saya hendak pergi.
Saat belajar, tantangan lainnya adalah profesor yang mengajar sangat galak. Namun, dengan tantangan yang ada, saya berpikir untuk terus berjalan dalam pilihan saya. Sebab, nanti akan mendapatkan bantuan dan pada akhirnya ada jalan. Semua itu terbukti.
Pengalaman tentang jalan menempuh karier ini saya ajarkan ke murid-murid. Saya menekankan kepada mereka untuk memiliki niat yang kuat jika ingin menempuh pendidikan karena akan ada saja jalannya.
Apa yang Anda lakukan ketika kembali ke Indonesia?
Saya kembali ke Indonesia setelah belajar di Austria sekitar 2 – 3 tahun. Begitu Kembali ke ibu pertiwi, saya segera membuat program dan mengelola paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS) yang sudah saya dirikan ketika di Wina.
Pada saat masih belajar, saya kerap memantau dari jauh paduan suara ini, serta langsung mengelolanya saat pulang begitu waktu libur.
Tidak mudah bagi saya untuk mengelola paduan suara BMS pada saat itu. Misalnya, menerapkan disiplin dan segala macamnya lantaran tidak sama lagi. Kesulitan itu kian terasa karena orang-orang yang ada di dalamnya bekerja kantoran dengan berbagai macam kesibukannya.
Meskipun begitu, saya tidak menyerah. Saya pelan-pelan belajar dan mengikut sertakan grup tersebut ke dalam kompetisi sampai akhirnya meraih kemenangan. Prestasi-prestasi yang diraih BMS Pada saat itu membuat banyak orang melihat BMS sebagai standar sebuah paduan suara.
Tidak hanya itu, banyak orang ingin menjadi bagian dari paduan suara ini. Kondisi ini memudahkan saya melakukan berbagai hal dalam konteks yang positif. Saya menerapkan standar dan menuntut berbagai hal yang memang demi kebaikan.
(Sumber foto: IG/avipresonanz)
Kondisi saat ini berbeda ketika pertama kali anggota BMS masih sedikit. Saya sampai meminta-minta sama orang. Tidak hanya itu, saya juga pernah dikhianati oleh anggota.
Saat itu, salah satu anggota membuat grup lain dan menggunakan individu hasil audisi yang dilakukan oleh BMS. Mereka membawa anggota ketika menerima pekerjaan dari orang lain.
Sekarang anggota BMS sudah mencapai 100 orang dan Alhamdulillah memiliki komitmen, bisa on time, dan disiplin. Jika tidak bisa, mereka akan malu. Di JCO juga sama, yakni attitude bermusiknya sudah sama semua di sini.
Butuh berapa lama bagi Anda untuk membangun sistem baik di BMS maupun di JCO?
BMS sudah berusia 26 tahun dan JCO 21 tahun lebih. Sistem yang dibangun sudah seattle pada tahun ke-10. Itu semua berproses sampai pada akhirnya kami mendapatkan anggota-anggota yang memang benar-benar memiliki komitmen penuh.
Mereka benar-benar mempunyai rasa memiliki, sayang sama BMS dan JCO. Jadi, meski beberapa main di tempat lain, mereka tetap kembali.
Menurut Anda, Apa hal penting dan utama yang harus dimiliki oleh seorang konduktor?
Konduktor adalah seorang pemimpin, sehingga harus memberikan contoh yang baik bagi anggotanya, baik dari teknik, disiplin, dan attitude. Kalau hanya bisa menyalahkan tanpa memperbaiki, anggota tidak akan memiliki rasa hormat.
Para anggota adalah orang-orang yang cerdas, sehingga konduktor juga harus pintar ketika melatih. Anggota datang karena percaya bahwa konduktor bisa menyatukan, membuat mereka lebih baik, dan membuat sebuah musik.
Kreativitas dan kekaryaan sangat penting bagi sebuah konduktor. Para anggota mencari keduanya dari orang yang memimpin mereka.
Selain itu, saya juga harus mendengar masukan mereka sebagai seorang pemimpin. Saya mendengarkan keinginan anggota agar mereka tidak merasa terbebani.
Tidak hanya itu, saya juga kerap mencoba mengajak orang yang bekerja sama untuk mengeluarkan ekspresinya dengan bertanya apa yang menjadi keinginannya. Meskipun konduktor memiliki permintaan, anggota juga harus bisa mengungkapkan ekspresinya dan bersama-sama agar karya yang dihasilkan menjadi selaras.
Bagaimana Anda melihat industri musik orkestra pada saat ini?
Secara umum, industri musik pada saat ini sangat marak. Tidak hanya orkestra dengan musik klasik. Namun, orkestra dengan bermain musik pop, dan sebagainya. Pada saat ini juga ada banyak grup musik yang melibatkan orkestra dalam penampilannya.
Indikator lainnya industri musik orkestra kian marak adalah makin banyak anak muda di dalam negeri untuk menjadi bagian dalam kelompok orkestra, serta menonton sebuah pertunjukan orkestra.
Kita akan melihat perbedaan penonton di dalam negeri dan di luar negeri. Kalau di Eropa, banyak penonton yang datang sudah berambut putih.
Dengan begitu, saya optimistis perkembangan musik orkestra di dalam negeri dan akan sangat menjanjikan karena banyak orang yang menyukainya. Saya sangat terkejut jika bikin konser lantaran anak muda kerap memberikan tag melalui story di akun Instagram mereka
Apakah banyak anak muda yang tertarik dengan musik orkestra karena pengaruh media sosial?
Ketertarikan anak muda dengan orkestra memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh media sosial. Perkembangan internet membuat semuanya menjadi serba cepat.
Banyak musisi mau belajar tentang musik orkestra lantaran menemukan banyak contoh melalui internet. Perkembangan media, seperti youtube membuat banyak orang bisa mengakses karya-karya musik klasik setiap saat.
Kemudahan dan rasa suka membuat mereka memutuskan untuk menjadi bagian dalam industri musik orkestra. Kondisi ini berbeda dengan zaman dahulu yang sulit menjadi musisi klasik karena sulit untuk mendapatkan referensi.
Pada zaman dahulu, mereka harus membeli CD dengan harga yang tidak murah. Kecanggihan yang terdapat di dunia membuat mereka bergerak dengan cepat dalam bidang apa saja, termasuk musik.
Baca juga: Konser Tribute to Maria Callas Siap Digelar, Ini Tip Menonton Opera untuk Pemula
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.