Ilustrasi bayi yang mengalami diare (Sumber gambar: kelvin agustinus/Pexels)

Diare Masih Jadi Ancaman Serius untuk Bayi & Balita, Vaksin Rotavirus Jadi Kunci Pencegahan

21 April 2025   |   20:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Diare masih menjadi salah satu tantangan kesehatan utama bagi anak-anak di Indonesia. Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dengan angka 9,8 persen juga signifikan pada balita yakni 4,5 persen.

Salah satu penyebab utama diare berat ini adalah infeksi rotavirus yang menyumbang sekitar 50 persen dari kasus diare akut cair pada anak-anak. Rotavirus adalah jenis virus yang sangat menular dan sering menyerang bayi dan anak-anak. Infeksi ini bisa menyebabkan dehidrasi parah dalam waktu singkat.

Baca juga: Waspadai Gangguan Pencernaan Berbahaya pada Anak Selain Diare

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI Prima Yosephine mengatakan, jika tidak ditangani dengan cepat, kejadian ini dapat berujung pada kematian. Selain itu, diare yang berkepanjangan atau berulang dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting.
 
“Ketika anak diare, zat mikro yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh ikut hilang bersama diarenya,” ujar Prima. Karena itu, upaya pencegahan menjadi langkah krusial, terutama melalui imunisasi.
 
Menyadari besarnya beban penyakit akibat rotavirus, Kementerian Kesehatan RI  menambahkan vaksin rotavirus ke dalam program imunisasi rutin nasional sejak 2022. Vaksin ini diberikan secara oral sebanyak tiga kali yakni saat bayi berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
 
Program imunisasi ini didesain untuk melindungi anak-anak sedini mungkin. Sebab, rentang usia pemberian vaksin ini terbatas,  hanya hingga usia 6 bulan 29 hari. Setelah lewat usia tersebut, anak sudah tidak bisa lagi mendapatkan vaksin ini secara gratis dalam program nasional.
 
Menurut Prima, imunisasi rotavirus sangat penting untuk memperluas perlindungan anak-anak dari risiko diare berat dan kematian. “Imunisasi ini harus bisa kita berikan dan mencapai cakupan yang cukup tinggi dan merata,” tegasnya.
 
Meski sudah menjadi bagian dari imunisasi rutin, cakupan vaksinasi rotavirus masih jauh dari ideal. Tantangan utama berasal dari ketakutan masyarakat terhadap imunisasi ganda, kurangnya informasi soal antigen baru, serta kesulitan mengakses layanan imunisasi karena jam pelayanan yang tidak fleksibel.
 
Survei yang dilakukan Kemenkes bersama UNICEF mengungkap bahwa sekitar 38% orang tua tidak membawa anaknya imunisasi karena takut anaknya mendapat lebih dari satu vaksin dalam satu waktu. Padahal, secara medis, pemberian imunisasi ganda telah terbukti aman dan efisien.
 
Pemerintah terus mendorong kolaborasi antara tenaga kesehatan, organisasi profesi, dan masyarakat untuk meningkatkan cakupan imunisasi rotavirus.

Menurut Prima, diperlukan kolaborasi kuat antara tenaga kesehatan, organisasi profesi, dan masyarakat untuk mengedukasi mengenai hal ini, sehingga terjadi  peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi yang tentu menjadi kunci untuk meminimalkan angka kematian bayi dan balita akibat diare, sekaligus mengurangi risiko stunting di masa depan.

 
Penyebab Kematian Tinggi pada Balita

Diare berat ini tidak hanya menjadi isu nasional. Bahkan di dunia, diare berat menjadi salah satu penyebab kematian utama anak-anak di dunia. Menurut data dari World Health Organization (WHO), diare menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian balita secara global, tepat setelah pneumonia dan komplikasi akibat kelahiran prematur.

Setiap tahunnya, diare berat merenggut nyawa lebih dari  443.000 anak balita dengan total kasus yang mencapai 17 miliar kejadian diare  per tahun di seluruh dunia.

Dokter Spesialis Anak Subspesialis Konsultan Tumbuh Kembang Hartono Gunardi menegaskan bahwa diare bukan hanya penyakit biasa yang dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang sangat serius. Selain menjadi penyebab kematian, diare juga merupakan salah satu penyebab utama malnutrisi dan stunting  pada anak-anak  yang secara langsung mengganggu proses tumbuh kembang.
 
“Diare berat jadi penyebab kematian ketiga terbesar di dunia menurut WHO. Dan ini merupakan penyebab utama malnutrisi, terutama stunting pada anak,” ujar Hartono.
 
Upaya pencegahan diare, menurut Hartono, harus dilakukan melalui strategi komprehensif yang meliputi penyediaan  air minum yang aman, sanitasi yang layak,  kebersihan makanan dan tangan, pemberian  ASI eksklusif selama 6 bulan, serta  edukasi tentang transmisi penyakit. Salah satu langkah penting yang juga tidak boleh dilupakan adalah  imunisasi rotavirus.
 
Vaksin rotavirus diberikan secara  oral dan mengandung virus hidup yang dilemahkan. Hartono menjelaskan, vaksin ini bekerja dengan cara bereplikasi di dalam usus dan merangsang tubuh membentuk kekebalan terhadap infeksi rotavirus.

Saat ini, terdapat 3 jenis vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia, dua jenis monovalent, serta satu jenis pentavalen. Jenis monovalent  digunakan dalam program imunisasi nasional.
 
Efektivitas vaksin memang bervariasi, tergantung pada tingkat kematian balita di negara masing-masing. Hartono menyebut, di negara dengan tingkat kematian balita rendah, efektivitas vaksin bisa mencapai 86%. Namun di negara-negara dengan tingkat kematian tinggi, termasuk beberapa wilayah di Indonesia, efektivitasnya lebih rendah yakni sekitar 57,2% untuk bayi di bawah 12 bulan dan 48% untuk anak usia 1–2 tahun.
 
Selain menurunkan risiko infeksi, vaksinasi rotavirus juga terbukti mampu mengurangi angka rawat inap akibat infeksi rotavirus sebesar 59?n menurunkan kematian akibat gastroenteritis akut hingga 36% .
 
Dalam program imunisasi nasional, vaksin rotavirus diberikan sebanyak 3 dosis. Menurut Hartono, pemberian vaksin ini  harus dilakukan terlebih dahulu sebelum vaksin suntik lainnya. Sebab, vaksin rotavirus berbentuk tetes yang mengandung sukrosa yang bisa membantu mengurangi rasa nyeri saat bayi menerima vaksin suntik setelahnya.
 
Penting juga untuk mengetahui bahwa vaksin ini  tidak diberikan saat anak sedang mengalami diare atau demam dan memiliki kontraindikasi pada anak dengan gangguan kekebalan berat atau riwayat penyakit penyumbatan usus.
 
Hartono menyebut, dengan penerapan perilaku hidup bersih, pola makan yang sehat, dan vaksinasi lengkap, termasuk vaksin rotavirus bisa menurunkan angka kematian dan mencegah stunting pada generasi masa depan. Masyarakat juga perlu memahami manfaat dan keamanan vaksin ini, serta tidak khawatir akan efek samping yang sering kali tidak membahayakan.
 
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyampaikan bahwa anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi diare. Sebab, sistem kekebalan mereka belum berkembang secara optimal.
 
“Anak itu termasuk kelompok yang rentan, sistem kekebalannya belum matang, rentan terinfeksi, dan risiko kematiannya lebih tinggi daripada orang dewasa,” jelas Piprim.
 
Pada usia dini, anak-anak masih berada dalam fase oral yaitu fase di mana mereka sering memasukkan benda-benda ke dalam mulut. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap penularan penyakit berbasis oralfekal seperti infeksi rotavirus.

Anak belum bisa menjaga kebersihan dengan baik meskipun sudah diajarkan. Mereka juga sering bermain atau berinteraksi dengan anak-anak lain, sehingga penyebaran virus sangat mudah terjadi terutama di lingkungan seperti daycare atau tempat penitipan anak. Rotavirus sendiri bisa menyebabkan diare berat yang datang secara tiba-tiba atau tanpa gejala awal yang mencolok.

“Untuk rotavirus, itu biasanya bayi akan mengalami diare lebih dari 15–20 kali, berbau asam, dan menyemprot, sering disertai muntah,” ujarnya.
 
Diare seperti ini sangat cepat menyebabkan dehidrasi berat. Apalagi, tubuh anak terdiri dari sekitar 70–72?iran. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kejang-kejang bahkan kematian. Banyak anak yang akhirnya harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus karena sudah tidak bisa diberi minum secara oral.
 
Hingga saat ini, belum ada terapi spesifik untuk infeksi rotavirus. Penanganan diare hanya bersifat suporti  seperti pemberian cairan rehidrasi dan perawatan gejala. Karena itu, pencegahan melalui vaksinasi menjadi langkah paling efektif dan efisien. Bahkan secara ekonomi, vaksin jauh lebih murah dibandingkan biaya pengobatan.
 
Diare berulang pada anak tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga bisa berakibat buruk dalam jangka panjang. Piprim menyebutkan, anak yang sering sakit berisiko mengalami gangguan pertumbuhan yang berujung pada stunting, serta keterlambatan perkembangan kognitif dan sosial. Mereka juga bisa tertinggal dalam pendidikan karena sering absen dari sekolah.
 
Selain itu, keluarga juga mengalami beban ekonomi dan sosial. Biaya rawat inap, transportasi, hingga waktu orang tua yang terbuang karena harus merawat anak, merupakan kerugian besar yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi yang tepat waktu.

Baca juga: Pneumonia Masih Mengintai Balita, Ini Pentingnya Vaksinasi PCV

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Paus Wafat, Ritual Agung Vatikan pun Dimulai

BERIKUTNYA

Mahasiswa RI ke AS Capai 8.348, Terbesar Kedua di Asia Tenggara

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: