Desain arsitektur Reformasi Halte Grogol 2 karya Gerald Revell Nur Asan, mahasiswa dari Universitas  Tarumanagara ( Sumber gambar: Gerald Revell Nur Asan)

Mengintip Konsep Desain Ruang Publik di Kawasan Halte Grogol 2 Jakarta

07 October 2023   |   15:00 WIB
Image
Yulita Theresia Maghi Mahasiswi Jurnalistik Universitas Nusa Nipa Indonesia, Maumere.

Jakarta merupakan kota dengan kepadatan tertinggi di Indonesia. Masalah kemacetan dan kerumunan pun menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan di tengah ketersediaan lahan untuk jalan yang semakin terbatas. Pendekatan baru yang sadar akan keterbatasan lahan itu dibutuhkan untuk merancang Jakarta yang lebih baik di masa depan.

Tujuannya untuk mencegah penurunan kondisi udara dan kualitas hidup penduduk Jakarta dalam keseharian. Lantas solusi apa yang bisa ditawarkan untuk menangani masalah ini? Pada 1-7 Oktober 2023,  Senyum Museum sebuah Branding Consultant yang bekerja dalam bidang creative program dan fasilitator bagi para seniman muda, mengadakan pameran arsitektur dan menghadirkan para calon arsitek muda dari beberapa universitas di Jakarta. 

Mereka membawa berbagai karya desain arsitektur yang menawarkan solusi atas permasalahan infrastruktur di Jakarta.

Baca juga: Eksklusif Arsitek Cosmas D Gozali: Anomali Sistem Pengamanan Museum & Galeri di Indonesia

Salah seorang arsitek yang dipilih untuk mempresentasikan karyanya dalam pameran itu adalah karya desain berjuduk Reformasi Halte Grogol 2 yang buat oleh Gerald Revell Nur Asan, mahasiswa dari Universitas Tarumanagara.

Konsep desain yang dihadirkan oleh Gerald berangkat dari permasalahan pemanfaatan ruang kosong pada wilayah sekitar halte Transjakarta yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Gerald melihat ruang kosong yang belum dimanfaatkan secara maksimal  dapat dijadikan berbagai tempat bersantai bagi masyarakat yang menggunakan halte Grogol 2.

“Konsep yang digunakan adalah keterhubungan atau linkage Transjakarta sebagai bagian dari sistem yang tidak terputuskan di kawasan krusial koridor 9 sebagai nadi primer ekonomi Jakarta yang diterjemahkan sebagai sel saraf (neuron), yaitu landasan gubahan massa karya,” jelas Gerald dalam wawancara via Whatsapp (6/10/2023).

Gerald juga menjelaskan bahwa isu yang diangkat melalui desainnya ini berkaitan dengan penggunaan area koridor halte Grogol yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas. Hal ini agar masyarakat memiliki waktu yang lebih lama di halte dan terhindar dari jam sibuk atau peak hour.

“Terinspirasi dari situasi lockdown Covid, flatten the curve jumlah pengguna jalanan akan tetap sama, namun kepadatan yang menyebabkan kemacetan bisa dikurangi melalui persebaran dimensi waktu. Waktu kita ubah, supaya orang bisa berlama di halte atau bisa sampai terlebih dahulu ke halte buat menghindari peak hour,” terang Gerald.

Dalam desain yang terlihat sederhana ini, Gerald menampilkan berbagai konsep pemanfaatan lahan yang lebih menarik dan lebih mendalam di halte Grogol 2. Beberapa titik kunci perancangan yang dihadirkan Gerald dalam desainnya berupa fasilitas ruang tunggu publik lengkap dengan perpustakaan, kantin umum, ruang pameran tematik sampai dengan musala dan toilet umum.

Semua fasilitas itu diharapkan akan meningkatan kenyamanan dalam menunggu dan lama waktu pekerja dapat menunggu sebelum pulang atau sebelum masuk kantor untuk sampai lebih awal dan pulang lebih lambat.

Selanjutnya, bentukan organik yang tumbuh sebagai akibat dari kebutuhan keterhubungan visual baik dari kebutuhan keamanan sampai dengan estetika. Selubung bangunan kaca di kolong jembatan juga berfungsi sebagai penahan panas, namun masih membuka cahaya matahari yang terbatas untuk masuk dan dirancang dengan memitigasi risiko bagi penggunanya.

Selain demi kenyamanan para pengguna halte, lampu pada jembatan penyeberangan orang juga didesain agar tidak mengganggu para pengguna kendaraan pada malam hari. Dalam wawancaranya,  Gerald mengungkapkan harapannya bagi pemanfaatan lahan kosong untuk menjadikan suatu tempat lebih efektif.

Bagi Genhype yang ingin melihat secara lebih jelas rancangan desainnya, dapat menikmati sajiannya melalui Youtube Grerald Revell.

Melalui karya ini, dia ingin menyadarkan masyarakat akan warisan kita dari generasi sebelum. Selain itu, kita perlu memikirkan ulang definisi ruang sisa seperti bangunan tua, bangunan sepi, kolong jembatan dan konsumerisme juga ada di dunia arsitektur.

Baca juga: Teknik Anyaman Bisa Jadi Identitas & Masa Depan Arsitektur Indonesia

"Kesinambungan buat Jakarta ke depannya perlu pemikiran kritis dan jujur terhadap perilaku kita semua, baik sebagai perancang sampai dengan pengguna bangunan dan ruang di Jakarta,” jelas Gerald.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Jadwal Kontingen Indonesia di Asian Games ke-19 pada Sabtu 7 Oktober 2023

BERIKUTNYA

Riset: 92 persen Wisatawan Indonesia Ingin Penyedia Akomodasi Enggak Gaptek

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: