Mi instan yang menggugah selera. (Sumber gambar : Freepik/Ajerbaizan Stock)

Prediabetes Makan Mi Instan? Begini Risikonya

14 September 2023   |   13:44 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Mi instan memang menggugah selera. Rasanya yang gurih, sedap, dan praktis dibuat  menjadi alasan mengapa produk ini begitu diminati. Kendati demikian, nilai kalorinya yang tinggi menimbulkan risiko kesehatan dan berbahaya bagi orang-orang dengan kondisi tertentu, salah satunya penyandang prediabetes.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Eka Hospital BSD Dr. Rudy Kurniawan mengatakan, penyandang prediabetes biasanya dianjurkan dokter untuk mulai menjaga kadar gula dengan mengikuti pola makan sehat dan aktif bergerak agar tidak berlanjut menjadi diabetes. Namun, tidak jarang mereka terjebak kondisi darurat lapar dan akhirnya mengonsumsi mi instan.

Baca juga: Penderita Diabetes Bisa Makan Karbohidrat Enggak Ya? Ini Kata Dokter

Dia menjelaskan, di balik kemudahan dan kelezatannya, mi instan relatif memiliki nilai gizi rendah dan garam yang cenderung tinggi. Sebanyak 1 porsi mi instan tanpa tambahan apapun, kalorinya setara dengan 2-3 porsi nasi putih, ditambah kandungan garam (natrium) lebih dari 50 persen jatah garam harian yang dianjurkan. 

"Karena itu, baik yang prediabetes ataupun tidak, sebaiknya menghindari makanan instan terutama yang kandungan nutrisinya tidak seimbang untuk mencegah diabetes dan juga tekanan darah tinggi," saran Rudy, seperti dikutip Hypeabis.id, Kamis (14/9/2023).

Selain menghindari makanan yang instan, penyandang prediabetes perlu memperhatikan sejumlah hal yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup. Rudy menyebut, dengan menerapkannya, tahap diabetes bisa dihindari dan kamu kesehatan kamu kembali normal. 

Hal pertama yang perlu kamu lakukan yakni memilih makanan bergizi seimbang seperti daging ayam, ikan, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan. Pertimbangkan juga makanan rendah lemak yang kaya akan nutrisi mulai dari protein, serat, hingga vitamin sehingga kebutuhan energi dan nutrisi harian terpenuhi dan tidak kekurangan ataupun kelebihan.
 

Ilustrasi olagraga. (Sumber gambar: Pexels/Tirachard Kumtanom)

Ilustrasi olagraga. (Sumber gambar: Pexels/Tirachard Kumtanom)


Kedua, tingkatkan aktivitas fisik dan olahraga. Berolahraga secara rutin dapat membantu menjaga kadar gula darah. Kurangnya aktivitas fisik membuat kadar gula akan meningkatkan risiko obesitas, terutama jika diikuti dengan pola makan yang tidak sehat. Dengan berolahraga rutin, tubuh akan membakar kalori yang berlebihan dan penggunaan insulin juga tetap terjaga.

Ketiga, menjaga berat badan ideal. Berat badan yang ideal juga dapat membantu menurunkan risiko dari diabetes. Obesitas meningkatkan risiko diabetes karena insulin biasanya tidak dapat bekerja dengan baik.

Keempat, berhenti merokok. Kebiasaan buruk seperti merokok diketahui dapat meningkatkan risiko dari berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya diabetes. Kandungan yang ada di dalam rokok diketahui dapat mengganggu kerja dari insulin sehingga meningkatkan risiko diabetes.

Kelima, konsumsi obat rutin jika dianjurkan oleh dokter. Rudy menyarankan untuk mengikuti anjuran dokter jika terdapat indikasi mengonsumsi obat atau suplemen tertentu untuk mencegah risiko diabetes.

"Prediabetes jangan disepelekan. Meskipun belum diabetes, prediabetes menandakan kadar gula di dalam tubuh sudah dalam rentang di atas normal, dan itu bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani," tuturnya. 

Baca juga: Bukan Soal Pilah Pilih Pemanis, Ini Prinsip Penting Asupan Diabetesi

SEBELUMNYA

Riset LinkedIn Sebut Pekerja Indonesia Optimis & Adaptif dengan Teknologi AI

BERIKUTNYA

4 Langkah Terhindar Dari DM Phising Pemberitahuan Hak Cipta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: