Salah satu lukisan Sudarso yang dipacak di Rubannah Underground (Sumber gambar: Rubannah Underground)

Profil Sudarso, Maestro Lukis yang Bermula dari Pengantar Susu

14 August 2023   |   18:59 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Di antara sederet pelukis yang dekat dengan Presiden Soekarno, nama Sudarso mungkin kalah tenar ketimbang Hendra Gunawan, Basoeki Abdullah, atau Affandi. Namun, kiprah perupa asal Ajibarang, Purwokerto, Jawa Tengah ini tak perlu diragukan lagi. 

Memulai karier sebagai pengantar susu di Bandung, Jawa Barat pada 1930-an, kelak Sudarso dikenal sebagai salah satu maestro lukis Indonesia. Bahkan, lukisan-lukisannya kini menjadi koleksi Istana Kepresidenan dan sederet museum besar di Tanah Air. 

Baca juga: Menengok Profil & Kiprah Seniman Grafis Setiawan Sabana

Ketika masih mengantar susu, salah satu pelanggannya adalah Affandi yang selalu asyik tengah melukis ketika Sudarso nganter ke tempatnya. Tergugah akan minatnya terhadap dunia visual, setiap hari selama berjam-jam dia duduk menunggu sang maestro itu berkarya dengan kanvas. 

Melihat minat tersebut, Affandi pun memberikan sisa-sisa bekas catnya pada Sudarso agar dia melukis sesuai keinginannya. Beberapa hari berselang, dia terpukau dengan bakat alami si pengantar susu lewat hasil lukisan dari bekas cat yang diberikan. 

Perlahan tapi pasti, Sudarso lalu berlatih bersama dengan pelukis-pelukis muda di Bandung, termasuk Affandi, Barli, Wahdi, Hendra dan Koos. Tak hanya itu, dia juga ikut bergabung dalam Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) bersama perupa lain, yakni Sudjojono dan Dullah.
 
 

Namun, berbeda dengan seniman lain, kurator Arham Rahman menyebut Sudarso lebih dikenal sebagai sosok sederhana dan pendiam. Menurutnya, dalam segi pengkaryaan dia tidak seekspresif Hendra atau Affandi yang menjadi mentornya.

Arham mengungkap corak lukisan Affandi lebih kuat di garis dan Hendra banyak menggunakan nuansa deformatif. Sedangkan, Sudarso lebih condong ke arah gaya impresif dan kelak menjadi realis. Dia juga identik dikenal sebagai pelukis figur serta lukisan telanjang.

"Dalam aspek kekaryaan karya-karya mereka sebenarnya hampir sulit dibedakan, terutama sebelum tahun 1950-an. Namun, ketiganya akhirnya berhasil membangun gayanya masing-masing," paparnya.

Selama rentang hidupnya (1914-2006) Sudarso pun banyak menghasilkan karya yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno, terutama lukisan dengan figur-figur perempuan. Beberapa di antaranya adalah Dik Kedah (1952), Wanita Berkebaya Kuning (1950-1970), Berselendang Pelangi (1950-1970), dan Rini (1958).

Selain figur perempuan yang menjadi ciri khasnya, Sudarso juga sempat menggarap lukisan dengan tema pewayangan. Lewat seri ini dia banyak mengadaptasi kisah-kisah dalam kakawin atau pewayangan Jawa dengan menggambarkan satu atau beberapa adegan cerita di atas kanvas.

Beberapa karya dengan tema itu adalah Ramayana (1960), Arjunawiwaha (1961) yang dibuat ulang pada 1964, serta Ken Arok (1971). Akan tetapi, dari sekian karya tersebut yang paling populer adalah lukisan berjudul Arjunawiwaha yang dipajang di Hotel Indonesia dan memiliki ukuran besar, yakni 110 X 300 cm.
 

Lukisan Sudarso berjudul Berjualan di Pantai cat minyak di atas kanvas 60,5 X 80 cm, 1968  (Sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)

Lukisan Sudarso berjudul Berjualan di Pantai cat minyak di atas kanvas 60,5 X 80 cm, 1968 (Sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)

Menurut Arham, puncak artistik dari pengkaryaan Sudarso adalah periode 1950-1970 akhir. Hampir semua karya terbaiknya memang lahir pada rentang tahun tersebut. Hal itu tercermin dalam lukisan Pantai Parangtritis (1978), dan Berjualan di Pantai (1968). Keunikan lain dari sang seniman adalah selalu menggunakan cat sisa sebagai latar lukisannya.

Pada dekade 1980-1990an, Sudarso mulai dimakan usia. Karya-karyanya juga mulai terlihat repetitif, baik secara gagasan maupun bentuk. Kendati begitu dia telah menunjukkan semangat seorang seniman yang mendedikasikan seluruh hidupnya hanya untuk melukis, hingga maut menjemputnya pada 20 Juni 2006. 

Baca juga: Eksklusif Profil Seniman Didik Nini Thowok, Melampaui Batas Gender dan Budaya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Desainer Nicklas Skovgaard Membuat Debut Eksklusif di Copenhagen Fashion Week

BERIKUTNYA

5 Destinasi Wisata Lokal yang Cocok Dikunjungi untuk Merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: