LinkedIn Sangkal Adanya Pelanggaran Data Terkait 700 Juta Pengguna
30 June 2021 |
18:12 WIB
Platform jejaring profesional LinkedIn akhirnya buka suara soal laporan pelanggaran privasi yang diduga membahayakan data bagi lebih dari 700 juta penggunanya di seluruh dunia. Awal pekan ini, RestorePrivacy, membuat laporan bahwa seorang peretas memiliki 700 juta catatan pengguna LinkedIn.
Sebelumnya, pelaku ini juga telah mem-posting sekitar 1 juta sampel catatan itu di forum peretasan populer. Catatan peretasan terdiri atas informasi pribadi pengguna seperti nomor telepon, alamat fisik, data geo lokasi, nama pengguna LinkedIn, latar belakan profesional, dan gaji. Data sampel diambil dari periode 2020 sampai 2021.
Peretas dilaporkan mengetahui catatan data pengguna platform tersebut melalui antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API) perusahaan. Berita ini menyusul kabar sebelumnya tentang dugaan kebocoran 500 juta data konsumen.
Nah, baru baru ini, LinkedIn akhirnya buka suara. Melalui note yang dipublikasikan di situs resminya, mereka menyangkal ada bahaya terhadap lebih dari 700 data pengguna platform tersebut.
Perusahaan menambahkan, penyelidikan awal telah menemukan bahwa data tersebut diambil dari LinkedIn dan berbagai situs web lainnya dan mencakup data serupa seperti yang dilaporkan awal tahun ini dalam pembaruan scraping mereka.
LinkedIn juga menyebut bahwa pelanggan percaya terhadap platform dan perusahaan berupaya memegang teguh hal tersebut. Segala penyalanggunaan data dan pelanggaran akan dikenai tindakan yang tegas.
"Ketika ada orang yang mencoba mengambil data anggota dan menggunakannya untuk tujuan yang tidak disetujui oleh LikedIn dan anggota, kami berupaya menghentikan mereka dan meminta pertanggungjawaban," catat LinkedIn.
Editor: Roni Yunianto
Sebelumnya, pelaku ini juga telah mem-posting sekitar 1 juta sampel catatan itu di forum peretasan populer. Catatan peretasan terdiri atas informasi pribadi pengguna seperti nomor telepon, alamat fisik, data geo lokasi, nama pengguna LinkedIn, latar belakan profesional, dan gaji. Data sampel diambil dari periode 2020 sampai 2021.
Peretas dilaporkan mengetahui catatan data pengguna platform tersebut melalui antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API) perusahaan. Berita ini menyusul kabar sebelumnya tentang dugaan kebocoran 500 juta data konsumen.
Nah, baru baru ini, LinkedIn akhirnya buka suara. Melalui note yang dipublikasikan di situs resminya, mereka menyangkal ada bahaya terhadap lebih dari 700 data pengguna platform tersebut.
"Tim kami telah menyelidiki serangkaian dugaan data LinkedIn yang telah diposting untuk dijual. Kami ingin memperjelas bahwa ini bukan pelanggaran data dan tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang diekspos," tulis perusahaan.
Perusahaan menambahkan, penyelidikan awal telah menemukan bahwa data tersebut diambil dari LinkedIn dan berbagai situs web lainnya dan mencakup data serupa seperti yang dilaporkan awal tahun ini dalam pembaruan scraping mereka.
LinkedIn juga menyebut bahwa pelanggan percaya terhadap platform dan perusahaan berupaya memegang teguh hal tersebut. Segala penyalanggunaan data dan pelanggaran akan dikenai tindakan yang tegas.
"Ketika ada orang yang mencoba mengambil data anggota dan menggunakannya untuk tujuan yang tidak disetujui oleh LikedIn dan anggota, kami berupaya menghentikan mereka dan meminta pertanggungjawaban," catat LinkedIn.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.