Rokok Elektrik (Sumber Foto: Freepik)

7 Risiko Penyakit Kronis yang Dikaitkan dengan Rokok Elektrik

19 September 2023   |   15:30 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Rokok elektrik atau vape selama ini dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dari rokok konvensional. Padahal tak sedikit penelitian yang menyebutkan bahwa keduanya sama-sama berbahaya untuk kesehatan karena bisa menyebabkan penyakit berbahaya.

Apalagi Indonesia merupakan negara dengan pengguna rokok elektrik terbanyak di dunia. Berdasarkan data Statista sepanjang Januari-Maret 2023, pengguna vape di Indonesia tercatat sebanyak 25 perse, diikuti Swiss 16 persen, dan Amerika Serikat 15 persen dari total penduduk.

Selain itu jika dirinci berdasarkan wilayah, proporsi konsumen rokok elektrik paling banyak ada di Provinsi Jambi dengan angka 3,27 persen. Diikuti oleh Jawa Barat 3,23 persen dan Riau 3,19 persen. Adapun penggunanya sendiri, 44 persen didominasi oleh anak muda usia 18-29 tahun. 

Baca juga: Rokok & Vape Sama Bahayanya untuk Kesehatan, Begini Penjelasan Dokter

Desilia Atikawati Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSPI Puri Indah menjelaskan bahwa memang asap yang dihasilkan oleh rokok konvensional lebih banyak mengandung zat kimia berbahaya daripada rokok elektrik. Meski begitu, rokok elektrik juga tetap berisiko bagi para penggunanya. 

"Cairan dari rokok elektrik (e-liquid) mengandung berbagai zat berbahaya, seperti nikotin, propylene glycol, acetaldehyde, formaldehyde, acrolein, diacetyl, diethylene glycol, logam berat, cadmium, hingga benzene," katanya kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu. 
 

(Sumber gambar: Unsplash/Relx)

(Sumber gambar: Unsplash/Relx)

Menurutnya, baik rokok konvensional maupun rokok elektrik sama-sama mengandung nikotin, sebuah stimulan yang bisa meningkatkan aktivitas fisik dan psikologis dalam tubuh. 

Nikotin menyebabkan perubahan kinerja otak secara cepat dan membuat otak menjadi ketagihan dan ketergantungan, karena zat ini dapat merangsang pelepasan dopamin dan adrenalin yang menimbulkan perasaan senang.

"Saat dihisap, nikotin akan mencapai otak dalam waktu 10-20 detik, proses ini terjadi secara cepat dan juga segera berakhir, sehingga tubuh merasa membutuhkan nikotin lagi." kata Desilia. 

Lebih lanjut dia memaparkan bahwa, rokok konvensional maupun elektrik mengandung berbagai zat yang bersifat karsinogen yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Nah Genhype, berikut adalah sejumlah penyakit yang dikaitkan dengan penggunaan rokok elektrik.


1. Asma 

Asma adalah suatu kondisi ketika seseorang sulit bernapas akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napasnya. Asma juga bisa memunculkan gejala lain seperti mengi, batuk-batuk, dan nyeri dada. Penyebabnya adalah paru-paru yang teriritasi zat seperti asap rokok, debu, bulu binatang, dan lainnya.

"Rokok elektrik dapat menyebabkan asma pada penggunanya. Bahkan penderita yang sebelumnya sudah memiliki asma dapat merasakan gejala yang lebih berat dan lebih tidak terkontrol," ujar Desilia.

2. EVALI

EVALI atau e-cigarette or vaping associated lung injury merupakan penyakit yang berhubungan dengan vitamin E asetat dan Tetrahydrocannabinol (THC) yang digunakan sebagai zat aditif dalam rokok elektrik sebagai zat pengental. Pada 18 Februari 2020, tercatat sebanyak 2.807 kasus atau kematian akibat rokok elektronik karena cedera paru-paru terkait EVALI. Usia pasien yang meninggal berkisar antara 15-75 tahun.

"Gejala EVALI dirasakan pengidapnya antara lain sesak napas, demam, menggigil, batuk, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri dada, serta jantung yang berdebar," kata Desilia.


3. Popcorn Lung

Popcorn lung atau bronchiolitis obliterans disebabkan oleh salah satu zat yang digunakan dalam rokok elektrik, yakni diacetyl. Pengidapnya akan mengalami kerusakan pada cabang terkecil di saluran napas dan menimbulkan gejala seperti batuk, mengi, nyeri dada, serta sesak napas.


4. Lipoid pneumonia

Lipoid pneumonia atau Vaping-related lipoid pneumonia adalah peradangan yang terjadi ketika asam lemak masuk dan menyumbat paru-paru. Asam lemak tersebut ada pada substansi berminyak dalam e-liquid. Kondisi ini merupakan infeksi yang langka dan lebih parah daripada pneumonia biasa.

"Gejala yang dirasakan oleh penderitanya adalah batuk kronis, sesak napas, hingga batuk berdarah," kata Desilia.


5. Paru Kolaps

Primary spontaneous pneumothorax atau disebut juga paru kolaps terjadi pada orang yang telah memiliki cedera pada parunya. Penderita penyakit ini merasakan gejala seperti nyeri dada atau nyeri bahu yang tajam, serta sesak napas. "Rokok konvensional maupun rokok elektrik meningkatkan risiko bula pecah sehingga paru kolaps," ujar Desilia.


6. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

PPOK ditandai dengan penyempitan saluran napas yang permanen. Gejalanya sesak napas, batuk kronis, produksi dahak berlebih, dada terasa berat, mudah lelah, dan mengi. Pengobatan PPOK tergantung dari kondisi yang dialami, apakah sedang kambuh atau stabil.

"Pengobatan PPOK bisa dengan pemberian oksigen terkontrol, obat pelega saluran napas, obat anti radang, antibiotik jika terjadi infeksi, serta fisioterapi pernapasan," jelas Desilia.


7. Kanker Paru

Rokok elektrik mengandung berbagai zat karsinogen yang memicu terjadinya kanker, salah satunya kanker paru. Pada stadium awal, sering kali kanker paru belum menimbulkan gejala apapun. "Gejala kanker paru yang pertama kali dirasakan pasien adalah penyebaran dari kanker itu sendiri, misalnya nyeri pada tulang atau sakit kepala," papar Desilia.

Namun, seiring dengan berkembangnya penyakitnya, gejala yang dapat ditemukan antara lain batuk dalam waktu lama, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, suara serak, dan penurunan berat badan. Pengobatan kanker paru tergantung dari stadium penyakit, jenis sel kanker, serta kondisi pasien. 

Baca juga: Jangan Gagal Paham, Ada 6 Zat Berbahaya dalam Rokok Elektrik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Melihat Proyek Berbasis Rel yang Siap Menjadi Masa Depan Kereta Ibu Kota

BERIKUTNYA

Eksklusif Arsitek Cosmas D Gozali: Anomali Sistem Pengamanan Museum & Galeri di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: