5 Rekomendasi Novel Fiksi Terbaru yang Bisa Jadi Bacaan Seru
13 September 2023 |
21:00 WIB
Membaca buku bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, memperluas wawasan sekaligus merangsang pikiran dan kreativitas. Apalagi ketika membaca buku fiksi, tak jarang kita akan terbawa untuk menelusuri kisah-kisahnya serta larut dalam imajinasi penulis dan diri sendiri.
Setiap bulannya, sejumlah novel fiksi baik itu ciptaan penulis lokal maupun hasil terjemahan dirilis. Novel-novel yang hadir pun menyajikan berbagai genre dan kisah menarik yang dapat menghibur para pembacanya.
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
Baca juga: 5 Rekomendasi Novel Fiksi Sejarah Karya Sastrawan Populer Indonesia
Novel merupakan karangan panjang yang terdiri dari berbagai rangkaian cerita mengenai beberapa orang tokoh dalam latar tertentu. Novel dapat berasal dari hasil imajinasi maupun kisah nyata yang dialami penulis atau orang lain. Namun, meski diambil dari kisah nyata, sebagian besar novel akan tetap mengandung unsur imajinasi penulis sehingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh novel menyajikan kisah fiksi.
Bagi kalian yang sedang mencari rekomendasi novel fiksi terbaru, berikut adalah 5 buku terbaru yang bisa menjadi pilihan.
1. Chasing Passion (Muti Siahaan)
(Sumber gambar: Gramedia)
Chasing Passion adalah cerita Eat, Pray, Love versi remaja. Kisah novel ini mengikuti tokoh Luna, perempuan berusia 19 tahun yang mengalami drop out dari fakultas hukum dan merasa tidak punya masa depan. Dia kehilangan passion-nya, dan tidak tahu harus bagaimana menyangkut masa depannya.
Luna ingin jadi influencer atau selebgram, tapi dilarang orang tuanya. Bersama sepupunya yang bernama Cantika, Luna berlibur ala backpacker ke Amsterdam, Paris, dan Munich untuk mencari jati diri, sekaligus berharap bisa membuat konten yang viral.
Dalam perjalanan, dia bertemu banyak orang asing yang membantunya menemukan passion-nya. Termasuk Maks, mahasiswa yang kuliah di Munich, yang berbagi pengalaman seru dengan mereka. Akankah Luna berhasil menemukan gairah dan tujuan hidupnya dalam perjalanan ke Museum Van Gogh, Menara Eiffel, hingga Kastel Neuschwansteins? Atau dia malah sekadar menjadi pelancong di era digital yang melakukan segalanya demi konten?
2. Anak yang Memendam Amarah (Lee Kkoch-nim)
(Sumber gambar: Gramedia)
Novel terjemahan asal Korea Selatan ini berkisah tentang Ji Ju-yeon dan Park Seo-eun yang saling bersahabat. Suatu hari, setelah bertengkar hebat, Seo-eun ditemukan tewas di belakang sekolah dan Ju-yeon dituduh sebagai pembunuhnya. Namun, entah kenapa, Ju-yeon sama sekali tidak ingat apa yang terjadi hari itu. Apakah Ju-yeon benar-benar membunuh Seo-eun?
Di sisi lain, orang-orang memberikan pernyataan dan kesaksian bertolak belakang, yang membuat gambaran tentang Ju-yeon, Seo-eun, dan hubungan mereka berdua ikut berubah-ubah. Siapa yang berbicara jujur? Siapa yang berbohong? Satu hal sudah pasti. Orang-orang hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar dan meyakini apa yang ingin mereka yakini. Novel ini menyajikan kisah tentang kebenaran semu dan keyakinan palsu.
Di sisi lain, orang-orang memberikan pernyataan dan kesaksian bertolak belakang, yang membuat gambaran tentang Ju-yeon, Seo-eun, dan hubungan mereka berdua ikut berubah-ubah. Siapa yang berbicara jujur? Siapa yang berbohong? Satu hal sudah pasti. Orang-orang hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar dan meyakini apa yang ingin mereka yakini. Novel ini menyajikan kisah tentang kebenaran semu dan keyakinan palsu.
3. Funicull Funicula #3: Dona Dona (Toshikazu Kawaguchi)
Sumber gambar: Gramedia
Novel asal Jepang ini menyajikan cerita yang menarik. Kisahnya berawal di sebuah lereng indah tak bernama di Hakodate, Hokkaido. Di sana berdiri Kafe Dona Dona yang menawarkan layanan istimewa kepada pengunjungnya yakni perjalananan melintasi waktu.
Seperti di Funiculi Funicula yang ada di Tokyo, hal tersebut hanya dapat dilakukan jika berbagai peraturan yang merepotkan dipenuhi dan dengan secangkir kopi yang dituangkan oleh perempuan di keluarga Tokita. Mereka yang ingin memutar waktu adalah seorang wanita muda yang menyimpan dendam kepada orangtua yang menjadikannya yatim piatu kesepian dan seorang komedian yang kehilangan tujuan hidup setelah berhasil mewujudkan impian mendiang istrinya.
Selain itu, ada pula seorang adik yang khawatir kakaknya takkan bisa tersenyum lagi setelah kepergiannya, dan seorang pemuda yang tak mampu mengungkapkan cinta terpendam kepada sahabatnya. Tak hanya menyisakan kenangan, perjalanan yang mereka lalu akhirnya menumbuhkan tekad baru untuk menjalani hidup.
4. Black Beauty (Anna Sewell)
Sumber gambar: Gramedia
Black Beauty adalah novel klasik karangan penulis Inggris Anna Sewell yang diterbitkan pertama kali pada 1877. Seperti judulnya, novel ini menghadirkan kisah seekor kuda hitam yang cantik bernama Black Beauty.
Bagi Black Beauty, hidup bahagia adalah dapat berlari-lari dengan bebas di padang rumput yang luas. Dia menghabiskan tahun-tahun pertamanya bersama sang pemik, yang mengajarinya untuk selalu berperilaku baik dan bekerja dengan tulus serta melakukan yang terbaik.
Sejak berusia empat tahun, Black Beauty berganti-ganti pemilik dan mengalami berbagai perlakuan dari para majikannya itu. Ada yang lembut dan pengertian, tetapi beberapa di antara mereka kejam dan tak berperasaan. Anna Sewell menuliskan kisah klasik ini dari sudut pandang seekor kuda pada zaman Victoria dengan sebuah pesan yang universal dan tak lekang oleh waktu bahwa binatang akan melayani manusia dengan baik apabila mereka diperlakukan dengan penuh pengertian.
5. Yellowface (Rebecca F Kuang)
(Sumber gambar: Gramedia)
Yellowface adalah novel fiksi pertama yang dibuat oleh penulis China Rebecca F Kuang. Kisah buku ini mengikuti tokoh June Hayward, seorang penulis muda yang tidak terkenal. Dia adalah satu-satunya saksi kematian mantan teman sekelasnya, Athena Liu, seorang penulis Tionghoa-Amerika yang merupakan sosok besar di industri penerbitan.
June akhirnya memutuskan untuk memposisikan dirinya sebagai teman Athena dan mulai mengedit serta menulis ulang naskah temannya itu hingga tercipta sebuah novel tentang buruh Tiongkok dalam Perang Dunia I.
Saat semakin banyak mengubah drafnya, June mulai merasa memiliki novel tersebut dan memutuskan untuk menerbitkannya sebagai karya aslinya. Dia lantas menyerahkan naskahnya dan langsung disambut oleh penerbit dan ditawari uang muka yang besar.
Untuk menghindari kontroversi, dia menerbitkan buku tersebut dengan nama yang terdengar seperti orang Asia yakni Juniper Song, dan mengambil foto penulis yang menunjukkan dia terlihat ambigu secara rasial. Meskipun ada upaya untuk menampilkan dirinya sebagai orang Asia, kontroversi menyelimuti kesuksesan novel tersebut dan June berulang kali menangkis tuduhan perampasan budaya dan plagiarisme di Twitter.
Baca juga: 6 Rekomendasi Film Indonesia Hasil Adaptasi Novel Populer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Baca juga: 6 Rekomendasi Film Indonesia Hasil Adaptasi Novel Populer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.