Ilustrasi (Sumber gambar: Pexels/Anna Shvets)

Kenali Gejala & Pemicu Psoriasis Vulgaris yang Ramai dalam Media Sosial

14 September 2023   |   13:47 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Jagat maya ramai tentang penyakit psoriasis vulgaris beberapa waktu belakangan lantaran sebuah narasi yang dilontarkan salah satu pemilik akun media sosial TikTok tentangnya. Penyakit yang berupa bercak merah ini disebabkan oleh berbagai faktor.

Dikutip dari laman Psoriasis.org, psoriasis vulgaris atau psoriasis plak merupakan bercak kulit yang menonjol, meradang, dan bersisik. Penderitanya juga terkadang akan mengalamai rasa gatal dan nyeri.

Baca juga: Cara Mengembalikan Kulit Rusak Akibat Sinar Matahari Ala Spesialis Kulit

Penderita dengan kulit kaukasia, plak biasanya muncul berupa bercak merah yang ditutupi dengan tumpukan sel kulit matu atau sisik berwarna putih. Sementara dalam kulit berwarna, plak akan terlihat lebih gelap dan tebal serta memiliki warna ungu, keabu-abuan, atau coklat tua.

Plak tersebut bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Namun, kulit kepala, lutut, siku, dan badan adalah bagian yang paling sering. Selain itu, kemunculannya juga biasanya secara simetris di sisi kanan dan kiri tubuh.

Sementara itu, pemicu penyakit ini adalah obat-obatan tertentu; infeksi; cedera pada kulit; stres; merokok; penggunaan alkohol; dan sebagainya. Seseorang dapat menderitanya meskipun keluarga tidak memiliki riwayat penyakit tersebut.

Psoriasis vulgaris juga bukan penyakit yang menular. Jadi, seseorang yang memilikinya tidak akan membuat orang lain juga mengalami hal yang serupa. Kemudian, pengobatan yang dapat diberikan kepada penderitanya adalah topikal, fototerapi, perawatan oral, dan biologis.

Secara umum, psoriasis adalah immune-mediated disease yang menyebabkan peradangan pada tubuh dengan kemunculan seperti plak dan sisik pada kulit karena sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif mempercepat pertumbuhan sel kulit.

Pada umumnya, sel kulit tumbuh sempurna dan mengelupas dalam satu bulan. Namun, pada penderita psoriaris, sel-sel kulit melakukannya hanya dalam tiga atau empat hari. Sel kulit tidak mengelupas dan menumpuk di permukaan kulit.

Orang yang mengalami psoriasi mungkin juga mengalami kondisi kesehatan lainnya. Satu dari tiga penderitanya juga merasakan radang sendi atau psoriasis arthritis.

Seseorang bisa mengalami psoriasis pada rentang usia berapa saja. Namun, seringkali penderitanya adalah individu pada rentang usia 15 – 25 tahun. Mereka yang berpotensi menderita adalah pria, wanita, dan anak-anak dengan semua jenis warna kulit.

Penyakit ini dapat memengaruhi kehidupan seseorang. Selain fisik, psoriasis juga berdampak terhadap kesehatan emosional, hubungan, dan cara individu menangani stres. “Hal ini bahkan dapat memengaruhi area kehidupan Anda yang tidak Anda duga, seperti pakaian yang Anda pilih untuk dikenakan,” demikian tertulis.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga menuliskan bahwa psoriasis dapat memengaruhi hubungan di rumah, sekolah atau tempat kerja, serta hubungan seksual. Kondisi ini dapat mengurangi kualitas hidup dan menyebabkan ketegangan psikologis.

Pasien sering mendapatkan stigma dan dikeluarkan dari lingkungan sosial normal, seperti sekolah, tempat kerja, dan kolam renang. Akibatnya, mereka sering menghindari kegiatan sosial dan umumnya melaporkan mengalami kesepian, mengisolasi diri, perasaan tidak menarik, dan frustrasi.

Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengevaluasi bidang kehidupan pasien mana yang paling menderita. Hasilnya, 98 persen pasien melaporkan bahwa psoriasis berdampak pada kehidupan emosional.

Kemudian, 94 persen terhadap kehidupan sosial; 70 persen terhadap kehidupan keluarga, 68 persen terhadap karier profesional; 38 persen terhadap fungsi fisik, 17 persen terhadap keintiman seksual, dan 21 terhadap kehidupan pendidikan.

WHO juga melaporkan bahwa prevalensi psoriasis di beberapa negara berkisar antara 0,09 persen dan 11,43 persen, sehingga membuatnya menjadi masalah serius global. Organisasi menuliskan, setidaknya 100 juta orang di dunia menderita penyakit tersebut.

Baca juga: 3 Cara Membuat Kulit Tetap Sehat Saat Polusi Tinggi

Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Membawa Kejayaan Fesyen Retro nan Nyentrik & Penuh Warna

BERIKUTNYA

Riset LinkedIn Sebut Pekerja Indonesia Optimis & Adaptif dengan Teknologi AI

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: