Riset LinkedIn Sebut Pekerja Indonesia Optimis & Adaptif dengan Teknologi AI
14 September 2023 |
13:23 WIB
Artificial Intelligence (AI) belakangan ini telah menjadi hal yang semakin menarik perhatian di berbagai bidang kehidupan manusia. AI merupakan teknologi yang memungkinkan mesin dan komputer untuk mengeksekusi tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Banyak pihak menentang pengembangan AI yang makin meluas. Sebab, kecerdasan buatan tersebut dianggap bisa menggantikan beberapa profesi, seperti penjaga tol, kasir, bahkan pekerjaan seperti penyiar berita. Namun tak sedikit pihak yang mendukung pengembangan AI dan merasa dimudahkan pekerjaannya.
Baca juga: Mengenal LDCT, Metode Skrining Kanker Paru Berbasis Kecerdasan Buatan
Baca juga: Mengenal LDCT, Metode Skrining Kanker Paru Berbasis Kecerdasan Buatan
Penelitian terbaru dari LinkedIn menemukan bahwa inovasi AI generatif mendorong para profesional di Indonesia untuk beradaptasi dengan cara kerja baru. Terdapat 7 dari 10 profesional atau 78 persen responden di Tanah Air percaya bahwa AI akan membawa perubahan signifikan pada pekerjaan mereka pada tahun depan.
Para profesional di Indonesia optimis dan bersedia menyambut transformasi digital yang didorong oleh AI. Survey yang dilakukan Censuswide itu juga menyebut kalangan profesional di Indonesia paling tidak khawatir untuk mengikuti perkembangan AI di tempat kerja, yaitu 3 dari 10 (30 persen), dibandingkan dengan sekitar 1 dari 2 di Singapura (48 persen), dan 43 persen di Malaysia.
Selain itu, sebanyak 71 persen profesional Indonesia pun mengaku sudah menggunakan AI generatif dalam bekerja. Persentase ini paling banyak jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik seperti India dengan 68 persen, Singapura 56 persen, dan Jepang 19% persen. Di sisi lain, sebanyak 66 persen responden ingin belajar memanfaatkan AI dalam bidang pekerjaan namun tidak tahu harus mulai dari mana.
Selain itu, sebanyak 71 persen profesional Indonesia pun mengaku sudah menggunakan AI generatif dalam bekerja. Persentase ini paling banyak jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik seperti India dengan 68 persen, Singapura 56 persen, dan Jepang 19% persen. Di sisi lain, sebanyak 66 persen responden ingin belajar memanfaatkan AI dalam bidang pekerjaan namun tidak tahu harus mulai dari mana.
Serla Rusli, LinkedIn Career Expert mengatakan, dalam lanskap yang terus berubah saat ini, penggunaan AI generatif di tempat kerja meningkat signifikan. Meskipun proses adaptasi terasa sulit, paparnya, banyak profesional Indonesia yang percaya diri meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baru untuk sukses di era AI.
Dia juga memaparkan bahwa mayoritas profesional Indonesia atau sebanyak 92 persen responden meyakini AI akan menjadi 'rekan kerja di balik layar' dalam 5 tahun ke depan. Dengan begitu, mereka dapat punya lebih banyak waktu luang untuk mempelajari keterampilan baru, fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis, serta memperluas jaringan profesional guna mendukung pertumbuhan karier.
"Namun, data kami juga menggarisbawahi pentingnya soft skills untuk masa depan seiring kita terus menavigasi teknologi baru ini dan perubahan yang dibawanya," katanya.
Sumber gambar: LinkedIn
Penggunaan AI di Dunia Kerja
Meskipun ada sejumlah tantangan dalam penggunaannya, masyarakat Indonesia optimis bahwa AI akan mengubah karier secara positif. Hampir sebanyak 99 persen responden dari kalangan profesional menyatakan bersemangat menggunakan AI di tempat kerja, sementara 98 persen dari mereka percaya bahwa AI akan membantu meningkatkan karier.
Selain itu, para profesional di Indonesia juga percaya AI akan menciptakan peluang karier yang lebih merata. Sebanyak 70 persen profesional mengatakan AI akan membuka peluang kerja di luar kota-kota besar, karena semakin banyak orang yang mengembangkan keterampilan AI dan memanfaatkan AI untuk bekerja jarak jauh.
Memiliki keterampilan AI juga dinilai sebagai peluang bagi 50 persen orang Indonesia untuk meraih posisi yang setara dengan profesional lain, terlepas dari kualifikasi pendidikan.
Lebih lanjut, menjawab pertanyaan bagaimana AI akan membantu memajukan karier mereka, 74 persen profesional mengatakan AI membuat mereka lebih percaya diri dalam bekerja karena hadirnya akses lebih cepat terhadap pengetahuan.
Sementara itu, 50 persen dari mereka mengatakan mendapatkan saran akan keterampilan dan pelatihan yang dibutuhkan, sedangkan 41 persen lainnya menyatakan mereka mungkin mendapatkan promosi lebih cepat karena mereka bisa fokus pada pekerjaan yang lebih penting.
Banyak profesional tersebut juga sudah memikirkan cara bagaimana AI dapat membantu mereka menjadi lebih produktif. Sebanyak 85 persen berencana menggunakan AI untuk mengatasi masalah atau hambatan di tempat kerja, sementara 76 persen responden mengatakan bakal menggunakan AI untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sungkan mereka tanyakan kepada kolega.
Lalu, 77 persen dari mereka juga mengatakan AI dapat mengambil alih tugas harian yang membosankan sehingga mereka bisa fokus pada pekerjaan yang sesuai passion, serta mendapatkan ide-ide baru saat mereka menggunakan AI untuk nasihat karier sebagaimana dipilih oleh 67 persen responden.
Meski demikian, para profesional juga percaya AI tidak hanya akan meningkatkan akses terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan di dunia kerja, tapi juga menyoroti nilai keterampilan yang tak tergantikan dalam kemajuan karier seseorang.
Profesional di Indonesia berpendapat bahwa keterampilan seperti problem solving (76 persen), komunikasi (74 persen), dan kreativitas (76 persen) akan menjadi lebih penting seiring dengan semakin banyaknya penggunaan AI di tempat kerja.
Seiring kemampuan AI dalam mengambil alih sebagian pekerjaan sehari-hari yang membosankan, para profesional berharap bisa merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Pekerja Indonesia percaya AI dapat mempermudah pekerjaan mereka, sehingga kepuasan kerja pun meningkat sebagaimana dipilih oleh 71 persen responden.
Selain itu, banyak profesional juga yakin AI dapat membantu mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik sebagaimana diakui oleh 55 persen responden. Di sisi lain, para profesional juga tertarik menginvestasikan waktu luang mereka untuk memperkuat jaringan profesional (45 persen) dan mempelajari keterampilan baru yang sesuai dengan pekerjaan mereka (55 persen).
Baca juga: OpenAI Kembangkan Artificial Intelligence yang Mengerti Moral & Etika Mirip Manusia
Editor: Indyah Sutriningrum
Baca juga: OpenAI Kembangkan Artificial Intelligence yang Mengerti Moral & Etika Mirip Manusia
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.