Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Pendakian Gunung Kerinci, Menapaki Terjalnya Salah Satu Seven Summit Indonesia

07 October 2023   |   16:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Gunung Kerinci yang didekap semburat oranye menjadi pemandangan indah yang lumrah dilihat warga Kersik Tuo, Jambi. Pagi itu, cuaca yang cerah membuat gunung dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu tampak berdiri gagah. Kersik Tuo adalah sebuah desa yang terletak di kaki gunung Kerinci. Desa ini menjadi salah satu pintu masuk pendakian ke gunung yang puncaknya menjadi bagian seven summit Indonesia.

Pagi itu, bersama enam kawan lain dan dua pemandu, saya mencoba mendaki gunung tersebut. Walau badan rasanya masih lelah, setelah perjalanan lebih dari 6 jam dari Bandara Udara Internasional Minangkabau ke Kersik Tuo. Setiap pendaki dengan semangat menata ulang tas ransel masing-masing. Memastikan tak ada logistik dan perlengkapan yang tertinggal atau kurang.

Baca juga: Bukan Dingin Biasa, Ini Gejala Awal Terkena Hipotermia Saat Mendaki Gunung

Sebuah mobil hitam yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, datang tak lama kemudian. Mobil ini akan mengantar pendaki ke area dekat hutan, sebelum Pintu Rimba. “Ayo, yang sudah siap, bisa bawa tasnya ke sini, biar ditaruh di atas mobil. Biar cepat berangkat,” ucap Bang Deni, salah satu pemandu Gunung Kerinci.

Dari desa Kersik Tuo menuju ke hutan dekat gunung Kerinci, pendaki akan melewati Tugu Macan Sumatera, kebun teh milik PTPN VIII, dan perladangan penduduk. Sebagian besar pendaki memang memilih menaiki kendaraan roda empat agar menghemat waktu tempuh.

Benar saja, kurang dari 20 menit, pendaki sudah sampai di dekat Pintu Rimba, yang ditandai dengan gapura besar bertuliskan “Gunung Kerinci – Jalur Pendakian Kersik Tuo”.  Terdapat tugu berbentuk segitiga juga. Area ini cukup luas, bisa buat istirahat sebelum memulai pendakian yang sesungguhnya.
 

a

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Di area ini, beberapa papan informasi cukup jelas menggambarkan kondisi gunung. Satu papan informasi berisi soal peta perjalanan dan titik pos serta shelter yang mesti dilalui pendaki. Satu papan informasi lagi berisi peringatan untuk berhati-hati ketika berada di dalam hutan. Sebab, Gunung Kerinci masih menjadi habitat Harimau Sumatra.

Bang Deni bercerita imbauan ini bukan mitos belaka. Beberapa orang pernah menjumpai si raja hutan tersebut di jalur pendakian. Bahkan, pernah ada yang melihat langsung, walau sisanya lebih banyak hanya mendengar suara atau jejak-jejaknya saja. “Nanti kalau sudah masuk hutan perhatikan jarak, jangan ada yang jalan sendirian, ya” imbaunya.

Pintu Rimba ke Bangku Panjang (Pos 1)
Kami lalu berjalan menyusuri hutan. Sebuah jalan setapak selebar satu meter hingga dua meter membelah rimba belantara yang dipenuhi dengan pepohonan lebat. Beberapa pohon menjulang tinggi dan besar. Banyak dari sisi batangnya yang ditumbuhi lumut. Gunung ini memang memiliki tipikal hutan hujan tropis.

Etape pertama ini tidak begitu menanjak. Waktu tempuh ke Pos 1 atau juga dikenal dengan sebutan Bangku Panjang juga tak begitu jauh. Hanya sekitar 30 menit, pendaki akan sampai di titik pemberhentian pertamanya.

Di sini, terlihat ada puing-puing reruntuhan bangunan. Sebuah bangunan pondokan juga tersedia dan bisa digunakan berteduh ketika hujan. Bangku Panjang berada di ketinggian 1.890 MDPL.
 

a

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
 

Bangku Panjang ke Batu Lumut (Pos 2)
Dari Bangku Panjang, pemberhentian selanjutnya ialah Batu Lumut atau juga disebut Pos 2. Perjalanan menuju ke sana masih relatif landai dengan melewati hutan yang makin lebat. Walau demikian, jalur masih terlihat jelas.

Di beberapa titik, tanah begitu gembur dan becek. Beruntung, hari itu tidak hujan. Bagian ini pasti melelahkan jika mesti ditempuh di tengah hujan lebat.

