Makin Populer, Cek Manfaat & Kiat Mendaki Gunung dengan Metode Ultralight
31 August 2023 |
17:09 WIB
Tren olahraga naik gunung atau hiking mulai banyak diminati anak muda belakangan ini. Sebab, olahraga outdoor yang cukup menantang ini identik sebagai bentuk healing dari rutinitas sehari-hari yang monoton, baik di dunia kerja atau pendidikan.
Kegiatan pendakian juga menjadi bentuk penaklukan diri untuk menikmati hidup dengan cara mendekati alam. Bahkan, olahraga mountaineering ini sudah menjadi semacam ritual bagi para pendaki untuk sejenak menepi dari hiruk pikuk kota.
Tak hanya itu, seiring waktu metode pendakian gunung juga terus mengalami transformasi, atau dari yang awalnya masih menggunakan metode tradisional kini mulai beralih ke metode ultralight yang makin diminati anak muda.
Secara umum, perbedaan paling kentara dari metode tersebut adalah beban yang dibawa. Jika dalam ultralight hiking beban paling ringan yang dibawa antara 7-9 kilogram, sedangkan pendakian tradisional itu bisa mencapai 13 kilogram.
Selain itu, perbedaan lainnya adalah efisiensi waktu, tenaga, dan bekal bawaan. Termasuk pemilihan gear seperti tenda, sleeping bag, carier, dan yang lain yang dapat menunjang kesangkilan olahraga naik gunung.
Tren metode ultralight ini pun salah satunya dijalani oleh Faries Utama Putra (28). Berbeda dengan hiking konvensional metode ini lebiih menekankan terhadap pengunaan gear pendakian dan ransum dengan lebih ringkas untuk mengurangi beban.
Dia mencontohkan misalnya, pendaki ultralight lebih memilih sleeping bag dengan bahan bulu angsa atau dakron sebab lebih ringan dari sleeping bag berbahan polar. Selain itu, bahan tersebut juga lebih ringkas saat dimasukkan ke carrier.
Baca juga: Referensi Hiking, Ini Dia 7 Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia
Adapun, pencinta alam itu mengungkap salah satu faktor yang menjadi pertimbangan saat mendaki gunung, selain fisik adalah kondisi alam. Oleh karena itu dia menyarankan bagi pemula untuk hiking di musim kemarau atau antara bulan April hingga September.
"Karena secara normal pemandangan saat musim kemarau lebih indah daripada musim hujan, juga potensi untuk hipotermia lebih sedikit. Meskipun suhu di malam hari saat musim kemarau jauh lebih dingin daripada musim hujan," katanya.
Faries juga menyarankan untuk terlebih dulu mencari tahu tentang gunung yang ingin didaki. Termasuk rute jalur, berapa banyak pos, sumber air, serta persiapan peralatan. Ada juga persiapaan yang tak kalah penting dilakukan, yakni ilmu navigasi dasar untuk mengetahui keadaan medan yang dihadapi di alam bebas.
Lebih dari satu dekade menggeluti mountaineering musisi itu juga mengakui ada banyak manfaat fisik dan psikis baginya. Salah satunya bisa lebih mengenal dirinya sendiri secara personal, selain tentu saja badannya lebih bugar untuk menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk kerja atau berkarya.
Pengalaman itu pun diamini oleh Burda Ulfy (28). Perempuan asal Jakarta itu dalam sebulan bisa 3-4 kali hiking mendaki gunung yang ada di Pulau Jawa. Berprofesi sebagai freelancer tak ayal membuatnya memiliki waktu untuk menekuni olahraga tersebut meski masiih memakai metode tradisional.
Dia mengungkap kecintaannya terhadap hiking dimulai saat mengikuti ekstrakulikuler Pramuka semasa di sekolah dengan berbagai kegiatan camping di dalamnya. Dari sinilah perlahan Burda menekuni olahraga yang cukup memacu adrenalin itu.
Menurutnya, yang membedakan olahraga hiking dibandingkan kegiatan luar ruangan lain adalah sensasi menikmati perjalan setapak demi setapak di jalur pendakian. Kontur tanah dan track yang naik turun juga menjadi tantangan tersendiri baginya.
Menjadi olahraga yang sudah familiar, menurut Burda persiapan kegiatan hiking tidaklah rumit. Para pendaki pemula cukup melakukan persiapan fisik minimal seminggu sebelum kegiatan dimulai. Termasuk olahraga lari, bersepeda, serta menjaga imunitas tubuh.
Adapun bagi yang sudah memiliki jam terbang tinggi, berolahraga minimal 2x dalam seminggu juga penting dilakukan, apapun bentuknya. Namun, dia menyarankan olahraga pound karena bagus untuk sendi-sendi dan menjaga keseimbangan tubuh.
Baca juga: Hypereport: Menguji Nyali di Pegunungan, Berjalan di Atas Tali & Menuruni Bukit Kecepatan Tinggi
Di era teknologi seperti sekarang, tutorial pendakian dari para pegiat alam atau influencer juga sudah mudah untuk diakses. Namun, dia menyarankan untuk menyewa porter agar lebih aman saat hiking, atau bisa juga mengajak teman yang sudah sering mendaki gunung.
"Logistik harus disiapkan terutama ransum dan air, bila gunung yang didaki kering atau tidak ada sumber mata air. Jangan lupa juga membawa P3K untuk mengantisipasi cedera yang mungkin terjadi selama pendakian," katanya.
Editor: M R Purboyo
Kegiatan pendakian juga menjadi bentuk penaklukan diri untuk menikmati hidup dengan cara mendekati alam. Bahkan, olahraga mountaineering ini sudah menjadi semacam ritual bagi para pendaki untuk sejenak menepi dari hiruk pikuk kota.
Tak hanya itu, seiring waktu metode pendakian gunung juga terus mengalami transformasi, atau dari yang awalnya masih menggunakan metode tradisional kini mulai beralih ke metode ultralight yang makin diminati anak muda.
Secara umum, perbedaan paling kentara dari metode tersebut adalah beban yang dibawa. Jika dalam ultralight hiking beban paling ringan yang dibawa antara 7-9 kilogram, sedangkan pendakian tradisional itu bisa mencapai 13 kilogram.
Selain itu, perbedaan lainnya adalah efisiensi waktu, tenaga, dan bekal bawaan. Termasuk pemilihan gear seperti tenda, sleeping bag, carier, dan yang lain yang dapat menunjang kesangkilan olahraga naik gunung.
Tren metode ultralight ini pun salah satunya dijalani oleh Faries Utama Putra (28). Berbeda dengan hiking konvensional metode ini lebiih menekankan terhadap pengunaan gear pendakian dan ransum dengan lebih ringkas untuk mengurangi beban.
Dia mencontohkan misalnya, pendaki ultralight lebih memilih sleeping bag dengan bahan bulu angsa atau dakron sebab lebih ringan dari sleeping bag berbahan polar. Selain itu, bahan tersebut juga lebih ringkas saat dimasukkan ke carrier.
Baca juga: Referensi Hiking, Ini Dia 7 Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia
Adapun, pencinta alam itu mengungkap salah satu faktor yang menjadi pertimbangan saat mendaki gunung, selain fisik adalah kondisi alam. Oleh karena itu dia menyarankan bagi pemula untuk hiking di musim kemarau atau antara bulan April hingga September.
"Karena secara normal pemandangan saat musim kemarau lebih indah daripada musim hujan, juga potensi untuk hipotermia lebih sedikit. Meskipun suhu di malam hari saat musim kemarau jauh lebih dingin daripada musim hujan," katanya.
Ilustrasi naik gunung (sumber gambar Unsplash/ Chris Henry)
Faries juga menyarankan untuk terlebih dulu mencari tahu tentang gunung yang ingin didaki. Termasuk rute jalur, berapa banyak pos, sumber air, serta persiapan peralatan. Ada juga persiapaan yang tak kalah penting dilakukan, yakni ilmu navigasi dasar untuk mengetahui keadaan medan yang dihadapi di alam bebas.
Lebih dari satu dekade menggeluti mountaineering musisi itu juga mengakui ada banyak manfaat fisik dan psikis baginya. Salah satunya bisa lebih mengenal dirinya sendiri secara personal, selain tentu saja badannya lebih bugar untuk menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk kerja atau berkarya.
Pengalaman itu pun diamini oleh Burda Ulfy (28). Perempuan asal Jakarta itu dalam sebulan bisa 3-4 kali hiking mendaki gunung yang ada di Pulau Jawa. Berprofesi sebagai freelancer tak ayal membuatnya memiliki waktu untuk menekuni olahraga tersebut meski masiih memakai metode tradisional.
Dia mengungkap kecintaannya terhadap hiking dimulai saat mengikuti ekstrakulikuler Pramuka semasa di sekolah dengan berbagai kegiatan camping di dalamnya. Dari sinilah perlahan Burda menekuni olahraga yang cukup memacu adrenalin itu.
Menurutnya, yang membedakan olahraga hiking dibandingkan kegiatan luar ruangan lain adalah sensasi menikmati perjalan setapak demi setapak di jalur pendakian. Kontur tanah dan track yang naik turun juga menjadi tantangan tersendiri baginya.
Menjadi olahraga yang sudah familiar, menurut Burda persiapan kegiatan hiking tidaklah rumit. Para pendaki pemula cukup melakukan persiapan fisik minimal seminggu sebelum kegiatan dimulai. Termasuk olahraga lari, bersepeda, serta menjaga imunitas tubuh.
Adapun bagi yang sudah memiliki jam terbang tinggi, berolahraga minimal 2x dalam seminggu juga penting dilakukan, apapun bentuknya. Namun, dia menyarankan olahraga pound karena bagus untuk sendi-sendi dan menjaga keseimbangan tubuh.
Baca juga: Hypereport: Menguji Nyali di Pegunungan, Berjalan di Atas Tali & Menuruni Bukit Kecepatan Tinggi
Di era teknologi seperti sekarang, tutorial pendakian dari para pegiat alam atau influencer juga sudah mudah untuk diakses. Namun, dia menyarankan untuk menyewa porter agar lebih aman saat hiking, atau bisa juga mengajak teman yang sudah sering mendaki gunung.
"Logistik harus disiapkan terutama ransum dan air, bila gunung yang didaki kering atau tidak ada sumber mata air. Jangan lupa juga membawa P3K untuk mengantisipasi cedera yang mungkin terjadi selama pendakian," katanya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.