Krista Endinda Luncurkan Induk Macan, Buku Hasil Pengamatan tentang Tren Parenting
21 August 2023 |
19:45 WIB
Content creator atau pembuat konten terkait pola asuh anak alias parenting, Krista Endinda meluncurkan buku bertajuk Induk Macan. Sebuah karya yang berisi tentang parenting itu terinspirasi dari pengamatannya terhadap tren yang terjadi dalam pola pengasuhan di Indonesia selama ini dan berharap dapat memberikan panduan kepada para ibu.
Wanita yang kerap disapa Dinda itu mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya terkait dengan dunia parenting itu menunjukkan bahwa seseorang tidak perlu meninggalkan budaya pengasuhan anak yang dimiliki selama ini. “Akan jadi salah kalau kita meninggalkan budaya kita untuk menjadi orang tua yang baik,” katanya dalam peluncuran buku Induk Macan secara daring, Senin (21/08/2023).
Baca juga:Resensi Buku Kapten Hanya Ingin ke Dili, Sebuah Penyegaran yang Menarik
Dalam proses penelitiannya, Dinda menemukan banyak orang tua di dalam negeri sudah mulai terbuka dengan pola pengasuhan populer. Kondisi itu dapat terlihat dari banyak orang tua yang mengharuskan anak bisa berbahasa Inggris atau bersekolah di sekolah internasional.
Menurutnya, mereka benar-benar memiliki kiblat parenting ke barat. Orang tua yang menelan mentah-mentah gaya parenting dari barat kerap memperlihatkan bahwa pola pengasuhan itu tidak cocok.
Kondisi itu terlihat dari upaya keras yang dilakukan ketika menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, cara pengasuhan yang sama terlihat dapat berjalan mulus ketika diterapkan di dalam negeri. “Ternyata ada konflik antara budaya dan parenting populer,” tegasnya.
Menurut Dinda, orang tua tidak perlu meninggalkan atau melawan tradisi timur dalam menerapkan pola pengasuhan anak ketika terdapat paham baru dalam dunia parenting. Salah satu contohnya adalah sapaan terhadap orang tua pria.
Menurutnya, anak tidak perlu mengubah sebutan bapak dengan sebutan lain atau kebiasaan salim ketika berhadapan dengan individu yang lebih tua. kebiasaan dan budaya itu adalah bentuk orang timur yang sangat menjunjung tinggi hirarki sosial.
Dia menginginkan orang Indonesia bisa menghargai budaya Indonesia. Menurutnya, bahwa orang tua di Indonesia cenderung lebih tegas kepada anak karena mereka percaya anaknya mampu dan kuat.
Sementara itu, pandangan pola pengasuhan di barat adalah jangan sampai anak terkena mental health. Dengan kata lain, maka orang tua di barat melihat anak dari sisi kerapuhan. “Di balik budaya ada alasan yang indah. Jadi, jangan sampai tergerus budaya western,” katanya.
Menurutnya, orang tua perlu mencari keseimbangan dalam pola pengasuhan anak antara budaya barat dan timur.
Pada saat yang sama, psikolog klinis anak dan remaja Saskhya Aulia Prima mengatakan bahwa parenting dan psikologi adalah ilmu yang lumayan baru, sehingga banyak penemuan yang baru berdasarkan data historis yang belum tentu salah. Dalam menerapkan pola pengasuhan anak, dia kerap mengombinasikannya.
Dia mengaku sebagai penganut teknis parenting dari luar negeri dalam beberapa hal seperti feeding rules lantaran beberapa riset menunjukkan baik untuk metabolisme. Sementara makanan yang dikonsumsi tidak harus sajian seperti orang luar negeri.
Dirinya juga kerap menghadapi konflik batin ketika memiliki pandangan tertentu yang berbeda dengan orang tua seperti meletakkan barang-barang di bawah tempat tidur bayi dan juga meletakkan bayi di tempat tidurnya sendiri.
Baca juga: Anak-anak Lebih Disarankan Membaca Buku Fisik Dibanding E-Book, Begini Alasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Puput Ady SUkarno
Wanita yang kerap disapa Dinda itu mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya terkait dengan dunia parenting itu menunjukkan bahwa seseorang tidak perlu meninggalkan budaya pengasuhan anak yang dimiliki selama ini. “Akan jadi salah kalau kita meninggalkan budaya kita untuk menjadi orang tua yang baik,” katanya dalam peluncuran buku Induk Macan secara daring, Senin (21/08/2023).
Baca juga:Resensi Buku Kapten Hanya Ingin ke Dili, Sebuah Penyegaran yang Menarik
Dalam proses penelitiannya, Dinda menemukan banyak orang tua di dalam negeri sudah mulai terbuka dengan pola pengasuhan populer. Kondisi itu dapat terlihat dari banyak orang tua yang mengharuskan anak bisa berbahasa Inggris atau bersekolah di sekolah internasional.
Menurutnya, mereka benar-benar memiliki kiblat parenting ke barat. Orang tua yang menelan mentah-mentah gaya parenting dari barat kerap memperlihatkan bahwa pola pengasuhan itu tidak cocok.
Krista Endinda meluncurkan buku berjudul Induk Macan (Sumber gambar: press rilis)
Kondisi itu terlihat dari upaya keras yang dilakukan ketika menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, cara pengasuhan yang sama terlihat dapat berjalan mulus ketika diterapkan di dalam negeri. “Ternyata ada konflik antara budaya dan parenting populer,” tegasnya.
Menurut Dinda, orang tua tidak perlu meninggalkan atau melawan tradisi timur dalam menerapkan pola pengasuhan anak ketika terdapat paham baru dalam dunia parenting. Salah satu contohnya adalah sapaan terhadap orang tua pria.
Menurutnya, anak tidak perlu mengubah sebutan bapak dengan sebutan lain atau kebiasaan salim ketika berhadapan dengan individu yang lebih tua. kebiasaan dan budaya itu adalah bentuk orang timur yang sangat menjunjung tinggi hirarki sosial.
Dia menginginkan orang Indonesia bisa menghargai budaya Indonesia. Menurutnya, bahwa orang tua di Indonesia cenderung lebih tegas kepada anak karena mereka percaya anaknya mampu dan kuat.
Sementara itu, pandangan pola pengasuhan di barat adalah jangan sampai anak terkena mental health. Dengan kata lain, maka orang tua di barat melihat anak dari sisi kerapuhan. “Di balik budaya ada alasan yang indah. Jadi, jangan sampai tergerus budaya western,” katanya.
Menurutnya, orang tua perlu mencari keseimbangan dalam pola pengasuhan anak antara budaya barat dan timur.
Pada saat yang sama, psikolog klinis anak dan remaja Saskhya Aulia Prima mengatakan bahwa parenting dan psikologi adalah ilmu yang lumayan baru, sehingga banyak penemuan yang baru berdasarkan data historis yang belum tentu salah. Dalam menerapkan pola pengasuhan anak, dia kerap mengombinasikannya.
Dia mengaku sebagai penganut teknis parenting dari luar negeri dalam beberapa hal seperti feeding rules lantaran beberapa riset menunjukkan baik untuk metabolisme. Sementara makanan yang dikonsumsi tidak harus sajian seperti orang luar negeri.
Dirinya juga kerap menghadapi konflik batin ketika memiliki pandangan tertentu yang berbeda dengan orang tua seperti meletakkan barang-barang di bawah tempat tidur bayi dan juga meletakkan bayi di tempat tidurnya sendiri.
Baca juga: Anak-anak Lebih Disarankan Membaca Buku Fisik Dibanding E-Book, Begini Alasannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Puput Ady SUkarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.