Bukan Dingin Biasa, Ini Gejala Awal Terkena Hipotermia Saat Mendaki Gunung
02 March 2023 |
19:30 WIB
Mendaki gunung masih menjadi salah satu hobi yang digandrungi kaum anak muda. Namun, melakukan pendakian gunung perlu persiapan yang matang. Aktivitas yang termasuk olahraga ekstrem ini tak lepas dari berbagai risiko yang bisa membahayakan, termasuk terkena hipotermia di atas gunung.
Baru-baru ini, seorang mahasiswa pencinta alam (mapala) dilaporkan meninggal dunia karena mengalami hipotermia di Gunung Slamet, Jawa Tengah. Kasus ini menambah daftar panjang kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa di saat melakukan pendakian gunung.
Ketua Bidang Kesehatan Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Muhammad Iqbal El Mubarak mengatakan bahwa hipotermia adalah kondisi penurunan suhu tubuh, baik secara drastis maupun progesif. Hal ini berbeda dengan rasa dingin yang umumnya dirasakan oleh orang ketika berada di dataran tinggi atau pegunungan.
Menurut Iqbal, seseorang dikatakan terkena hipotermia saat suhu tubuhnya sudah berada di bawah 35 derajat Celcius. Kondisi tersebut umumnya akan menimbulkan efek tertentu. Ada tiga level untuk mengukur tingkat keparahan seseorang terkena hipotermia.
Pertama, adalah hipotermia level ringan. Kondisi ini menimpa seseorang yang suhu tubuhnya berada di kisaran 32 derajat Celcius hingga 35 derajat Celcius. Pada kondisi ini, seseorang mulai menunjukkan gejala tertentu.
Iqbal menjelaskan, orang yang terkena hipotermia level ringan memiliki wajah yang pucat, kulitnya terasa dingin ketika disentuh, ada rasa baal di ujung tangan atau jari, dan intensitas menggigil terasa lebih sering.
“Selain itu, respons dari orang yang terkena hipotermia juga akan menurun. Cara bernapasnya juga berbeda, dia lebih terengah-engah dan nadinya berjalan cepat,” jelas Iqbal kepada Hypeabis.id
Kedua, adalah hipotermia level sedang. Pada level ini, suhu tubuh seseorang lebih turun lagi, yakni di sekitar 28 derajat Celcius sampai 32 derajat Celcius. Berbeda dengan fase ringan, fase sedang justru membuat badan tidak terlalu menggigil lagi. Namun, tanda ini jangan salah dipahami sebagai sebuah perbaikan kondisi.
Baca juga: Pendaki Pemula Wajib Tahu 4 Hal Ini sebelum Mendaki Gunung
Efek penurunan kesehatan lain justru sedang menanti, seperti gangguan kencing atau inkontinensia urine dan kesadaran yang makin menurun. Jika pada fase sedang masih respons meski sedikit, kini benar-benar acuh tak acuh.
Ketiga, adalah hipotermia berat. Kondisi ini terjadi pada orang yang suhu tubuhnya sudah di bawah 28 derajat Celcius. Fase ini sudah sangat berbahaya karena komplikasi penyakit mulai bermunculan, seperti henti jantung dan ginjal.
Ciri-ciri orang yang sudah terkena hipotermia berat adalah adanya bagian badan yang terasa sakit. Hal itu karena otot terasa kaku. Kemudian, nadi yang tadinya masih bergerak, kini mulai tidak teraba. Terkadang juga disertai pingsan.
“Tanda lain yang bisa dilihat adalah korban mulai meracau. Namun, banyak yang salah kaprah kalau itu adalah tanda kesurupan. Padahal, meracau merupakan efek dari kerusakan organ karena hipotermia,” imbuhnya.
Cobalah untuk menambah jaket yang dikenakan korban atau bisa dengan bantuan selimut tebal agar lebih terasa hangat. Segera bangun tenda di tempat yang aman dan berlindung di dalamnya. Kemudian, masak air dan berikan korban minuman hangat.
Jika posisi tidak hujan, bisa membuat api unggun agar ada udara panas di dekat korban. Saat upaya penyembuhan ini, pastikan korban selalu dalam keadaan sadar. Jangan pernah membiarkan korban tidur dalam kondisi ini. Sebab, saat tidur, suhu tubuh bisa makin turun. Cobalah untuk selalu ajak korban mengobrol atau sekadar memberi semangat agar kesadarannya bisa tetap terjaga. Jika sudah sembuh, sebaiknya hentikan pendakian dan segera turun ke desa terdekat.
Baca juga: Hebat, Mahasiswa UGM Berhasil Lakukan Pemetaan Jalur Pendakian Gunung Sumbing
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Baru-baru ini, seorang mahasiswa pencinta alam (mapala) dilaporkan meninggal dunia karena mengalami hipotermia di Gunung Slamet, Jawa Tengah. Kasus ini menambah daftar panjang kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa di saat melakukan pendakian gunung.
Ketua Bidang Kesehatan Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Muhammad Iqbal El Mubarak mengatakan bahwa hipotermia adalah kondisi penurunan suhu tubuh, baik secara drastis maupun progesif. Hal ini berbeda dengan rasa dingin yang umumnya dirasakan oleh orang ketika berada di dataran tinggi atau pegunungan.
Menurut Iqbal, seseorang dikatakan terkena hipotermia saat suhu tubuhnya sudah berada di bawah 35 derajat Celcius. Kondisi tersebut umumnya akan menimbulkan efek tertentu. Ada tiga level untuk mengukur tingkat keparahan seseorang terkena hipotermia.
Pertama, adalah hipotermia level ringan. Kondisi ini menimpa seseorang yang suhu tubuhnya berada di kisaran 32 derajat Celcius hingga 35 derajat Celcius. Pada kondisi ini, seseorang mulai menunjukkan gejala tertentu.
Iqbal menjelaskan, orang yang terkena hipotermia level ringan memiliki wajah yang pucat, kulitnya terasa dingin ketika disentuh, ada rasa baal di ujung tangan atau jari, dan intensitas menggigil terasa lebih sering.
“Selain itu, respons dari orang yang terkena hipotermia juga akan menurun. Cara bernapasnya juga berbeda, dia lebih terengah-engah dan nadinya berjalan cepat,” jelas Iqbal kepada Hypeabis.id
Kedua, adalah hipotermia level sedang. Pada level ini, suhu tubuh seseorang lebih turun lagi, yakni di sekitar 28 derajat Celcius sampai 32 derajat Celcius. Berbeda dengan fase ringan, fase sedang justru membuat badan tidak terlalu menggigil lagi. Namun, tanda ini jangan salah dipahami sebagai sebuah perbaikan kondisi.
Baca juga: Pendaki Pemula Wajib Tahu 4 Hal Ini sebelum Mendaki Gunung
Efek penurunan kesehatan lain justru sedang menanti, seperti gangguan kencing atau inkontinensia urine dan kesadaran yang makin menurun. Jika pada fase sedang masih respons meski sedikit, kini benar-benar acuh tak acuh.
Ketiga, adalah hipotermia berat. Kondisi ini terjadi pada orang yang suhu tubuhnya sudah di bawah 28 derajat Celcius. Fase ini sudah sangat berbahaya karena komplikasi penyakit mulai bermunculan, seperti henti jantung dan ginjal.
Ciri-ciri orang yang sudah terkena hipotermia berat adalah adanya bagian badan yang terasa sakit. Hal itu karena otot terasa kaku. Kemudian, nadi yang tadinya masih bergerak, kini mulai tidak teraba. Terkadang juga disertai pingsan.
“Tanda lain yang bisa dilihat adalah korban mulai meracau. Namun, banyak yang salah kaprah kalau itu adalah tanda kesurupan. Padahal, meracau merupakan efek dari kerusakan organ karena hipotermia,” imbuhnya.
Cara Mengatasi Hipotermia
Jika ada teman pendakian yang mengalami hipotermia, rombongan mesti berhenti dan melakukan pertolongan dengan segera. Langkah pertama adalah dengan mengecek pakaian korban. Jika basah, segera ganti pakaian korban.Cobalah untuk menambah jaket yang dikenakan korban atau bisa dengan bantuan selimut tebal agar lebih terasa hangat. Segera bangun tenda di tempat yang aman dan berlindung di dalamnya. Kemudian, masak air dan berikan korban minuman hangat.
Jika posisi tidak hujan, bisa membuat api unggun agar ada udara panas di dekat korban. Saat upaya penyembuhan ini, pastikan korban selalu dalam keadaan sadar. Jangan pernah membiarkan korban tidur dalam kondisi ini. Sebab, saat tidur, suhu tubuh bisa makin turun. Cobalah untuk selalu ajak korban mengobrol atau sekadar memberi semangat agar kesadarannya bisa tetap terjaga. Jika sudah sembuh, sebaiknya hentikan pendakian dan segera turun ke desa terdekat.
Baca juga: Hebat, Mahasiswa UGM Berhasil Lakukan Pemetaan Jalur Pendakian Gunung Sumbing
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.