Ternyata, Bapak Bom Atom Oppenheimer Sangat Menyukai Nasi Goreng
25 July 2023 |
20:30 WIB
Selain tentang ilmu fisika, ilmuwan yang dijuluki Bapak Bom Atom, Robert J. Oppenheimer juga diceritakan sangat menyukai salah satu makanan asal Indonesia, yaitu nasi goreng. Bahkan, dia piawai memasaknya sendiri dan memperkenalkan menu favoritnya tersebut kepada teman-temannya.
Dikutip dari wawancara Martin J. Sherwin dengan Harold Cherniss dalam laman Atomic Heritage Foundation, Cherniss menyebutkan bahwa suatu malam Oppenheimer mengatakan bahwa dia mengetahui tentang hidangan dari Pulau Laut Selatan yang indah yang disebut nasi goreng.
Baca juga: Tanpa CGI, Christoper Nolan Garap Film Oppenheimer dengan Teknik Spesial
Pada saat itu, dia meminta kepada istri Cherniss bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat nasi goreng, seperti mentega dalam jumlah besar, paprika merah, daging sapi, dan sebagainya. Setelah bahan yang diminta terkumpul, sang fisikawan datang dan memasaknya di dapur.
Langkah pertama yang dilakukan Oppenheimer adalah dengan memasukkan mentega ke dalam wajan besar dan melelehkannya. Kemudian, dia memasukkan daun salam, paprika, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan. Setelah itu, Oppenheimer menuangkan kembali seluruh mentega yang ada.
Untuk memasak nasi goreng, sang bapak bom atom memerlukan waktu sektiar satu hingga satu setengah jam. Pada saat itu, dia dengan sang istri melihat bagaimana cara Oppenheimer mengolah makanan tersebut.
Saat selesai, Oppenheimer meminta beberapa telur setengah matang. Istri Cherniss yang merasakan nasi goreng buatan sang fisikawan juga menyantapnya dengan telur. Setelah keduanya mengambil bagian mereka, Cherniss menghabiskan semuanya. Baginya, makanan yang kerap disebut nasty gory oleh teman-teman sang fisikawan itu memiliki rasa yang enak.
Dari sumber lainnya, perkenalan Oppenheimer dengan nasi goreng diceritakan dalam buku American Prometheus - The Triumph & Tragedy of J. Robert Oppenheimer. Buku itu menuliskan bahwa sang bapak bom atom mengenal nasi goreng dari Else Uhlenbeck, yakni istri dari fisikawan George Uhlenbeck.
Else disebut mengajarkannya membuat nasi goreng ketika berada di Belanda. Kemudian, Oppenheimer memperkenalkan masakan itu kepada teman-temannya dengan cita rasa yang sangat pedas, ketika mereka melakukan perjalanan lebih dari 200 mile.
Pada saat itu, teman-temannya mengatakan bahwa mereka bosan dengan selai kacang biasa yang dibawa sebagai perbekalan.
Untuk diketahui, pria yang dikenal sebagai bapak bom atom itu lahir pada 12 April 1904 dari pasangan Julius S. Oppenheimer dan Ella Friedman. Oppenheimer menempuh pendidikan di Universitas Harvard pada 1922.
Pria yang memiliki darah seni dari sang ibu itu memiliki keunggulan dalam sejumlah mata pelajaran, seperti fisika, kimia, bahasa Latin dan Yunani, menerbitkan puisi, dan belajar tentang filsafat. Lulus pada 1925, Oppenheimer menjadi seorang fisikawan, meskipun belajar kimia.
Keterlibatan sang profesor dengan proyek Manhattan terjadi setelah Oppenheimer menikah dengan seorang wanita bernama Katherine Peuning Harrison, yakni seorang mahasiswi yang disebut-sebut memiliki pemikiran radikal.
Mereka menikah pada November 1940 atau ketika Perang Dunia II baru berjalan sekitar 1 tahun. Dia disebut sangat semangat dalam keterlibatannya mengembangkan bom atom dengan mulai mencari proses pemisahan uranium - 235 dari uranium alam dan menentukan masa kritisnya.
Penelitiannya itu tidak dapat dilepaskan dari penelitian yang dilakukan oleh Nils Bohr, Lise, Meitner, dan Leo Szilard. Pada 1942, Oppenheimer diundang oleh angkatan darat yang mendapatkan tanggung jawab mengorganisir fisikawan Inggris dan Amerika Serikat untuk mencari cara memanfaatkan nuklir dengan nama proyek Manhattan.
Baca juga: Apa Itu Proyek Manhattan, yang melibatkan Oppenheimer?
Dia mendapatkan perintah untuk mendirikan dan menjalankan laboratorium untuk membuat bom atom. Berbagai fisikawan terbaik diajaknya sampai pada akhirnya dia disebut mengelola lebih dari 3.000 orang dan membuatnya mendapat julukan Bapak Bom Atom.
Editor: Fajar Sidik
Dikutip dari wawancara Martin J. Sherwin dengan Harold Cherniss dalam laman Atomic Heritage Foundation, Cherniss menyebutkan bahwa suatu malam Oppenheimer mengatakan bahwa dia mengetahui tentang hidangan dari Pulau Laut Selatan yang indah yang disebut nasi goreng.
Baca juga: Tanpa CGI, Christoper Nolan Garap Film Oppenheimer dengan Teknik Spesial
Pada saat itu, dia meminta kepada istri Cherniss bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat nasi goreng, seperti mentega dalam jumlah besar, paprika merah, daging sapi, dan sebagainya. Setelah bahan yang diminta terkumpul, sang fisikawan datang dan memasaknya di dapur.
Langkah pertama yang dilakukan Oppenheimer adalah dengan memasukkan mentega ke dalam wajan besar dan melelehkannya. Kemudian, dia memasukkan daun salam, paprika, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan. Setelah itu, Oppenheimer menuangkan kembali seluruh mentega yang ada.
Untuk memasak nasi goreng, sang bapak bom atom memerlukan waktu sektiar satu hingga satu setengah jam. Pada saat itu, dia dengan sang istri melihat bagaimana cara Oppenheimer mengolah makanan tersebut.
Saat selesai, Oppenheimer meminta beberapa telur setengah matang. Istri Cherniss yang merasakan nasi goreng buatan sang fisikawan juga menyantapnya dengan telur. Setelah keduanya mengambil bagian mereka, Cherniss menghabiskan semuanya. Baginya, makanan yang kerap disebut nasty gory oleh teman-teman sang fisikawan itu memiliki rasa yang enak.
Dari sumber lainnya, perkenalan Oppenheimer dengan nasi goreng diceritakan dalam buku American Prometheus - The Triumph & Tragedy of J. Robert Oppenheimer. Buku itu menuliskan bahwa sang bapak bom atom mengenal nasi goreng dari Else Uhlenbeck, yakni istri dari fisikawan George Uhlenbeck.
Else disebut mengajarkannya membuat nasi goreng ketika berada di Belanda. Kemudian, Oppenheimer memperkenalkan masakan itu kepada teman-temannya dengan cita rasa yang sangat pedas, ketika mereka melakukan perjalanan lebih dari 200 mile.
Pada saat itu, teman-temannya mengatakan bahwa mereka bosan dengan selai kacang biasa yang dibawa sebagai perbekalan.
Untuk diketahui, pria yang dikenal sebagai bapak bom atom itu lahir pada 12 April 1904 dari pasangan Julius S. Oppenheimer dan Ella Friedman. Oppenheimer menempuh pendidikan di Universitas Harvard pada 1922.
Pria yang memiliki darah seni dari sang ibu itu memiliki keunggulan dalam sejumlah mata pelajaran, seperti fisika, kimia, bahasa Latin dan Yunani, menerbitkan puisi, dan belajar tentang filsafat. Lulus pada 1925, Oppenheimer menjadi seorang fisikawan, meskipun belajar kimia.
Keterlibatan sang profesor dengan proyek Manhattan terjadi setelah Oppenheimer menikah dengan seorang wanita bernama Katherine Peuning Harrison, yakni seorang mahasiswi yang disebut-sebut memiliki pemikiran radikal.
Mereka menikah pada November 1940 atau ketika Perang Dunia II baru berjalan sekitar 1 tahun. Dia disebut sangat semangat dalam keterlibatannya mengembangkan bom atom dengan mulai mencari proses pemisahan uranium - 235 dari uranium alam dan menentukan masa kritisnya.
Penelitiannya itu tidak dapat dilepaskan dari penelitian yang dilakukan oleh Nils Bohr, Lise, Meitner, dan Leo Szilard. Pada 1942, Oppenheimer diundang oleh angkatan darat yang mendapatkan tanggung jawab mengorganisir fisikawan Inggris dan Amerika Serikat untuk mencari cara memanfaatkan nuklir dengan nama proyek Manhattan.
Baca juga: Apa Itu Proyek Manhattan, yang melibatkan Oppenheimer?
Dia mendapatkan perintah untuk mendirikan dan menjalankan laboratorium untuk membuat bom atom. Berbagai fisikawan terbaik diajaknya sampai pada akhirnya dia disebut mengelola lebih dari 3.000 orang dan membuatnya mendapat julukan Bapak Bom Atom.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.