Riset: 92 persen Wisatawan Indonesia Ingin Penyedia Akomodasi Enggak Gaptek
07 October 2023 |
12:30 WIB
Industri pariwisata Indonesia terus menggeber inovasi dan keterlibatan teknologi sebagai penunjang wisata. Hal ini beriringan dengan animo wisatawan baik lokal atau pun mancanegara yang mulai merangkak selepas pandemi Covid-19. Riset SiteMinder mengungkapkan, jumlah orang yang berencana bepergian internasional meningkat dua kali lipat, dari 10 persen menjadi 25 persen pada tahun ini.
Di antara atraksi dan minat wisata yang luas, riset SiteMinder menemukan karakteristik wisatawan penyuka teknologi digital di samping petualangan gigih, pengalaman sensasional, hingga kolaborator komunikatif yang menyangkut komunitas dan akomodasi.
Baca juga: Jurus Kemenparekraf Tingkatkan Kunjungan Wisatawan dari Malaysia
Sayangnya, Indonesia dianggap tertinggal dalam aspek teknologi pariwisata. Meski tertinggal, data menyebutkan 73 persen wisatawan Indonesia cenderung toleran terhadap penyedia akomodasi yang memiliki standar pelayanan rendah, karena kekurangan staf dan teknologi belum mumpuni.
Sekitar 60 persen wisatawan Indonesia berpendapat jika industri akomodasi rata-rata belum mampu mengadopsi teknologi. Oleh karena itu, sekitar 92 persen wisatawan setuju jika pengalaman menginap mereka akan lebih baik apabila penyedia akomodasi memahami dan melibatkan teknologi. Selain mempermudah, teknologi juga memberi ruang pengalaman-pengalaman imersif tentang kecanggihan yang ditawarkan kepada wisatawan.
Saat ini, tren penggunaan teknologi di kalangan wisatawan meliputi kecerdasan buatan (AI), di mana separuh wisatawan dengan lebih dari dua pertiga milenial menggunakan AI dalam menghasilkan rekomendasi akomodasi. Sekitar 83 persen wisatawan di kalangan muda lebih reseptif dengan hasil rekomendasi penginapan menggunakan AI ini. Kalangan milenial menjadi generasi yang cukup terpengaruh dengan modalitas AI saat menentukan penginapan mereka.
Sementara itu, sekitar 70 persen wisatawan atau 9 dari 10 Gen Z mengatakan bahwa media sosial memengaruhi cara mereka menemukan akomodasi. Dengan begitu, Gen Z menjadi generasi yang paling mungkin dipengaruhi oleh media sosial daripada wisatawan lain selama proses menemukan akomodasi.
Pemilihan akomodasi lewat situs pemesanan dipilih oleh 88 persen wisatawan lokal, di mana mereka cenderung memesan akomodasi melalui situs pemesanan secara online. Namun lebih dari setengah wisatawan yang menggunakan situs pemesanan mengaku mendapatkan pengalaman buruk selama proses pemesanan, misalnya proses yang sulit hingga waktu loading yang lama.
Regional Vice President SiteMinder untuk Asia Pasifik Bradley Haines mengatakan, budaya digital-first dalam sektor pariwisata Indonesia kini tengah menjadi fenomena yang tak bisa dibantah. Saat ini, wisatawan Indonesia cukup bergantung dalam aspek digital dalam berwisata.
Tujuannya adalah untuk mempermudah dan membuat segalanya lebih praktis, sehingga mereka bisa fokus menciptakan kenangan baik bersama kerabat. “Melalui riset kami, kami sekarang tahu bahwa mereka menganggap industri akomodasi berada di belakang dalam hal adopsi teknologi,” jelas Haines.
Menurut Haines, keinginan wisatawan agar penyedia akomodasi lebih mengadopsi teknologi ini menjadi momen untuk segera melakukan investasi besar dalam hal modern technologi commerce. Investasi dalam bidang teknologi ini mmungknkan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan dalam hal akomodasi.
Baca juga: Bali Jadi Tujuan Favorit Wisatawan Lokal & Mancanegara untuk Merayakan Tahun Baru
Editor: Dika Irawan
Di antara atraksi dan minat wisata yang luas, riset SiteMinder menemukan karakteristik wisatawan penyuka teknologi digital di samping petualangan gigih, pengalaman sensasional, hingga kolaborator komunikatif yang menyangkut komunitas dan akomodasi.
Baca juga: Jurus Kemenparekraf Tingkatkan Kunjungan Wisatawan dari Malaysia
Sayangnya, Indonesia dianggap tertinggal dalam aspek teknologi pariwisata. Meski tertinggal, data menyebutkan 73 persen wisatawan Indonesia cenderung toleran terhadap penyedia akomodasi yang memiliki standar pelayanan rendah, karena kekurangan staf dan teknologi belum mumpuni.
Sekitar 60 persen wisatawan Indonesia berpendapat jika industri akomodasi rata-rata belum mampu mengadopsi teknologi. Oleh karena itu, sekitar 92 persen wisatawan setuju jika pengalaman menginap mereka akan lebih baik apabila penyedia akomodasi memahami dan melibatkan teknologi. Selain mempermudah, teknologi juga memberi ruang pengalaman-pengalaman imersif tentang kecanggihan yang ditawarkan kepada wisatawan.
Saat ini, tren penggunaan teknologi di kalangan wisatawan meliputi kecerdasan buatan (AI), di mana separuh wisatawan dengan lebih dari dua pertiga milenial menggunakan AI dalam menghasilkan rekomendasi akomodasi. Sekitar 83 persen wisatawan di kalangan muda lebih reseptif dengan hasil rekomendasi penginapan menggunakan AI ini. Kalangan milenial menjadi generasi yang cukup terpengaruh dengan modalitas AI saat menentukan penginapan mereka.
Sementara itu, sekitar 70 persen wisatawan atau 9 dari 10 Gen Z mengatakan bahwa media sosial memengaruhi cara mereka menemukan akomodasi. Dengan begitu, Gen Z menjadi generasi yang paling mungkin dipengaruhi oleh media sosial daripada wisatawan lain selama proses menemukan akomodasi.
Pemilihan akomodasi lewat situs pemesanan dipilih oleh 88 persen wisatawan lokal, di mana mereka cenderung memesan akomodasi melalui situs pemesanan secara online. Namun lebih dari setengah wisatawan yang menggunakan situs pemesanan mengaku mendapatkan pengalaman buruk selama proses pemesanan, misalnya proses yang sulit hingga waktu loading yang lama.
Regional Vice President SiteMinder untuk Asia Pasifik Bradley Haines mengatakan, budaya digital-first dalam sektor pariwisata Indonesia kini tengah menjadi fenomena yang tak bisa dibantah. Saat ini, wisatawan Indonesia cukup bergantung dalam aspek digital dalam berwisata.
Tujuannya adalah untuk mempermudah dan membuat segalanya lebih praktis, sehingga mereka bisa fokus menciptakan kenangan baik bersama kerabat. “Melalui riset kami, kami sekarang tahu bahwa mereka menganggap industri akomodasi berada di belakang dalam hal adopsi teknologi,” jelas Haines.
Menurut Haines, keinginan wisatawan agar penyedia akomodasi lebih mengadopsi teknologi ini menjadi momen untuk segera melakukan investasi besar dalam hal modern technologi commerce. Investasi dalam bidang teknologi ini mmungknkan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan dalam hal akomodasi.
Baca juga: Bali Jadi Tujuan Favorit Wisatawan Lokal & Mancanegara untuk Merayakan Tahun Baru
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.