Melihat Dunia Tanpa Batas di Pameran Love Alchemy
29 July 2023 |
18:50 WIB
2
Likes
Like
Likes
Ada perubahan besar yang sedang Helena Abidin jalani dalam beberapa tahun terakhir ini. Hari ini dan ke depan, transformasi perjalanan hidupnya tak akan berhenti. Helena memeluk perubahan layaknya teman yang selalu menemaninya menuju ke hal-hal tak terduga.
Melalui pameran bertajuk Love Alchemy, Helena ingin menggambarkan transformasi tersebut. Pameran yang digelar di The Art Space StudioKha, Plaza Pondok Indah 2, Jakarta ini menampilkan sekitar 70 lukisan karyanya dengan dimensi berbeda-beda. Karya-karyanya itu hanya dipamerkan satu hari saja pada Sabtu, 29 Juli 2023.
Baca juga: 5 Agenda Pameran Seni & Fotografi Agustus 2023, dari Eko Nugroho hingga Andy Dewantoro
Sebagai perupa, Helena Abidin percaya bahwa koneksi manusia menuju ke sebuah dunia tanpa batas itu ada. Di dalam tranformasinya ini, dia pun mencoba untuk keluar dari berbagai kungkungan yang tampaknya membantu, tetapi sebenarnya tidak.
“Saya mencoba melepaskan diri dari hal-hal yang membatasi bahwa ‘oh melukis harus di tempat tertentu atau jam tertentu’, saya terus belajar membebaskan diri dan berkreasi di mana saja dan menggunakan apa saja,” ungkap Helena saat ditemui Hypeabis.id di sela-sela pamerannya, Jakarta, Sabtu (29/7).
Helena menyebut pameran ini adalah proses merilis pengalaman batin dan spiritualisnya dalam menuju dunia tanpa batas. Di dunia tanpa batas itu, dirinya merasa bisa mengoneksikan hati, menyambungkannya ‘Ke Atas’, dan membiarkan energi itu menuntunnya menuju proses kreativitas yang dituangkannya ke dalam kanvas.
Love Alchemy yang menjadi judul besarnya dalam pameran ini menuangkan ekspresi itu dengan mengagumkan. Alchemy sendiri berarti penciptaan sesuatu yang tadinya tidak ada, menjadi ada, dengan cinta.
Misalnya, dalam lukisan Divine’s Flow. Dalam karya berdimensi 120 x 90cm itu, sang pelukis tampak menghadirkan nuansa tarian kosmik yang magis. Namun, goresan-goresannya membentuk harmoni dalam bentuk yang estetik. Lukisan ini juga menjadi center dalam pameran ini. Letaknya berada di sudut yang strategis. Setiap pengunjung yang hadir akan langsung disambut oleh lukisan Divine’s Flow.
Palet warna yang hadir tersebut adalah ungu, merah muda, dan emas. Helena menyebut itu sebagai warna yang menggambarkan spiritualitas. Warna-warna serupa juga banyak dipakainya di hampir mayoritas lukisannya kali ini.
Dalam beberapa lukisannya, Helena juga kerap memainkan bentuk lingkaran di tengah lukisannya yang disertai goresan-goresan warna indah yang tampak melingkar. Gaya ini menimbulkan kesan tentang sumber kehidupan yang begitu penting dalam mengarungi waktu demi waktu. Dan manusia, hanya goresan kecil yang berada di sekitar Sang Pencipta.
Namun, di antara puluhan lukisannya yang cukup colorful, ada satu karya yang berbeda. Dalam lukisan berjudul Life Force tersebut, Helena justru menggunakan palet hitam dan sebuah lingkaran berwarna emas.
Inspirasi lukisan ini rupanya datang saat dirinya menonton film The Woman King. Film yang berkisah tentang wanita berkulit hitam yang powerfull. Kisah itu kemudian memengaruhi rasa hatinya dalam menggarap karya ini.
Sebagai seniman, Helena sengaja membuat lukisan yang memiliki dimensi cukup beragam. Ada yang besar dan ada yang kecil. Semua itu dimaksudkan agar lukisan-lukisannya lebih inklusif dan dinikmati semua orang.
Dalam proses berkaryanya, tidak ada pergulatan batin tertentu yang dihadapinya. Dia hanya menggoreskan gambar dan warna-warna untuk membagi rasa bahagia, keseimbangan hidup, dan cinta.
“Dalam berkarya, saya tidak memasang target apa-apa. Saya biarkan ia mengalir. Mungkin perjalanan saya menekuni dunia meditasi belakangan juga memengaruhi itu,” imbuhnya.
Kini, setiap karyanya adalah sebuah proses merilis cerminan hatinya yang penuh kegembiraan dan kebebasan. Melalui karyanya, Eks Board of Directors dan Direktur Pemasaran sebuah brand otomotif Eropa ternama itu ingin berbagi perjalanan penemuan jati dirinya, sebuah transformasi yang mengantarkannya merangkul semangat kreatif.
Baca juga: Pameran Seni Rupa & NFT Re-Identify Hadirkan Karya Seni Multiplatform
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Melalui pameran bertajuk Love Alchemy, Helena ingin menggambarkan transformasi tersebut. Pameran yang digelar di The Art Space StudioKha, Plaza Pondok Indah 2, Jakarta ini menampilkan sekitar 70 lukisan karyanya dengan dimensi berbeda-beda. Karya-karyanya itu hanya dipamerkan satu hari saja pada Sabtu, 29 Juli 2023.
Baca juga: 5 Agenda Pameran Seni & Fotografi Agustus 2023, dari Eko Nugroho hingga Andy Dewantoro
Sebagai perupa, Helena Abidin percaya bahwa koneksi manusia menuju ke sebuah dunia tanpa batas itu ada. Di dalam tranformasinya ini, dia pun mencoba untuk keluar dari berbagai kungkungan yang tampaknya membantu, tetapi sebenarnya tidak.
“Saya mencoba melepaskan diri dari hal-hal yang membatasi bahwa ‘oh melukis harus di tempat tertentu atau jam tertentu’, saya terus belajar membebaskan diri dan berkreasi di mana saja dan menggunakan apa saja,” ungkap Helena saat ditemui Hypeabis.id di sela-sela pamerannya, Jakarta, Sabtu (29/7).
Pameran Love Alchemy (Sumber gambar: Himawan L Nugraha/Hypeabis.id)
Love Alchemy yang menjadi judul besarnya dalam pameran ini menuangkan ekspresi itu dengan mengagumkan. Alchemy sendiri berarti penciptaan sesuatu yang tadinya tidak ada, menjadi ada, dengan cinta.
Misalnya, dalam lukisan Divine’s Flow. Dalam karya berdimensi 120 x 90cm itu, sang pelukis tampak menghadirkan nuansa tarian kosmik yang magis. Namun, goresan-goresannya membentuk harmoni dalam bentuk yang estetik. Lukisan ini juga menjadi center dalam pameran ini. Letaknya berada di sudut yang strategis. Setiap pengunjung yang hadir akan langsung disambut oleh lukisan Divine’s Flow.
Lukisan Divine’s Flow di Pameran Love Alchemy (Sumber gambar: Himawan L Nugraha/Hypeabis.id)
Palet warna yang hadir tersebut adalah ungu, merah muda, dan emas. Helena menyebut itu sebagai warna yang menggambarkan spiritualitas. Warna-warna serupa juga banyak dipakainya di hampir mayoritas lukisannya kali ini.
Dalam beberapa lukisannya, Helena juga kerap memainkan bentuk lingkaran di tengah lukisannya yang disertai goresan-goresan warna indah yang tampak melingkar. Gaya ini menimbulkan kesan tentang sumber kehidupan yang begitu penting dalam mengarungi waktu demi waktu. Dan manusia, hanya goresan kecil yang berada di sekitar Sang Pencipta.
Namun, di antara puluhan lukisannya yang cukup colorful, ada satu karya yang berbeda. Dalam lukisan berjudul Life Force tersebut, Helena justru menggunakan palet hitam dan sebuah lingkaran berwarna emas.
Inspirasi lukisan ini rupanya datang saat dirinya menonton film The Woman King. Film yang berkisah tentang wanita berkulit hitam yang powerfull. Kisah itu kemudian memengaruhi rasa hatinya dalam menggarap karya ini.
Lukisan Life Force di Pameran Love Alchemy (Sumber gambar: Himawan L Nugraha/Hypeabis.id)
Sebagai seniman, Helena sengaja membuat lukisan yang memiliki dimensi cukup beragam. Ada yang besar dan ada yang kecil. Semua itu dimaksudkan agar lukisan-lukisannya lebih inklusif dan dinikmati semua orang.
Dalam proses berkaryanya, tidak ada pergulatan batin tertentu yang dihadapinya. Dia hanya menggoreskan gambar dan warna-warna untuk membagi rasa bahagia, keseimbangan hidup, dan cinta.
“Dalam berkarya, saya tidak memasang target apa-apa. Saya biarkan ia mengalir. Mungkin perjalanan saya menekuni dunia meditasi belakangan juga memengaruhi itu,” imbuhnya.
Kini, setiap karyanya adalah sebuah proses merilis cerminan hatinya yang penuh kegembiraan dan kebebasan. Melalui karyanya, Eks Board of Directors dan Direktur Pemasaran sebuah brand otomotif Eropa ternama itu ingin berbagi perjalanan penemuan jati dirinya, sebuah transformasi yang mengantarkannya merangkul semangat kreatif.
Baca juga: Pameran Seni Rupa & NFT Re-Identify Hadirkan Karya Seni Multiplatform
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.