Tren Smartwatch bagi Pencinta Kegiatan Outdoor, Bisa Jadi Penyelamat di Tengah Hutan
10 October 2023 |
10:30 WIB
Smartwatch tengah menjadi tren di kalangan pencinta olahraga outdoor yang menantang, seperti trail running atau lari lintas gunung hingga diving yang sedang digemari kaum urban. Jam tangan pintar ini dianggap cukup membantu mengatasi medan atau menjaga performa, selain stylish saat disematkan pada pergelangan tangan.
Sebagai penggiat aktivitas outdoor, Mustofa bahkan menyebut smartwatch menjadi nyawa kedua baginya ketika sedang melakukan trail running maupun trekking. Fitur GPS pada peranti ini, membantunya untuk mengatasi masalah hilang arah alias nyasar yang dihadapinya selama ini, ketika berada di tengah hutan atau pegunungan.
“Selama ini ngandelin jalur dan orientasi medan. Lihat tanda, cuma pakai pengalaman saja. Sekarang kalau nyasar, smartwatch ngasih tau. Jadi nyawa kedua sih buat saya,” ujar pria yang sudah menjelajahi Gunung Rinjani, Latimojong, hingga Kerinci itu saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Baca juga: Fitur Pengukur Tekanan Darah Smartwatch Belum Bisa Jadi Rujukan Medis, Ini Alasannya
Selain GPS sebagai navigasi, Mustofa sangat terbantu dengan disematkannya fitur heart rate. Fitur ini membuatnya bisa mengukur kapasitas diri ketika melakukan trail running. Saat smartwatch ini memberi peringatan bahwa jantungnya terlalu cepat berdetak, dia lantas mengurangi intensitas larinya. Aktivitas jantung, langkah, dan kecepatan geraknya terekam di jam tangan itu.
Adapun, dia memakai smartwatch Suunto 5, merek jam tangan olahraga asal Finlandia. Dia mencari jam pintar yang bukan hanya memiliki fitur canggih sesuai kebutuhan aktivitasnya, namun tapi ketahanan yang mumpuni.
Dalam memilih peranti jam tangan pintar, Mustofa sangat mempertimbangkan daya tahan baterai. Suunto 5, katanya, bisa dipakai selama 40 jam dengan kondisi GPS menyala. Selain itu, produk ini terbilang tahan banting ketika jatuh atau terbentur benda keras. “Water resistant juga,” ucapnya.
Running Enthusiast, Riendy Astria berpendapat yang paling dibutuhkan dari smartwatch memang fitur navigasi dan peta. “Ini penting sih karena aku pernah nyasar di bukit,” sebutnya.
Sejak memakai smartwatch, potensi nyasar bisa diminimalisir ketika melakukan trail running ke tempat yang belum pernah dicoba. Riendy cukup mengunduh map orang lain yang pernah ke lokasi tersebut melalui Strava, lalu menyimpan failnya di smartwatch. Berkas GPX yang didapatkannya itu menjadi pegangan ketika menjelajah hutan atau bukit.
“Buat aku yang merasa susah hafal trek, ya harus liat map GPX-nya sih di smartwatch. Ini kalau latihan. Kalau misal lagi race juga sama, liat GPX bisa bantu strategi juga. Kita bisa lihat kapan ada tanjakan, kapan turunan, biar bisa manage waktu juga pada akhirnya,” jelasnya.
Baterai memang menjadi fitur lainnya yang penting bagi Riendy. Pegiat rekreasi outdoor ini merupakan pengguna jam pintar, Coros Apex 2 Pro. Ketahanan baterainya terbilang gahar.
Dia menyebut smartwatch ini hanya kehilangan kurang dari 30 persen daya saat dipakai selama 10 jam dengan kondisi GPS aktif. Dalam pemakaian sehari-hari, daya tahan baterainya disebut-sebut bisa berlangsung hingga satu bulan lamanya. “Sekarang belum nemu kekurangan sih, hampir semua support, musik, heart rate detection, tapi (smartwatch) yang lebih mahal banyak,” ujarnya.
Huawei akhir September lalu juga mengenalkan rangkaian jam pintar terbarunya. Salah satu yang cukup menyita perhatian yakni Huawei Watch Ultimate. Pasalnya smartwatch ini diklaim memiliki ketahanan yang sangat kokoh dengan material unik.
Edy Supartono, Training Director Huawei Device Indonesia, menyampaikan untuk pertama kalinya di industri smartwatch, Huawei Watch Ultimate menggunakan material Zirconium, liquid metal yang biasa digunakan untuk membuat arloji premium hingga pesawat luar angkasa.
Dengan material tersebut, smartwatch ini terbilang tahan karat, 2,5 kali lebih kuat dibandingkan seri lainnya, 4,5 kali lebih kokoh, dan 17,4 persen lebih ringan dibandingkan pendahulunya. “Zirconium hanya bisa meleleh di angka 1.000 derajat Celcius, dan bisa mengeras lagi dalam waktu 1 detik,” Edy membeberkan.
Untuk layarnya, Huawei Watch Ultimate menggunakan teknologi AMOLED LTPO 1,5 inci, yang jadi terbesar di kelasnya saat ini. Dengan kaca berbahan safir, smartwatch ini teruji daya tahannya untuk pemakaian jangka panjang.
Satu lagi yang menarik, jam pintar keluaran Huawei itu telah terbukti tahan hingga kedalaman 100 meter atau 10 ATM. Ada pula fitur Scuba Diving Mode berbasis algoritma profesional Bühlmann yang akurat.
Fitur ini terbagi menjadi empat mode yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan menampilkan data penting saat menyelam, sehingga membuat aktivitas itu jadi lebih aman. “Ada deteksi aktivitas saat menyelam. Kalau turun atau naik terlalu cepat, akan muncul alert. Ada lebih dari 20 reminder alert,” katanya.
Tidak hanya di kedalaman laut, Huawei Watch Ultimate, lanjutnya, juga mendukung eksplorasi pada kondisi panas ekstrem. Selain fitur kompas, smartwatch ini mendukung lima sistem navigasi utama dan five-system GNSS untuk menetapkan lokasi pengguna dan memandu rute dengan tepat sehingga tak tersesat saat menjelajah hutan maupun pegunungan.
Dengan sematan teknologi Power Management cerdas yang terbagi menjadi enam mode, daya jam pintar ini bisa lebih efisien. Tak ketinggalan, smartwatch ini bisa mengukur tanda-tanda vital tubuh dan memberikan peringatan bila terdeteksi abnormalitas sehingga berolahraga dan eksplorasi bisa tetap aman untuk tubuh.
Baca juga: Garmin Rilis Smartwatch untuk Para Penyelam, Begini Fitur & Harganya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sebagai penggiat aktivitas outdoor, Mustofa bahkan menyebut smartwatch menjadi nyawa kedua baginya ketika sedang melakukan trail running maupun trekking. Fitur GPS pada peranti ini, membantunya untuk mengatasi masalah hilang arah alias nyasar yang dihadapinya selama ini, ketika berada di tengah hutan atau pegunungan.
“Selama ini ngandelin jalur dan orientasi medan. Lihat tanda, cuma pakai pengalaman saja. Sekarang kalau nyasar, smartwatch ngasih tau. Jadi nyawa kedua sih buat saya,” ujar pria yang sudah menjelajahi Gunung Rinjani, Latimojong, hingga Kerinci itu saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Baca juga: Fitur Pengukur Tekanan Darah Smartwatch Belum Bisa Jadi Rujukan Medis, Ini Alasannya
Selain GPS sebagai navigasi, Mustofa sangat terbantu dengan disematkannya fitur heart rate. Fitur ini membuatnya bisa mengukur kapasitas diri ketika melakukan trail running. Saat smartwatch ini memberi peringatan bahwa jantungnya terlalu cepat berdetak, dia lantas mengurangi intensitas larinya. Aktivitas jantung, langkah, dan kecepatan geraknya terekam di jam tangan itu.
Adapun, dia memakai smartwatch Suunto 5, merek jam tangan olahraga asal Finlandia. Dia mencari jam pintar yang bukan hanya memiliki fitur canggih sesuai kebutuhan aktivitasnya, namun tapi ketahanan yang mumpuni.
Dalam memilih peranti jam tangan pintar, Mustofa sangat mempertimbangkan daya tahan baterai. Suunto 5, katanya, bisa dipakai selama 40 jam dengan kondisi GPS menyala. Selain itu, produk ini terbilang tahan banting ketika jatuh atau terbentur benda keras. “Water resistant juga,” ucapnya.
Smartwatch Suunto 5 Peak (Sumber foto: Suunto)
Sejak memakai smartwatch, potensi nyasar bisa diminimalisir ketika melakukan trail running ke tempat yang belum pernah dicoba. Riendy cukup mengunduh map orang lain yang pernah ke lokasi tersebut melalui Strava, lalu menyimpan failnya di smartwatch. Berkas GPX yang didapatkannya itu menjadi pegangan ketika menjelajah hutan atau bukit.
“Buat aku yang merasa susah hafal trek, ya harus liat map GPX-nya sih di smartwatch. Ini kalau latihan. Kalau misal lagi race juga sama, liat GPX bisa bantu strategi juga. Kita bisa lihat kapan ada tanjakan, kapan turunan, biar bisa manage waktu juga pada akhirnya,” jelasnya.
Baterai memang menjadi fitur lainnya yang penting bagi Riendy. Pegiat rekreasi outdoor ini merupakan pengguna jam pintar, Coros Apex 2 Pro. Ketahanan baterainya terbilang gahar.
Dia menyebut smartwatch ini hanya kehilangan kurang dari 30 persen daya saat dipakai selama 10 jam dengan kondisi GPS aktif. Dalam pemakaian sehari-hari, daya tahan baterainya disebut-sebut bisa berlangsung hingga satu bulan lamanya. “Sekarang belum nemu kekurangan sih, hampir semua support, musik, heart rate detection, tapi (smartwatch) yang lebih mahal banyak,” ujarnya.
Smartwatch Coros Apex 2/2 Pro (Sumber foto: Coros)
Edy Supartono, Training Director Huawei Device Indonesia, menyampaikan untuk pertama kalinya di industri smartwatch, Huawei Watch Ultimate menggunakan material Zirconium, liquid metal yang biasa digunakan untuk membuat arloji premium hingga pesawat luar angkasa.
Dengan material tersebut, smartwatch ini terbilang tahan karat, 2,5 kali lebih kuat dibandingkan seri lainnya, 4,5 kali lebih kokoh, dan 17,4 persen lebih ringan dibandingkan pendahulunya. “Zirconium hanya bisa meleleh di angka 1.000 derajat Celcius, dan bisa mengeras lagi dalam waktu 1 detik,” Edy membeberkan.
Untuk layarnya, Huawei Watch Ultimate menggunakan teknologi AMOLED LTPO 1,5 inci, yang jadi terbesar di kelasnya saat ini. Dengan kaca berbahan safir, smartwatch ini teruji daya tahannya untuk pemakaian jangka panjang.
Smartwatch Huawei Watch Ultimate (Sumber foto: Hypeabis.id/Desyinta Nuraini)
Fitur ini terbagi menjadi empat mode yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan menampilkan data penting saat menyelam, sehingga membuat aktivitas itu jadi lebih aman. “Ada deteksi aktivitas saat menyelam. Kalau turun atau naik terlalu cepat, akan muncul alert. Ada lebih dari 20 reminder alert,” katanya.
Tidak hanya di kedalaman laut, Huawei Watch Ultimate, lanjutnya, juga mendukung eksplorasi pada kondisi panas ekstrem. Selain fitur kompas, smartwatch ini mendukung lima sistem navigasi utama dan five-system GNSS untuk menetapkan lokasi pengguna dan memandu rute dengan tepat sehingga tak tersesat saat menjelajah hutan maupun pegunungan.
Dengan sematan teknologi Power Management cerdas yang terbagi menjadi enam mode, daya jam pintar ini bisa lebih efisien. Tak ketinggalan, smartwatch ini bisa mengukur tanda-tanda vital tubuh dan memberikan peringatan bila terdeteksi abnormalitas sehingga berolahraga dan eksplorasi bisa tetap aman untuk tubuh.
Baca juga: Garmin Rilis Smartwatch untuk Para Penyelam, Begini Fitur & Harganya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.