Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?
07 October 2023 |
12:46 WIB
Narasi mengenai kesehatan mental belakangan ini ramai dibicarakan publik dan menjadi isu global. Keresahan tersebut semakin mencuat saat pandemi Covid-19 melanda dunia yang mengakibatkan lumpuhnya perekonomian di sekujur bumi.
Namun, selepas pageblug nyatanya masalah tersebut tak berhenti begitu saja. Para pekerja malah harus bekerja lebih keras membanting tulang di tengah era hustle culture, yang membuat mereka mengalami burnout atau situasi kelelahan akibat kerja.
Baca juga: Ini Kata Garin Nugroho Tentang Drama Musikal Kisah Hidup Ismail Marzuki
Tak hanya itu, lingkungan kerja yang toksik juga kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan milenial. Terutama lika-liku tentang bagaimana mereka harus bersikap di tengah sulitnya mencari pekerjaan atau tetap bertahan di perusahaan mereka yang tidak suportif.
Premis inilah yang menjadi benang merah pertunjukan musikal bertajuk Kapan Resign? dari Jaksical atau Jakarta Musical Crew. Dipentaskan di Teater tertutup Salihara, Jakarta Selatan, Jumat (6/10/232) drama ini seolah menjadi cerminan realitas dunia kerja kontemporer yang dialami zilenial dan milenial
Syahdan, sebuah perusahaan bernama Smile Inc. yang menjadi tempat impian bekerja banyak orang ternyata tidak sesuai ekspektasi. Salah satu masalahnya adalah karena dipimpin oleh seorang yang menyebalkan dan licik bernama Siska (diperankan oleh Windy Liem).
Sementara itu, tiga pegawai di perusahaan tersebut kelimpungan saat bos mereka, Mas Windu (Mitch Hadju) tiba-tiba resign tanpa alasan yang jelas. Sontak Amel (Kita Pritasari), Adit (Firman Lung), dan Rara (Reska Primadita) harus menggantikan posisi pemimpin tersebut.
Namun di tengah konflik itu, mereka juga dibebani tugas untuk menyelamatkan perusahaan bubble tea yang baru terkena skandal. Profesionalitas di lingkungan kerja, motif kompetisi, hingga masalah personal dari setiap karakter berkelindan membentuk narasi baru di atas panggung.
Berlangsung sekitar satu jam, secara umum pementasan musikal ini menjadi hiburan tersendiri bagi penonton, yang mayoritas dipenuhi generasi muda. Permainan lampu, artistik panggung yang minimalis, dan kepiawaian aktor untuk mendalami karakter juga patut diacungi jempol.
Produser Musikal Kapan Resign? Farah Labita mengatakan, dalam pertunjukan kali ini mereka memang ingin fokus mengangkat isu kesehatan mental. Terutama di lingkungan dunia kerja yang sebagian besar dialami oleh anak-anak muda Indonesia.
Menurut Farah, masyarakat saat ini memang mulai aware terhadap isu mental health. Namun di dunia kerja isu mengenai hal itu masih jarang dibicarakan, terlebih masih belum banyak yang berani untuk speak up mengenai persoalan tersebut di beberapa perusahaan.
"Lewat pertunjukan Kapan Resign? kami harap para pekerja di Tanah Air dapat sadar akan bahaya burnout. Kami juga tak ingin masyarakat menormalisasi budaya ini karena akan berdampak pada psikologis," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Pertunjukan Interaktif
Selain menyuguhkan pementasan yang berjalan mulus, musikal ini juga memiliki keunikan dan otentisitas tersendiri. Selama ini mungkin saat menonton musikal publik akan disuguhkan drama-drama dari Broadway atau Inggris.
Akan tetapi, kali ini Jacksikal justru menyuguhkan teater musikal original yang naskah dan tematiknya mereka buat sendiri. Tak hanya itu, alih-alih membuat penonton hanya duduk menikmati pertunjukan, mereka justru mengajaknya untuk berinteraksi dengan para aktor.
Hal itu, misalnya saat penonton ditanya mengenai program kerja para pegawai, atau ketika mereka diajak berswafoto di ruangan kantor setelah misi para pegawai berhasil. Bahkan, penonton pun bisa menentukan alur akhir yang cerita yang ditentukan lewat voting atas persepsinya terhadap karakter Siska.
Selain itu, alur cerita juga semakin interaktif saat HR (Jovita Octa) yang sekaligus menjadi narator mengajak penonton berdialog. Tak ayal, pertunjukan jadi semakin cair dengan konsep teater arena yang memang sengaja dikemas oleh Jacksikal.
Adapun, musikal Kapan Resign? juga disemarakkan oleh Yemima Krisantina sebagai penulis naskah. Kemudian ada juga Jessica Claudia dan Wishnu Dewanta sebagai Penulis Lagu dan Penata Musik. Dalam pertunjukan ini setidaknya juga dibawakan 7 lagu orisinal yang terinspirasi dari musikal-musikal Broadway seperti Heathers, Rent, Legally Blonde, dan Mean Girls.
Baca juga: Cerita Pendalaman Karakter Ara Ajisiwi dalam Drama Musikal Ken Dedes
Editor: Dika Irawan
Namun, selepas pageblug nyatanya masalah tersebut tak berhenti begitu saja. Para pekerja malah harus bekerja lebih keras membanting tulang di tengah era hustle culture, yang membuat mereka mengalami burnout atau situasi kelelahan akibat kerja.
Baca juga: Ini Kata Garin Nugroho Tentang Drama Musikal Kisah Hidup Ismail Marzuki
Tak hanya itu, lingkungan kerja yang toksik juga kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan milenial. Terutama lika-liku tentang bagaimana mereka harus bersikap di tengah sulitnya mencari pekerjaan atau tetap bertahan di perusahaan mereka yang tidak suportif.
Premis inilah yang menjadi benang merah pertunjukan musikal bertajuk Kapan Resign? dari Jaksical atau Jakarta Musical Crew. Dipentaskan di Teater tertutup Salihara, Jakarta Selatan, Jumat (6/10/232) drama ini seolah menjadi cerminan realitas dunia kerja kontemporer yang dialami zilenial dan milenial
Jakarta Musical Crew (Jaksical) menggelar teater musikal bertajuk Kapan Resign? di Teater Salihara, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (Sumber gambar JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Sementara itu, tiga pegawai di perusahaan tersebut kelimpungan saat bos mereka, Mas Windu (Mitch Hadju) tiba-tiba resign tanpa alasan yang jelas. Sontak Amel (Kita Pritasari), Adit (Firman Lung), dan Rara (Reska Primadita) harus menggantikan posisi pemimpin tersebut.
Namun di tengah konflik itu, mereka juga dibebani tugas untuk menyelamatkan perusahaan bubble tea yang baru terkena skandal. Profesionalitas di lingkungan kerja, motif kompetisi, hingga masalah personal dari setiap karakter berkelindan membentuk narasi baru di atas panggung.
Berlangsung sekitar satu jam, secara umum pementasan musikal ini menjadi hiburan tersendiri bagi penonton, yang mayoritas dipenuhi generasi muda. Permainan lampu, artistik panggung yang minimalis, dan kepiawaian aktor untuk mendalami karakter juga patut diacungi jempol.
Produser Musikal Kapan Resign? Farah Labita mengatakan, dalam pertunjukan kali ini mereka memang ingin fokus mengangkat isu kesehatan mental. Terutama di lingkungan dunia kerja yang sebagian besar dialami oleh anak-anak muda Indonesia.
Menurut Farah, masyarakat saat ini memang mulai aware terhadap isu mental health. Namun di dunia kerja isu mengenai hal itu masih jarang dibicarakan, terlebih masih belum banyak yang berani untuk speak up mengenai persoalan tersebut di beberapa perusahaan.
"Lewat pertunjukan Kapan Resign? kami harap para pekerja di Tanah Air dapat sadar akan bahaya burnout. Kami juga tak ingin masyarakat menormalisasi budaya ini karena akan berdampak pada psikologis," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Pertunjukan Interaktif
Selain menyuguhkan pementasan yang berjalan mulus, musikal ini juga memiliki keunikan dan otentisitas tersendiri. Selama ini mungkin saat menonton musikal publik akan disuguhkan drama-drama dari Broadway atau Inggris.
Akan tetapi, kali ini Jacksikal justru menyuguhkan teater musikal original yang naskah dan tematiknya mereka buat sendiri. Tak hanya itu, alih-alih membuat penonton hanya duduk menikmati pertunjukan, mereka justru mengajaknya untuk berinteraksi dengan para aktor.
Hal itu, misalnya saat penonton ditanya mengenai program kerja para pegawai, atau ketika mereka diajak berswafoto di ruangan kantor setelah misi para pegawai berhasil. Bahkan, penonton pun bisa menentukan alur akhir yang cerita yang ditentukan lewat voting atas persepsinya terhadap karakter Siska.
Jakarta Musical Crew (Jaksical) menggelar teater musikal bertajuk Kapan Resign? di Teater Salihara, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (Sumber gambar JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Adapun, musikal Kapan Resign? juga disemarakkan oleh Yemima Krisantina sebagai penulis naskah. Kemudian ada juga Jessica Claudia dan Wishnu Dewanta sebagai Penulis Lagu dan Penata Musik. Dalam pertunjukan ini setidaknya juga dibawakan 7 lagu orisinal yang terinspirasi dari musikal-musikal Broadway seperti Heathers, Rent, Legally Blonde, dan Mean Girls.
Baca juga: Cerita Pendalaman Karakter Ara Ajisiwi dalam Drama Musikal Ken Dedes
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.