Aktor Slamet Rahardjo (Sumber foto: Festival Film Indonesia)

Profil Slamet Rahardjo, Aktor Berdedikasi Lintas Generasi 

09 October 2023   |   12:00 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Lebih dari setengah abad Slamet Rahardjo melakoni akting di hidupnya. Dari anak muda berambut hitam legam sampai usianya menginjak kepala 7 dengan rambut yang makin beruban, dia telah membuktikan eksistensi dan kepiawaiannya berlakon. Panggung teater, televisi, hingga layar lebar jadi tempatnya beraksi. 

Tidak berlebihan jika menyebutnya sebagai salah satu aktor Indonesia terbesar sepanjang masa. Living legend. Bukan tanpa alasan. Selama karier profesionalnya yang lebih dari 50 tahun, namanya banyak mendapat penghargaan bergengsi. Tidak hanya di bumi Ibu Pertiwi, tapi juga luar negeri. 

Slamet Rahardjo dinobatkan sebagai penerima Lifetime Achievement Award pada ajang Festival Film Bandung 2012, menerima Penghargaan Seumur Hidup Festival Film Indonesia pada 2015, dan dinobatkan sebagai peraih Lifetime Achievement Award pada gelaran Asean International Film Festival and Awards 2019. 

Label dan piala-piala yang diboyong olehnya mencerminkan kemampuannya berakting. Untuk bidang yang digelutinya itu, Slamet memang tidak pernah bermain-main. Aktingnya selalu serius. Baik ketika memerankan karakter yang sedih atau bahkan konyol, dia selalu menyeriusinya. 

Baca juga: Profil Iko Uwais, Dari Belajar Pencak Silat hingga Jadi Aktor Laga Kenamaan

Dalam banyak kesempatan, dia menyebut bahwa hal penting bagi seorang aktor adalah tidak sekadar tau dan mengerti karakter yang diperankan, tapi menjadi tokoh tersebut. Ini berarti, seorang aktor, menurutnya, harus mampu membawa dirinya lepas dari segala macam masalah dan sengkarut yang dihadapi ketika masuk ke panggung/set. 

Hal itu yang diungkapkannya kembali dalam sebuah postingan di Instagram-nya, bersama dengan Teater Populer. Ya, pada usianya yang tak lagi muda, Slamet sedikit banyak sering berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya melalui media sosial. 

“Tanggalkan kasusmu di luar panggung… Kamu harus menjadi peranan yang kau perankan. Jangan bawa beban dirimu mengganggu peranan yang akan kau perankan. Itu janji aktor pada profesinya,” katanya. 
 


Berangkat dari Teater 

Bakat akting yang melekat di diri Slamet Rahardjo tak bisa dilepaskan dari bidang teater. Pria kelahiran 21 Januari 1949 itu telah terlibat dengan salah satu kelompok teater pertama dan kenamaan di Tanah Air sejak usia muda. Tidak lain adalah Teater Populer yang dibesut oleh Teguh Karya. Bahkan, kini Slamet mewarisi semangat dan mengurusi kelompok itu. 

Sejak akhir 1960-an ketika Teater Populer pertama kali pentas, Slamet sudah ada di sana. Dia mengaku banyak belajar dari Teguh dan kelompok tersebut tentang dasar-dasar teater seperti olah tubuh, olah suara, olah rasa dan emosi, ekspresi, mimik. Kelompok ini juga menjadi ruang untuk menyalurkannya dan mendapatkan pengalaman langsung. 

Hal-hal tersebut menjadi modal untuknya berkiprah di bidang keaktoran industri perfilman. Menurutnya, fondasi akting di bidang teater dan perfilman mirip-mirip, hanya mediumnya yang berbeda. 

Debut seorang Slamet Rahardjo di ranah film tertuang dalam karya berjudul Wajah Seorang Laki-laki (1971) dari Teguh Karya. Ini juga merupakan film debut Teguh sebagai sutradara. Dalam film pertamanya itu, Slamet memerankan tokoh sentral bernama Amallo yang melakukan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri. 

Adapun, salah dua film awalnya yang membawa nama Slamet makin harum dan kesohor adalah karya berikutnya. Film kedua yang berjudul Cinta Pertama (1973) arahan Teguh Karya menempatkannya sebagai Runner-up IV kategori Aktor Terbaik penghargaan Aktor-Aktris Terbaik PWI. 

Berlanjut ke film ketiga, Ranjang Pengantin (1974) arahan sutradara Teguh Karya, Slamet Rahardjo dinobatkan sebagai pemenang kategori Pemeran Utama Pria Terbaik dalam ajang paling bergengsi, Festival Film Indonesia 1975. Sejak saat itu, wajahnya banyak terpampang di layar lebar dan layar kaca sinema Tanah Air, hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. 

Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Sherina Munaf, Pemeran Film Petualangan Sherina 2
 

Slamet Rahardjo (Sumber foto: Instagram/Slamet Rahardjo Djarot)

Slamet Rahardjo (Sumber foto: Instagram/Slamet Rahardjo Djarot)

Om Slamet, begitu sering kali dia disapa, meski dengan serius menekuni bidang akting tapi tidak membatasi dirinya di ranah itu saja. Dia beberapa kali terlibat menjadi orang di belakang layar atau belakang kamera. 

Portofolionya sebagai insan film meliputi penata musik, penulis naskah/cerita, sampai sutradara. Bukan kaleng-kaleng, kiprahnya sebagai orang balik layar juga telah diakui di banyak penghargaan. Kreasinya yang paling mentereng adalah film berjudul Kembang Kertas (1984) yang diperankan oleh Lenny Marlina, Rima Melati, Zaenal Abidin, dan masih banyak lagi. 

Film tersebut membawa pulang piala citra untuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik ajang Festival Film Indonesia 1985. Secara individu, lewat film ini, Slamet Rahardjo juga dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik, dan masuk dalam nominasi Penulis Cerita Asli Terbaik. Pencapaian ini membuktikan kualitasnya bukan hanya sebagai aktor, tapi juga penulis dan pengarah film. 
 

Tetap Eksis & Makin Karismatik 

Berkecimpung di dunia film Tanah Air selama berpuluh-puluh tahun bukan perkara mudah. Perubahan dan pergeseran penikmat film era 1980-an, 1990-an hingga 2000-an begitu kental. Om Slamet jadi saksi yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Akan tetapi, tampaknya hal itu pula yang membuatnya tetap bisa eksis. 

Bahkan, makin lanjut usianya, makin dia berkarisma. Sosoknya sebagai sepuh di industri film begitu kentara dalam karya-karya yang dimainkannya beberapa waktu terakhir. Meski dirinya kini tidak lagi menjadi pusat utama film-film yang dikerjakan, tapi aktingnya sebagai pemeran pendukung tetap mampu menciptakan hawa keberadaan yang kuat. 

Dalam film drama komedi Sweet 20 (2018) arahan sutradara Ody C Harahap misalnya, Slamet yang ketika itu berusia 69 tahun berperan sebagai penghuni panti jompo bernama Hamzah. Aktingnya di film tersebut menggelitik dan sangat ciamik.

Penampilannya diganjar lima nominasi dari empat ajang penghargaan film bergengsi. Satu di antaranya membuahkan piala, yakni Pemeran Pendukung Pria Terfavorit dari Indonesian Movie Actors Awards 2018. 
 

Slamet Rahardjo (Sumber foto: Hypeabis.id)

Slamet Rahardjo (Sumber foto: Hypeabis.id/Adurachman)

Tak cuma itu, keterlibatannya di film yang lebih baru yakni Cinta Pertama, Kedua & Ketiga (2022) dari sutradara Gina S. Noer juga masih membuktikan kualitas lakonnya, walau sudah berusia lebih dari 70 tahun. 

Dari film itu, Slamet Rahardjo membawa pulang penghargaan Pemeran Pembantu Pria Terpuji Film Bioskop di Festival Film Bandung dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2022. Saat menerima penghargaannya, dia sempat berceloteh bingung kenapa di usianya yang sudah senja masih saja mendapatkan apresiasi tersebut. 

Pada kesempatan malam anugerah Festival Film Indonesia 2022, dia juga berpesan kepada para aktor untuk selalu jujur pada diri sendiri dan menyerahkan diri sepenuhnya pada karakter yang dijalankan. 

“Pekerjaan kita akan selalu terhormat. Jadilah dirimu karena pada dasarnya kita terlahir orisinal,” katanya. 

Sampai pada tahun ini, Slamet Rahardjo masih aktif terlibat dalam sejumlah proyek. Termasuk film Hati Suhita (2023) arahan Archie Hekagery dan serial Katarsis (2023) dari sutradara Randolph Zaini. Selain itu, masih ada karya sinema mendatang yang bakal dibintangi olehnya termasuk Siksa Kubur dari Joko Anwar yang dijadwalkan tayang pada 2024. 

Baca juga: Eksklusif Profil Alfredo & Isabel Aquilizan: Menciptakan Seni yang Dekat & Memberdayakan Masyarakat

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Off Frame AKA Revolution Until Victory Diputar di Madani International Film Festival Hari Kedua

BERIKUTNYA

4 Fakta Drakor A Good Day to Be a Dog yang Diperankan Cha Eun-woo & Park Gyu-young

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: