5 Kasus Kontroversial di Museum Nasional Indonesia, dari Kusni Kasdut hingga Si Jago Merah
18 September 2023 |
14:27 WIB
Kebakaran museum adalah peristiwa yang mengecewakan bagi lembaga kebudayaan mana pun. Tidak hanya artefak yang hancur tapi juga sejarah yang menjadi identitas bangsa ikut luput. Peristiwa miris baru saja terjadi di Indonesia ketika kebakaran melalap sebagian gedung Museum Nasional Indonesia pada Sabtu, (16/09/2023).
Sebagai bangunan yang menyimpan sejarah peradaban bangsa, gedung museum begitu rentan dengan risiko. Di samping potensi kebakaran, museum juga seringkali jadi sasaran empuk bagi para pencuri yang berhasrat untuk menguasai barang-barang bersejarah yang tak ternilai. Salah satu faktor krusial yang mempermudah terjadinya kasus pencurian ini adalah minimnya sistem keamanan yang diterapkan di sebagian museum.
Baca juga: Museum Nasional Kebakaran, Simak Sejarah Berdirinya Sejak 1778
Terlalu sering kita mendengar tentang kejadian tragis di mana artefak berharga dicuri dengan begitu lihai, meninggalkan jejak kekosongan yang menyakitkan dalam koleksi sejarah kita. Museum tertua di Indonesia, yakni Museum Nasional tak luput dari jamahan gerombolan garong tak bertanggung jawab.
Tercatat selama enam dekade terakhir, museum yang didirkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1778 itu telah dibobol sebanyak lima kali. Koleksi-koleksi bersejarah seperti uang logam kuno, koleksi keramik, koleksi emas, hingga lukisan seniman termashur Tanah Air tak luput dari incaran pencuri. Sebagian koleksi yang dibawa kabur berhasil ditemukan, meski lebih banyak dari barang bersejarah tersebut kini entah di mana rimbanya.
Di antara kasus pencurian yang terjadi di Museum Nasional, aksi gerombolan Kusni Kasdut yang juga dikenal sebagai ‘Robin Hood Indonesia’ cukup fenomenal. Tak ketinggalan koleksi lukisan karya Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi yang dicuri dan ditemukan kembali saat di lelang di balai lelang Christie’s, Singapura.
Berikut adalah lima kasus pencurian barang bersejarah yang terjadi di Museum Nasional Indonesia sepanjang enam dekade terakhir:
Kasus pencurian barang bersejarah mulai dari cincin, berlian dan anting senilai hampir Rp2,5 miliar yang menimpa Museum Nasional pada 31 Mei 1961 silam merupakan insiden fenomenal pada masanya. Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, mantan pejuang kemerdekaan yang berubah menjadi pemimpin gerombolan kriminal, kehabisan akal untuk mencari nafkah.
Pada masa revolusi, Kusni yang menggantungkan hidupnya pada aksi gerilya melawan Belanda patah arang setelah statusnya sebagai Tentara Pelajar dicabut atas kebijakan pemerintah. Jalannya menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun terhambat oleh satu dan lain hal.
Kusni terpukul ketika jasanya tak lagi digunakan. Dia pun kesulitan mendapatkan pekerjaan lantaran tidak memiliki keahlian. Kusni akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia kelam, di mana dia melanggenggkan segala cara untuk mendapatkan uang mulai dari memeras, merampok, hingga membunuh.
Sebelum membobol Museum Nasional, nama Kusni sebagai kriminal lebih dulu terdengar pada era 1960-an setelah percobaan perampokan terhadap seorang keturunan Arab yang kaya raya, Ali Badjened, gagal. Kusni yang saat itu bekerja sama dengan Bir Ali, membunuh targetnya tepat di depan kediaman Ali Badjened di Kebon Sirih, Jakarta.
Kusni pun memutar otak untuk mendapatkan uang dengan cepat hingga akhirnya Museum Nasional atau yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah dipilih sebagai target berikutnya.
Menurut buku Kusni Kasdut (1979) karya Parakitri Simbolon, Kusni menyusun rencana perampokan bersama komplotannya pada 31 Mei 1961. DIa mengajak rekannya Herman, Budi, dan Sumali untuk terlibat. Mereka kemudian menyamar sebagai polisi, pergi menggunakan mobil curian ke Museum Nasional dan berhasil membawa kabur 11 permata koleksi museum yang nilainya mencapai Rp 2,5 miliar. Kusni kemudian ditangkap saat menjual hasil jarahannya di Semarang.
Museum Nasional sekali lagi mengalami insiden yang serupa. Pada tahun 1979, museum terbesar di Indonesia itu mengalami pencurian koleksi uang logam oleh pihak yang tak dapat diidentifikasi.
Sejumlah koleksi keramik bersejarah diketahui lenyap dari Museum Nasional. Nilai perkiraan dari barang curian ini mencapai 1,5 miliar dan hingga saat ini belum ditemukan.
Kejadian serupa kembali terjadi di Museum Nasional. Kali ini lukisan mahakarya seniman old master Indonesia dari Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi raib diambil oleh pencuri. Namun, lukisan yang diketahui telah berusia ratusan tahun itu akhirnya berhasil kembali ke Indonesia setelah ditemukan dalam proses lelang di balai lelang Christie’s di Singapura.
Empat artefak emas yang berasal dari abad kedelapan dan kesembilan, termasuk tiga plakat dan sebuah kotak kecil, dicuri dari Museum Nasional pada 11 September 2013. Polisi menginterogasi pegawai museum, petugas keamanan, arkeolog, teknisi alarm, kamera pengawas alias CCTV, dan mengetahui bahwa sirkuit CCTV tidak berfungsi selama hampir satu tahun, dan sistem alarm telah mati selama dua bulan.
Koleksi berharga peninggalan Mataram Kuno dari abad ke-10 Masehi ini pertama kali ditemukan oleh Belanda pada abad ke-18 Masehi dan memiliki estimasi nilai senilai puluhan miliar rupiah. Keempat artefak itu raib setelah seseorang yang tak dikenal berhasil membobol lemari kaca tempat mereka disimpan. Pihak kepolisian hanya dapat menemukan sidik jari di permukaan lemari kaca, tanpa bukti lain yang dapat digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Baca juga: Begini Proses Pengamanan Benda Bersejarah Museum Nasional Usai Kebakaran
Editor: Puput Ady Sukarno
Sebagai bangunan yang menyimpan sejarah peradaban bangsa, gedung museum begitu rentan dengan risiko. Di samping potensi kebakaran, museum juga seringkali jadi sasaran empuk bagi para pencuri yang berhasrat untuk menguasai barang-barang bersejarah yang tak ternilai. Salah satu faktor krusial yang mempermudah terjadinya kasus pencurian ini adalah minimnya sistem keamanan yang diterapkan di sebagian museum.
Baca juga: Museum Nasional Kebakaran, Simak Sejarah Berdirinya Sejak 1778
Terlalu sering kita mendengar tentang kejadian tragis di mana artefak berharga dicuri dengan begitu lihai, meninggalkan jejak kekosongan yang menyakitkan dalam koleksi sejarah kita. Museum tertua di Indonesia, yakni Museum Nasional tak luput dari jamahan gerombolan garong tak bertanggung jawab.
Tercatat selama enam dekade terakhir, museum yang didirkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1778 itu telah dibobol sebanyak lima kali. Koleksi-koleksi bersejarah seperti uang logam kuno, koleksi keramik, koleksi emas, hingga lukisan seniman termashur Tanah Air tak luput dari incaran pencuri. Sebagian koleksi yang dibawa kabur berhasil ditemukan, meski lebih banyak dari barang bersejarah tersebut kini entah di mana rimbanya.
Di antara kasus pencurian yang terjadi di Museum Nasional, aksi gerombolan Kusni Kasdut yang juga dikenal sebagai ‘Robin Hood Indonesia’ cukup fenomenal. Tak ketinggalan koleksi lukisan karya Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi yang dicuri dan ditemukan kembali saat di lelang di balai lelang Christie’s, Singapura.
Berikut adalah lima kasus pencurian barang bersejarah yang terjadi di Museum Nasional Indonesia sepanjang enam dekade terakhir:
1. Gerombolan Kusni Kasdut (1961)
Kusni Kasdut, mantan pejuang kemerdekaan & narapidana asal Malang resmi divonis tindakan perampokan 11 butir berlian di Museum Gajah. Selama jeda eksekusi, ia berhasil melarikan diri & berulang kali masuk penjara 8 kali yang pada 17 Oktober 1979 menjadi penangkapan terakhirnya. pic.twitter.com/XULg5Xtlbe
— Irama Nusantara (@IramaNusantara) March 1, 2022
Kasus pencurian barang bersejarah mulai dari cincin, berlian dan anting senilai hampir Rp2,5 miliar yang menimpa Museum Nasional pada 31 Mei 1961 silam merupakan insiden fenomenal pada masanya. Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, mantan pejuang kemerdekaan yang berubah menjadi pemimpin gerombolan kriminal, kehabisan akal untuk mencari nafkah.
Pada masa revolusi, Kusni yang menggantungkan hidupnya pada aksi gerilya melawan Belanda patah arang setelah statusnya sebagai Tentara Pelajar dicabut atas kebijakan pemerintah. Jalannya menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun terhambat oleh satu dan lain hal.
Kusni terpukul ketika jasanya tak lagi digunakan. Dia pun kesulitan mendapatkan pekerjaan lantaran tidak memiliki keahlian. Kusni akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia kelam, di mana dia melanggenggkan segala cara untuk mendapatkan uang mulai dari memeras, merampok, hingga membunuh.
Sebelum membobol Museum Nasional, nama Kusni sebagai kriminal lebih dulu terdengar pada era 1960-an setelah percobaan perampokan terhadap seorang keturunan Arab yang kaya raya, Ali Badjened, gagal. Kusni yang saat itu bekerja sama dengan Bir Ali, membunuh targetnya tepat di depan kediaman Ali Badjened di Kebon Sirih, Jakarta.
Kusni pun memutar otak untuk mendapatkan uang dengan cepat hingga akhirnya Museum Nasional atau yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah dipilih sebagai target berikutnya.
Menurut buku Kusni Kasdut (1979) karya Parakitri Simbolon, Kusni menyusun rencana perampokan bersama komplotannya pada 31 Mei 1961. DIa mengajak rekannya Herman, Budi, dan Sumali untuk terlibat. Mereka kemudian menyamar sebagai polisi, pergi menggunakan mobil curian ke Museum Nasional dan berhasil membawa kabur 11 permata koleksi museum yang nilainya mencapai Rp 2,5 miliar. Kusni kemudian ditangkap saat menjual hasil jarahannya di Semarang.
2. Lenyapnya Koleksi Uang Logam Bersejarah (1979)
Museum Nasional sekali lagi mengalami insiden yang serupa. Pada tahun 1979, museum terbesar di Indonesia itu mengalami pencurian koleksi uang logam oleh pihak yang tak dapat diidentifikasi.
3. Koleksi Keramik Senilai Rp1,5 miliar Hilang (1992)
Sejumlah koleksi keramik bersejarah diketahui lenyap dari Museum Nasional. Nilai perkiraan dari barang curian ini mencapai 1,5 miliar dan hingga saat ini belum ditemukan.
4. Lukisan Old Master Digondol ke Singapura (1996)
Kejadian serupa kembali terjadi di Museum Nasional. Kali ini lukisan mahakarya seniman old master Indonesia dari Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi raib diambil oleh pencuri. Namun, lukisan yang diketahui telah berusia ratusan tahun itu akhirnya berhasil kembali ke Indonesia setelah ditemukan dalam proses lelang di balai lelang Christie’s di Singapura.
5. Koleksi Emas Mataram Kuno Hilang Tanpa Jejak (2013)
Empat artefak emas yang berasal dari abad kedelapan dan kesembilan, termasuk tiga plakat dan sebuah kotak kecil, dicuri dari Museum Nasional pada 11 September 2013. Polisi menginterogasi pegawai museum, petugas keamanan, arkeolog, teknisi alarm, kamera pengawas alias CCTV, dan mengetahui bahwa sirkuit CCTV tidak berfungsi selama hampir satu tahun, dan sistem alarm telah mati selama dua bulan.Koleksi berharga peninggalan Mataram Kuno dari abad ke-10 Masehi ini pertama kali ditemukan oleh Belanda pada abad ke-18 Masehi dan memiliki estimasi nilai senilai puluhan miliar rupiah. Keempat artefak itu raib setelah seseorang yang tak dikenal berhasil membobol lemari kaca tempat mereka disimpan. Pihak kepolisian hanya dapat menemukan sidik jari di permukaan lemari kaca, tanpa bukti lain yang dapat digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Baca juga: Begini Proses Pengamanan Benda Bersejarah Museum Nasional Usai Kebakaran
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.