Ilustrasi tiroid (Sumber gambar: Olha Ruskykh/Pexels)

Cek Pentingnya Deteksi Dini Tiroid pada Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir

02 December 2024   |   07:59 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Penyakit tiroid masih menjadi tantangan kesehatan utama di Indonesia. Tingginya prevalensi dan rendahnya tingkat penanganan memperburuk upaya pengendalian. Menurut Kemenkes RI, penyakit ini dapat disebabkan oleh gangguan pada kelenjar pituitari, kerusakan kelenjar tiroid akibat radiasi, pengaruh obat litium, atau kelebihan yodium dalam tubuh.

Salah satu cara mengatasi tiroid  adalah dengan melakukan deteksi dini, khususnya pada ibu hamil dan bayi baru lahir. Skrining dan pengobatan dini ini bisa menyelamatkan kualitas hidup individu dan mencegah beban ekonomi yang besar bagi negara.

Baca juga: Bisa Melatih Fisik & Mental, Begini Persiapan Yoga Prenatal untuk Ibu Hamil

Di Indonesia, skrining hipotiroidisme kongenital (SHK) untuk bayi baru lahir telah diperkenalkan sejak 2014, sebelum mulai terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 2023. Program ini memungkinkan lebih dari 1,7 juta bayi menjalani skrining pada 2024. Deteksi dini hipotiroidisme kongenital sangat penting karena gangguan ini, jika tidak tertangani, dapat menyebabkan disabilitas intelektual permanen dan gangguan pertumbuhan fisik.

Direktur Eksekutif International Pediatric Association (IPA) Aman Bhakti Pulungan mengatakan, hipotiroidisme kongenital yang tidak terdeteksi akan berdampak buruk pada perkembangan mental dan fisik anak.

"Hipotiroidisme kongenital dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik yang serius jika tidak terdeteksi sejak dini,” jelasnya. Skrining sejak bayi baru lahir menjadi langkah kunci untuk memastikan pengobatan segera dan menghindari komplikasi jangka panjang. 

Tidak hanya pada bayi baru lahir, gangguan tiroid pada ibu hamil juga memerlukan perhatian serius. Selama kehamilan, kelenjar tiroid bisa mengalami pembesaran hingga 10% yang berpotensi memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Laporan American Thyroid Association (2017) memperkirakan 5-7% kehamilan mengalami disfungsi tiroid dengan tingkat prevalensi gangguan tiroid pada wanita hamil yang mencapai 16,5%.

Skrining tiroid universal untuk ibu hamil terbilang relevan terutama di negara dengan prevalensi tinggi seperti Indonesia. Program ini membantu mendeteksi masalah tiroid lebih awal dan memungkinkan pengobatan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang membahayakan ibu dan bayi.

Skrining universal untuk ibu hamil dan bayi baru lahir tidak hanya memberikan manfaat kesehatan tetapi juga berdampak signifikan secara ekonomi. Studi Universitas Indonesia pada 2024 menunjukkan bahwa penerapan skrining universal dapat menghemat biaya hingga Rp1,4 triliun dibandingkan dengan tanpa skrining atau Rp801 miliar dibandingkan dengan skrining terbatas pada kelompok berisiko tinggi.

Selain itu, deteksi dini memungkinkan pasien menerima pengobatan sebelum komplikasi serius terjadi. Hal ini bisa membantu meningkatkan produktivitas individu dan mengurangi beban biaya kesehatan jangka panjang yang menjadi solusi efektif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Aman mengatakan, deteksi dini penyakit tiroid pada ibu hamil dan bayi baru lahir ini menjadi langkah esensial untuk mengatasi dampak kesehatan  sekaligus ekonomi yang ditimbulkan oleh gangguan ini. Skrining universal dinilainya efisien dan mampu hemat biaya, sehingga perlu menjangkau populasi yang lebih luas. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Resep Kue Rambutan yang Cocok Untuk Sajian Natal

BERIKUTNYA

Cek Jadwal dan Kisi-kisi Materi Tes Seleksi PPPK 2024 Tahap 1

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: