Berisiko Tinggi, Cek Benjolan di Leher dan Cara Mengatasinya
21 August 2023 |
18:48 WIB
Benjolan di sekitar leher kerap membuat resah. Beberapa diantaranya mungkin tidak membahayakan, namun tak jarang kondisi tersebut menandakan penyakit serius dan membutuhkan penanganan medis segera. Oleh karena itu, penting melakukan deteksi dini untuk mengetahui kondisi pasti dari benjolan yang timbul.
Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes Eka Hospital BSD Dicky Levenus Tahapary, menerangkan benjolan terutama di bagian tengah leher bisa menjadi gejala awal dari nodul tiroid. Nodul tiroid merupakan benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk pada kelenjar tiroid.
Baca juga: Sulit Punya Anak? Waspada Gangguan Tiroid
“Penyakit ini menyebabkan adanya benjolan yang terasa keras atau lembek pada area leher,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Senin (21/8/2023).
Dia menyebut dalam beberapa kasus, nodul tiroid bisa saja tidak menunjukan gejala dan kelenjar tiroid tetap dapat berfungsi dengan normal. Namun, apabila benjolan sudah membesar, ini bisa saja menyebabkan penekanan pada organ sekitar yang bisa mengakibatkan gangguan menelan atau gangguan suara sampai sesak nafas.
Pada sebagian kasus, benjolan tiroid disertai juga gangguan pada produksi hormon tiroid dan menimbulkan beberapa gejala yang bisa mengganggu kesehatan, baik itu hipertiroid maupun hipotiroid.
Dicky mengingatkan nodul tiroid bisa bersifat jinak dan juga bersifat ganas (kanker). Oleh sebab itu, memeriksakan benjolan di leher perlu dilakukan oleh dokter sedini mungkin meski tidak ada gejala yang mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah benjolan yang ada pada kelenjar tiroid bersifat jinak atau ganas, serta apakah terdapat gangguan pada fungsi kelenjar tiroid.
Bicara faktor risiko, wanita terbilang yang berisiko tinggi terkena kelenjar tiroid. Pasalnya kelenjar ini berkaitan erat dengan hormon estrogen yang diproduksi oleh wanita. “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu di antara delapan wanita dapat mengalami masalah pada kelenjar tiroidnya,” kata Dicky.
Kendati demikian, nodul tiroid juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, usia lanjut lebih dari 60 tahun, kekurangan yodium, riwayat paparan radiasi di area leher seperti pasien yang telah menjalani radioterapi di area kepala dan leher.
Dalam mendiagnosa nodul tiroid, ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan. Pertama, pemeriksaan USG tiroid yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengevaluasi benjolan kelenjar tiroid dan dilihat karakteristik detail dari benjolannya.
Dicky menyampaikan beberapa karakteristik seperti ukuran benjolan, tingkat kepadatan benjolan, jelas tidaknya batas benjolan, ada tidaknya pengapuran, ada tidaknya pembuluh darah yang mensuplai benjolan dapat memberikan informasi mengenai risiko keganasan suatu benjolan tiroid.
Kedua, ada yang dinamakan Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB) atau Biopsy Aspirasi Jarum Halus (BAJAH). BAJAH merupakan tindakan untuk mengambil beberapa sel dari benjolan kelenjar tiroid menggunakan spuit dengan jarum kecil.
Sel-sel yang diambil kemudian akan dilihat di bawah mikroskop. Tindakan sederhana ini dilakukan dengan panduan USG sehingga ujung jarum dapat diarahkan ke bagian benjolan tiroid yang dicurigai ganas dan aman untuk dilakukan. “Akurasi diagnosis tindakan ini cukup tinggi,” tuturnya.
Ketiga, core needle biopsy. Tindakan ini prinsipnya serupa dengan FNAB, hanya saja menggunakan jarum yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar sampel yang diambil lebih banyak dan jaringan yang dapat dilihat juga menjadi lebih luas. Biasanya, tindakan ini perlu dilakukan ketika hasil FNAB masih belum konklusif sehingga diperlukan konfirmasi sebelum menentukan perlu tidaknya tindakan lebih lanjut untuk benjolan tiroidnya.
Tindakan ini bisa juga dilakukan di awal pada kondisi tertentu dimana dokter mencurigai kelainan khusus seperti limfoma atau kanker tiroid meduler atau tuberkulosis. Tindakan ini juga dilakukan dengan panduan USG sehingga aman untuk dilakukan. “Tindakan ini memerlukan persiapan pemeriksaan darah,” imbuhnya.
Baca halaman berikutnya untuk tindakan mengecilkan benjolan tiroid tanpa operasi.
Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes Eka Hospital BSD Dicky Levenus Tahapary, menerangkan benjolan terutama di bagian tengah leher bisa menjadi gejala awal dari nodul tiroid. Nodul tiroid merupakan benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk pada kelenjar tiroid.
Baca juga: Sulit Punya Anak? Waspada Gangguan Tiroid
“Penyakit ini menyebabkan adanya benjolan yang terasa keras atau lembek pada area leher,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Senin (21/8/2023).
Dia menyebut dalam beberapa kasus, nodul tiroid bisa saja tidak menunjukan gejala dan kelenjar tiroid tetap dapat berfungsi dengan normal. Namun, apabila benjolan sudah membesar, ini bisa saja menyebabkan penekanan pada organ sekitar yang bisa mengakibatkan gangguan menelan atau gangguan suara sampai sesak nafas.
Pada sebagian kasus, benjolan tiroid disertai juga gangguan pada produksi hormon tiroid dan menimbulkan beberapa gejala yang bisa mengganggu kesehatan, baik itu hipertiroid maupun hipotiroid.
Dicky mengingatkan nodul tiroid bisa bersifat jinak dan juga bersifat ganas (kanker). Oleh sebab itu, memeriksakan benjolan di leher perlu dilakukan oleh dokter sedini mungkin meski tidak ada gejala yang mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah benjolan yang ada pada kelenjar tiroid bersifat jinak atau ganas, serta apakah terdapat gangguan pada fungsi kelenjar tiroid.
Bicara faktor risiko, wanita terbilang yang berisiko tinggi terkena kelenjar tiroid. Pasalnya kelenjar ini berkaitan erat dengan hormon estrogen yang diproduksi oleh wanita. “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu di antara delapan wanita dapat mengalami masalah pada kelenjar tiroidnya,” kata Dicky.
Kendati demikian, nodul tiroid juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, usia lanjut lebih dari 60 tahun, kekurangan yodium, riwayat paparan radiasi di area leher seperti pasien yang telah menjalani radioterapi di area kepala dan leher.
Dalam mendiagnosa nodul tiroid, ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan. Pertama, pemeriksaan USG tiroid yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengevaluasi benjolan kelenjar tiroid dan dilihat karakteristik detail dari benjolannya.
Dicky menyampaikan beberapa karakteristik seperti ukuran benjolan, tingkat kepadatan benjolan, jelas tidaknya batas benjolan, ada tidaknya pengapuran, ada tidaknya pembuluh darah yang mensuplai benjolan dapat memberikan informasi mengenai risiko keganasan suatu benjolan tiroid.
Kedua, ada yang dinamakan Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB) atau Biopsy Aspirasi Jarum Halus (BAJAH). BAJAH merupakan tindakan untuk mengambil beberapa sel dari benjolan kelenjar tiroid menggunakan spuit dengan jarum kecil.
Sel-sel yang diambil kemudian akan dilihat di bawah mikroskop. Tindakan sederhana ini dilakukan dengan panduan USG sehingga ujung jarum dapat diarahkan ke bagian benjolan tiroid yang dicurigai ganas dan aman untuk dilakukan. “Akurasi diagnosis tindakan ini cukup tinggi,” tuturnya.
Ketiga, core needle biopsy. Tindakan ini prinsipnya serupa dengan FNAB, hanya saja menggunakan jarum yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar sampel yang diambil lebih banyak dan jaringan yang dapat dilihat juga menjadi lebih luas. Biasanya, tindakan ini perlu dilakukan ketika hasil FNAB masih belum konklusif sehingga diperlukan konfirmasi sebelum menentukan perlu tidaknya tindakan lebih lanjut untuk benjolan tiroidnya.
Tindakan ini bisa juga dilakukan di awal pada kondisi tertentu dimana dokter mencurigai kelainan khusus seperti limfoma atau kanker tiroid meduler atau tuberkulosis. Tindakan ini juga dilakukan dengan panduan USG sehingga aman untuk dilakukan. “Tindakan ini memerlukan persiapan pemeriksaan darah,” imbuhnya.
Baca halaman berikutnya untuk tindakan mengecilkan benjolan tiroid tanpa operasi.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.