Goresan Budaya di Fesyen Anacaraka, Saat Pelestarian Budaya Jadi Lebih Kekinian
19 October 2023 |
14:04 WIB
Belakangan ini fesyen yang dipadukan dengan unsur budaya memang tengah digaungkan oleh para desainer atau jenama-jenama lokal. Budaya, yang tadinya lekat dengan citra tradisional, berhasil diubah menjadi sebuah fesyen yang lebih kekinian tanpa merusak seni yang terkandung di dalamnya.
Hal inilah yang juga coba dilakukan Ida Ayu Harmaita Wijayanti melalui jenama Anacaraka. Melalui Anacaraka, perempuan yang akrab disapa Dayu itu juga memanfaatkan ragam corak kebudayaan tanah kelahirannya, Bali, menjadi sebuah fesyen yang indah. Ciri utamanya ialah adanya lukisan-lukisan yang kebanyakan menggambarkan berbagai kebudayaan Bali.
Baca juga: Kolaborasi Fesyen & Arsitektur dari OMA, Desain Ruang Pertunjukan hingga Flagship Store
Dayu yang telah membesarkan Anacaraka sejak 2011 itu menyebut praktik-praktik perancangan desain busana yang dibuatnya memang banyak terinspirasi dari budaya-budaya yang ada di Bali. Walaupun demikian, dia juga beberapa kali mengeluarkan produk fesyen khusus yang mengangkat budaya lain dari berbagai daerah di Indonesia.
Baginya, kekayaan budaya Indonesia telah memunculkan inspirasi dan karakter dalam aneka produk fesyen yang diciptakannya selama ini. Melalui fesyen, dirinya berharap suatu budaya bisa lebih dekat dengan kehidupan masyarakat.
"Sebagai orang Bali, saya merasa ada semacam tugas yang harus saya lakukan untuk ikut melestarikan budaya di daerah saya. Melalui fesyen itu saya lakukan," ungkap Dayu kepada Hypeabis.id, Kamis (19/10).
Dalam desain-desain feysen yang diciptakan Dayu, kita bisa dengan mudah menemukan berbagai corak menarik atau kebudayaan khas Bali. Misalnya, corak Karang Dedari, perempuan menari Bali, hingga bunga-bungaan. Corak-corak tersebut semuanya dilukiskan secara handmade oleh para seniman lukis lokal.
Tak berhenti di situ, Ida lalu mengambangkan fesyennya menjadi berbagai produk lain. Dari kebaya, kemeja, hinggq aksesoris seperti tas atau topi. Pada saat pandemi Covid-19 kemarin, Dayu juga membuat kreasi masker yang bercorak budaya Bali.
Masker tersebut sangat laku kala orang-orang masih diharuskan membatasi mobilitasnya. Bahkan, masker pula yang membuat bisnisnya tetap bertahan di tengah krisis yang cukup menyakitkan kala itu.
Saat ini, ketika dunia kembali normal, bisnis fesyennya telah kembali membaik. Meski menggaungkan kain tradisional, rupanya peminatnya tidak hanya Bali saja. Produk-produknya bahkan telah diminati di berbagai daerah lain. Bahkan, ke depan Dayu berencana untuk ekspor walau masih mencari rencana yang tepat mengingat produk fesyennya adalah handmade.
Menurutnya, salah satu hal yang membuat bisnisnya berkembang ialah pemasaran. Selain tentu saja karena ciri khas kuat dari budaya di kain-kainnya, pemasarannya yang merambah digital dan branding yang tepat juga berperan besar. Dalam hal tersebut, Dayu cukup banyak mendapat bantuan dari Kita Muda Kreatif, program pembinaan dari UNESCO.
Sementara itu, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta Maki Katsuno-Hayashikawa mengatakan program Kita Muda Kreatif merupakan pemberdayaan ekonomi anak muda di sekitar situs warisan budaya Indonesia melalui peningkatan kemampuan usaha dan pariwisata berkelanjutan. Dalam praktiknya, program ini juga diharapkan turut mendekatkan budaya, merawat, sekaligus melestarikannya dengan baik.
Dirinya berharap program ini akan terus berdampak baik pada upaya-upaya tersebut. Dengan demikian, suatu budaya bisa terus lestari dan lebih diminati oleh generasi-generasi penerusnya.
Sebagai informasi, saat ini fesyen menjadi salah satu sektor industri yang menarik. Menurut Kemenparekraf, ekonomi kreatif telah terbukti dapat memajukan perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari subsektor fesyen yang masih menjadi andalan ekspor ekonomi kreatif Indonesia dengan nilai kontribusi sebesar 61,5 persen.
Baca juga: 4 Gaya Fesyen Tak Lekang oleh Waktu, Genhype yang Mana?
Editor: Indyah Sutriningrum
Hal inilah yang juga coba dilakukan Ida Ayu Harmaita Wijayanti melalui jenama Anacaraka. Melalui Anacaraka, perempuan yang akrab disapa Dayu itu juga memanfaatkan ragam corak kebudayaan tanah kelahirannya, Bali, menjadi sebuah fesyen yang indah. Ciri utamanya ialah adanya lukisan-lukisan yang kebanyakan menggambarkan berbagai kebudayaan Bali.
Baca juga: Kolaborasi Fesyen & Arsitektur dari OMA, Desain Ruang Pertunjukan hingga Flagship Store
Dayu yang telah membesarkan Anacaraka sejak 2011 itu menyebut praktik-praktik perancangan desain busana yang dibuatnya memang banyak terinspirasi dari budaya-budaya yang ada di Bali. Walaupun demikian, dia juga beberapa kali mengeluarkan produk fesyen khusus yang mengangkat budaya lain dari berbagai daerah di Indonesia.
Owner Anacaraka Ida Ayu Harmaita Wijayanti
"Sebagai orang Bali, saya merasa ada semacam tugas yang harus saya lakukan untuk ikut melestarikan budaya di daerah saya. Melalui fesyen itu saya lakukan," ungkap Dayu kepada Hypeabis.id, Kamis (19/10).
Dalam desain-desain feysen yang diciptakan Dayu, kita bisa dengan mudah menemukan berbagai corak menarik atau kebudayaan khas Bali. Misalnya, corak Karang Dedari, perempuan menari Bali, hingga bunga-bungaan. Corak-corak tersebut semuanya dilukiskan secara handmade oleh para seniman lukis lokal.
Tak berhenti di situ, Ida lalu mengambangkan fesyennya menjadi berbagai produk lain. Dari kebaya, kemeja, hinggq aksesoris seperti tas atau topi. Pada saat pandemi Covid-19 kemarin, Dayu juga membuat kreasi masker yang bercorak budaya Bali.
Display Anacaraka (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Masker tersebut sangat laku kala orang-orang masih diharuskan membatasi mobilitasnya. Bahkan, masker pula yang membuat bisnisnya tetap bertahan di tengah krisis yang cukup menyakitkan kala itu.
Saat ini, ketika dunia kembali normal, bisnis fesyennya telah kembali membaik. Meski menggaungkan kain tradisional, rupanya peminatnya tidak hanya Bali saja. Produk-produknya bahkan telah diminati di berbagai daerah lain. Bahkan, ke depan Dayu berencana untuk ekspor walau masih mencari rencana yang tepat mengingat produk fesyennya adalah handmade.
Menurutnya, salah satu hal yang membuat bisnisnya berkembang ialah pemasaran. Selain tentu saja karena ciri khas kuat dari budaya di kain-kainnya, pemasarannya yang merambah digital dan branding yang tepat juga berperan besar. Dalam hal tersebut, Dayu cukup banyak mendapat bantuan dari Kita Muda Kreatif, program pembinaan dari UNESCO.
Sementara itu, Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta Maki Katsuno-Hayashikawa mengatakan program Kita Muda Kreatif merupakan pemberdayaan ekonomi anak muda di sekitar situs warisan budaya Indonesia melalui peningkatan kemampuan usaha dan pariwisata berkelanjutan. Dalam praktiknya, program ini juga diharapkan turut mendekatkan budaya, merawat, sekaligus melestarikannya dengan baik.
Dirinya berharap program ini akan terus berdampak baik pada upaya-upaya tersebut. Dengan demikian, suatu budaya bisa terus lestari dan lebih diminati oleh generasi-generasi penerusnya.
Sebagai informasi, saat ini fesyen menjadi salah satu sektor industri yang menarik. Menurut Kemenparekraf, ekonomi kreatif telah terbukti dapat memajukan perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari subsektor fesyen yang masih menjadi andalan ekspor ekonomi kreatif Indonesia dengan nilai kontribusi sebesar 61,5 persen.
Baca juga: 4 Gaya Fesyen Tak Lekang oleh Waktu, Genhype yang Mana?
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.