Jarak tempuh ke Pos 2 juga tak terlalu jauh, hanya sekitar 45 menit saja. Di pos ini, ada tanda berupa papan informasi. Namun, tak ada bangunan pondok atau sejenisnya. Hanya sebuah semen berbentuk fondasi saja. Di sini, juga terdapat pos air yang bisa dimanfaatkan jika kehabisan bekal minum.

Batu Lumut ke Pos 3
Setelah beristirahat cukup, pendakian dilanjutkan menuju Pos 3. Jalur yang dilalui sudah mulai menanjak. Pendaki akan menjumpai akar-akar pohon yang melingkar hingga ke jalur pendakian.

Etape ini sudah mulai cukup berat, tubuh akan terus dipaksa beradaptasi dengan jalan yang perlahan jadi terjal. Walau demikian, suasana hutan yang asri akan memanjakan mata dan jadi penambah stamina tambahan. Durasi tempuh menuju Pos 3 berkisar 45 menit sampai 1 jam. Pos 3 ini ditandai dengan sebuah pondok berteduh.

Di area ini, terdapat banyak tupai-tupai yang tampak jinak. Mereka sesekali akan menghampiri para pendaki, seolah menjadi penghibur sebelum jalur terjal menanti lagi. Bagi yang kehabisan air, juga bisa mengisi kembali di pos ini.

Pos 3 ke Shelter 1

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Perjalanan Pos 3 ke Shelter 1 akan menjadi penutup pendakian hari pertama. Kami memang berencana menginap di Shelter 1. Walau demikian, ini akan jadi etape yang paling menguras tenaga pada hari itu.

Perjalanan menuju Shelter 1 membutuhkan waktu 60 menit hingga 90 menit. Treknya makin curam, hampir sedikit sekali trek landai. Sesekali, pendaki juga mesti memanjat di antara tebing dan akar pohon.

Beruntung, kami bisa tiba di Shelter 1 sebelum gelap. Di area ini, terdapat bangunan pondokan yang cukup luas. Area mendirikan tenda juga cukup lega. Namun, hari itu, tampaknya hanya beberapa pendaki saja yang naik. Area camping pun tak terlalu penuh. Malam datang tak lama setelahnya, kami menutup hari pertama dengan memakan gulai enak bikinan Bang Deni.

Shelter 1 ke Shelter 2
Pagi datang. Awalnya cerah, tetapi kemudian jadi mendung dan berkabut. Hawa begitu dingin di area Shelter 1. Walau demikian, rombongan masih tetap bersemangat menjalani hari kedua di gunung. Pukul 10.00 WIB, rombongan mulai berjalan lagi.

Jalur pendakian menuju Shelter 2 makin menanjak dan terjal. Pepohonan makin jarang, batas vegetasi hutan hujan tropis dengan daerah tundra mulai kentara.

Perjalanan dari Shelter 1 ke Shelter 2 membutuhkan waktu 2,5 jam hingga 3 jam. Sebelum Shelter 2, pendaki akan menemui area lapang yang tak terlalu luas. Lokasi itu adalah pos bayangan Shelter 2.

Hanya berjalan sedikit dari pos bayangan, Shelter 2 akan terlihat. Lokasi ini konon dahulu cukup terbuka dan berangin. Walau sekarang, sebenarnya sudah cukup rimbun oleh pepohonan. Di papan informasi, lokasi ini sudah berada di ketinggian 3.100 MDPL. Hanya berjarak 700 MDPL lagi menuju puncak.

Shelter 2 ke Shelter 3
Perjalanan Shelter 2 ke Shelter 3 sebenarnya tidak terlalu jauh dari segi jarak. Namun, ini adalah jalan yang sangat terjal dan melelahkan. Durasi perjalanannya bisa sampai tiga jam, meski jaraknya tak sejauh Shelter 1 ke Shelter 2.
 

a

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Kondisi jalur pendakian benar-benar menguras mental. Bayangkan sebuah saluran air, mirip seperti gorong-gorong, yang di atasnya ditumbuhi tumbuhan, itulah gambaran Shelter 2 ke Shelter 3.

Terkadang, pendaki mesti membungkukkan badan agar ransel besarnya tak terkena pohon yang melintang. Terkadang, pendaki merangkak ke sisi kiri atau kanan dari cekungan gorong-gorong dan berpegangan tali untuk berjalan.

Di jalur ini, pendaki mesti piawai memilih jalan. Kapan harus melewati jalan cekungan di bawah dan kapan memilih menaiki area pinggirannya. Hal ini demi mengefisiensi waktu.

Hingga pada akhirnya, sebuah tanah lapang yang cukup luas terlihat. Inilah Shelter 3, tempat pemberhentian dan berkemah terakhir sebelum pendaki melakukan summit attack ke puncak gunung Kerinci.

Di Shelter 3 ini, saya untuk pertama kalinya mencoba mengikuti Bang Deni, porter kami. Dia rencananya akan mencari air karena sumber air biasa di shelter ini rupanya kering. “Tapi jalannya terjal,” begitu katanya. Saya hanya mengangguk.

Benar saja, rupanya lokasi sumber air berada di sebuah tebing yang curam. Kami berjalan perlahan menyisiri tebing, sembari tetap fokus agar pijakan langkah tidak tergelincir. Tak lama, sampailah di sumber air yang tampak seperti sebuah cekungan sungai. Kami mengambil secukupnya, lalu kembali naik ke Shelter 3.

Hari itu Shelter 3 cukup dingin. Namun, kami mesti terlelap karena esok pagi, pukul 04.00 WIB, pendaki mesti sudah berangkat ke puncak. Terlambat sedikit, pendaki bisa kehilangan momen. Sebab, terkadang asap seperti bau belerang masih tercium. Kerinci memang masih termasuk gunung aktif. Di sisi lain, siang hari bukan waktu yang tepat berada di puncak gunung Kerinci yang sering kali berkabut.
 

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Shelter 3 ke Puncak (Summit Attack)
Tepat pukul 03.30 WIB, rombongan dibangunkan, masing-masing mulai sibuk mengumpulkan nyawanya sendiri, lalu segera menikmati segelas bubur kacang hijau bikinan Bang Deni. Seusai sarapan singkat, rombongan berkumpul, berdoa, dan mulai menanjak lagi.

Perjalanan pagi itu begitu dingin. Jalan yang terjal dan melelahkan juga masih menghiasi trek pendakian. Walau demikian, senyum para pendaki tak terhindarkan. Sebab, di sisi sebelah kanan, semburat oranye mulai muncul di antara langit yang masih gelap. Ini tanda matahari akan terbit. Kami bersorak. Hari ini cerah!

Di jalur ini, batas vegetasi hutan benar-benar telah terlewati. Kini, hanya ada batuan cadas terbuka yang terjal. Jika terjadi badai, angin di area ini pasti akan sangat terasa. Beruntung, angin cukup bersahabat kala itu.

Rombongan sempat terpisah jadi dua, walau demikian, kami tetap saling menjaga jarak. Setelah sekian lama berjalan, sampailah pada sebuah lahan datar. Namun, ini bukan puncak. Area ini dikenal sebagai Tugu Yudha.
 

a

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Ada beberapa batuan yang ditumpuk, seperti sebuah makam. Batu-batu yang ditumpuk itu juga diberi plakat inmemoriam. Beberapa pendaki pernah hilang di gunung ini dan jasadnya tak diketemukan. Tugu itu dibuat sebagai penandanya. Kami duduk sebentar di sampingnya, lalu mengucap doa.

Dari area ini, pendaki akan menghadapi tanjakan terakhir sebelum sampai ke puncak Gunung Kerinci. Butuh waktu 30 menit untuk melewati tanjakan pamungkas ini. Lalu, pendaki akan sampai pada ketinggian 3.805 MDPL, puncak gunung Kerinci.

Ketika akhirnya sampai di puncak, hanya perasaan bersyukur yang menyelimuti hati. Kami saling berpelukan, memberi selamat atas kebersamaan dan perjuangan yang tak mudah ini. Di puncak, kami bisa merasakan semburat oranye yang menghangatkan badan.
 

a

Pendakian gunung Kerinci via Kersik Tuo (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Pemandangan di atas sana begitu indah. Gunung-gunung di sekitar Kerinci juga terlihat. Berbanding terbalik, kawah gunung Kerinci yang menganga cukup membuat merinding.

Baca juga: Makin Populer, Cek Manfaat & Kiat Mendaki Gunung dengan Metode Ultralight

Setelah puas menikmati pemandangan dan berfoto bersama, kami turun. Di Shelter 3, Bang Deni sudah menyambut dengan sepiring nasi dan rendang. Ini jadi makanan penutup yang lezat sebelum turun ke desa Kersik Tuo lagi.


Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Lezatnya Daging Barbeque di Asian BBQ Night by Hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang

BERIKUTNYA

Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: