Tupperware (Sumber Foto: Instagram/tupperwareid)

Sejarah Tupperware di Indonesia yang Resmi Tutup Setelah 33 Tahun

14 April 2025   |   06:31 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Tupperware resmi menghentikan seluruh operasional bisnisnya di Indonesia setelah hadir selama lebih dari tiga dekade. Tupperware adalah merek asal Amerika Serikat yang dikenal luas sebagai produsen peralatan rumah tangga berbahan plastik berkualitas tinggi. 

Didirikan pada 1946, merek ini populer dengan produk wadah penyimpanan makanan kedap udara yang membantu menjaga kesegaran makanan lebih lama. Produk-produknya mencakup berbagai kategori, seperti penyimpanan makanan, peralatan dapur, dan perlengkapan makan. 

Baca juga: 5 Fakta Menarik Tupperware, Merk Wadah Plastik yang Terancam Bangkrut
 
 
Pengumuman penutupan Tupperware di Indonesia, disampaikan melalui akun Instagram resmi @tupperwareid. "33 tahun bukanlah waktu yang singkat. Dalam kurun waktu itu, Tupperware telah menjadi bagian dari dapur, meja makan, dan moment berharga keluarga Indonesia," tulis unggahan tersebut.

Lebih lanjut, mereka mengumumkan bahwa Tupperware Brands Corporation telah memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya di sebagian besar negara, termasuk Indonesia.

"Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa Tupperware Indonesia secara resmi telah menghentikan operasional bisnisnya sejak 31 Januari 2025. Keputusan ini adalah bagian dari langkah global perusahaan," demikian pernyataan perusahaan.

Terakhir, mereka menyampaikan terima kasih kepada konsumen dan seluruh masyarakat Indonesia yang telah menjadikan Tupperware lebih dari sekedar produk, namun juga bagian dari keluarga, momen, dan cerita yang penuh makna.
 

Sejarah Tupperware di Indonesia

Tupperware pertama kali masuk ke Indonesia pada 1991 melalui PT Alif Rose, distributor awal mereka yang berlokasi di Jakarta. Sejak saat itu, merek ini berkembang pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan rumah tangga masyarakat.

Produk-produknya dikenal luas karena kualitasnya tinggi dan inovasi desainnya yang cantik dan fungsional, seperti tutup kedap udara pada botol minum dan kotak makan yang anti bocor dan tumpah, serta produk seperti toples yang dapat disusun bertumpuk sehingga bisa menghemat ruangan.

Selain itu, strategi pemasaran yang unik, seperti Tupperware Party yang merupakan pertemuan penjualan langsung, turut berperan dalam memperkenalkan produk ini ke berbagai kalangan, terutama ibu rumah tangga

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Brownie Wise, Wakil Presiden Pemasaran Tupperware, pada awal 1950-an. Dalam konsep ini, penjualan dilakukan melalui pertemuan sosial di rumah, di mana konsultan Tupperware mendemonstrasikan produk kepada tamu undangan. 

Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam memasarkan produk, tetapi juga memberdayakan perempuan terutama ibu rumah tangga dengan memberikan mereka peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan membangun jaringan sosial.

Begitupun di Indonesia, strategi Tupperware Party diadopsi sejak merek ini mulai dipasarkan pada 1991. Melalui distributor dan tenaga penjual independen, produk-produknya diperkenalkan kepada konsumen melalui pertemuan langsung yang informatif dan menghibur. Metode ini memungkinkan konsumen untuk melihat langsung kualitas dan fungsi produk, serta membangun kepercayaan melalui interaksi personal. 

Selain itu, perusahaan juga menerapkan sistem pelatihan bagi para konsultan untuk meningkatkan kualitas penjualan dan pelayanan. Melalui pendekatan ini, mereka berhasil membangun komunitas yang solid dan loyal sehingga berkontribusi pada kesuksesan merek di pasar lokal. 

Sampai akhirnya pada 2013, Indonesia menjadi pasar terbesar bagi Tupperware secara global, dengan penjualan melebihi $200 juta, melampaui negara-negara lain seperti Jerman. Keberhasilan ini didukung oleh strategi pemasaran yang efektif seperti Tupperware Party, inovasi produk, dan ekspansi pasar yang agresif. 

Baca juga: 5 Fakta Menarik Botol Minum Corkcicle yang Harganya Selangit

Namun, beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tantangan besar. Meskipun adanya lonjakan permintaan selama pandemi COVID-19 karena banyak orang memasak di rumah, mereka kesulitan mempertahankan momentum tersebut setelah pandemi mereda.

Perubahan pola konsumsi masyarakat, setelah pandemi Covid-19 membuat permintaan wadah plastik premium menurun. Orang-orang kembali ke kebiasaan lama, seperti lebih sering makan di luar dan minat terhadap produk penyimpanan makanan mulai berkurang.

Banyak orang beralih ke alternatif produk yang lebih murah atau wadah sekali pakai. Persaingan dengan merek lokal dan internasional yang menawarkan desain modern dan harga kompetitif juga makin ketat. 

Strategi pemasaran Tupperware Party pun menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi dengan era digital. Model penjualan langsung melalui pertemuan sosial di rumah-rumah mulai kehilangan relevansinya seiring dengan perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih belanja lewat platform e-commerce dan media sosial. 

Mengutip AP News, Pada September 2024, Tupperware mengajukan kepailitan dengan total utang mencapai sekitar US$818 juta. Langkah ini diambil setelah perusahaan mengalami penurunan penjualan, meningkatnya biaya produksi, dan kegagalan dalam beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen serta persaingan dari merek-merek lain yang lebih inovatif dan agresif dalam memanfaatkan platform digital.

Untuk menyelamatkan bisnisnya, mereka menjual aset dan merek dagangnya kepada sekelompok kreditur utama, termasuk Alden Global Capital, Stonehill Institutional Partners, dan Bank of America, dengan nilai transaksi sebesar US$23,5 juta dalam bentuk tunai dan penghapusan utang senilai lebih dari US$63 juta.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, perusahaan membentuk entitas baru bernama "The New Tupperware Company" yang fokus pada pasar inti seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea Selatan, India, dan Malaysia. Operasi di pasar lain, termasuk Indonesia, dihentikan karena beban utang yang besar dan prospek bisnis yang kurang menguntungkan. 

Meskipun Tupperware telah menghentikan operasionalnya di Indonesia, produk-produk mereka masih dapat ditemukan melalui platform e-commerce dan penjual independen. 

Baca juga: Adu Mekanik Tumbler Corckcicle & Stanley, Mana yang Paling Unggul?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

DJ Internasional Timmy Trumpet Buka NOYA PIK 2 dengan Spektakuler

BERIKUTNYA

Waspada Kekeringan & Karhutla, BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: