Toko buku Blooks (Sumber gambar: Dok pribadi Hikmat Darmawan)

Blooks, Berdiri Melawan Senja Kala Industri Toko Buku

25 July 2023   |   21:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Mesin ketik tua terpajang rapi di atas meja cokelat di toko buku Blooks, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ada secarik kertas putih masih kosong yang siap diisi oleh puisi-puisi manis. Pengunjung yang membeli buku di toko ini akan mendapatkan secarik puisi dan bisa dibacakan langsung oleh Hikmat Darmawan.

Hikmat adalah salah satu pemilik toko buku ini. Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu mendirikan toko buku ini bersama sejumlah kawannya, seperti Brilliant Yotenega, Kenyasentana, dan Steve Wirawan.

Baca juga: Nezar Patria Rilis Buku Sejarah Mati di Kampung Kami, Rekam Peristiwa Kelam Tsunami Aceh

Blooks, yang baru saja lahir pada 1 Juli 2023 itu memberikan secercah harapan di tengah tren negatif industri toko buku belakangan ini. Ketika beberapa toko buku besar di Tanah Air memutuskan tutup. Toko buku legendaris Gunung Agung, misalnya, menutup total seluruh gerainya pada 2023. Sebelumnya, Books & Beyond juga menutup gerainya di Indonesia. Ungkapan senja kala toko buku pun jadi diskusi hangat yang mengalur deras pada tahun ini.

Namun, Hikmat punya pandangan lain. Industri toko buku di dunia dipandangnya masih punya prospek cerah. Dia mencontohkan bahwa industri buku di Eropa dan Amerika masih bertumbuh dengan baik. Anggapan bahwa digital pelan-pelan menggerogoti toko buku fisik pun dianggapnya tak sepenuhnya benar.

Industri penerbitan digital memang masih merangkak naik. Namun, buku fisik juga masih mengalami kenaikan serupa. Dengan demikian, dirinya menyebut senja kala masih terlalu dini di industri ini.

Melansir dari Statista, pasar buku di Indonesia juga masih mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada 2023, nilainya diproyeksikan US$50.65 juta. Kemudian, pada 2026, nilainya naik menjadi US$72.14 juta
 

Toko buku Blooks (Sumber gambar: Dok pribadi Hikmat Darmawan)

Toko buku Blooks (Sumber gambar: Dok pribadi Hikmat Darmawan)

Oleh karena itu, dirinya masih memandang optimistis terhadap industri ini. Alasan ini pula yang membuatnya berani membuka toko buku independen. Selain itu, dia juga punya misi lain untuk menghadirkan toko buku yang berbeda. Sebuah mesin ketik tua yang siap menulis puisi adalah satu dari sekian cara spontan lain yang ditemukan Hikmat begitu saja. Ide ini menurutnya muncul sekilas, tetapi menjadi unik ketika diterapkan.

Strategi tersebut juga muncul bukan untuk gaya-gayaan atau asal beda saja. Akan tetapi, dengan cara-cara ini, Hikmat menyebut toko buku bisa menghidupkan interaksi, hal yang sudah seharusnya terjadi di setiap toko buku.

Dia juga sengaja mendekorasi toko buku minimalisnya menjadi ruangan yang senyaman mungkin. Ada sofa abu-abu di tengah ruangan, yang boleh diduduki siapa saja yang mau sejenak beristirahat, setelah menemukan buku favoritnya.

“Kami tidak ingin mengulang kesalahan bahwa toko buku tidak membangun suasana bukunya. Di luar negeri, toko buku itu begitu hidup dan nyaman. Ini yang ingin kami hadirkan,” jelasnya.

Blooks tak ingin menjadi toko buku yang sekadar berisi rak-rak kayu yang mati. Toko buku seperti itu diibaratkan Hikmat seperti toko ATK. Padahal, menurutnya, toko buku mesti bisa membangun suasana yang nyaman dan bisa hidup.

Selain langkah-langkah kecil itu, dirinya juga telah beberapa kali mengadakan diskusi yang berkaitan dengan buku di tokonya itu. Terkadang, ada juga komunitas tertentu yang datang dan berbincang bersama. Ke depan, akan ada workshop untuk berbagai hal. “Kegairahan itu harus dimunculkan dan dihidupkan,” ungkapnya.

Baca juga: Review Buku Nyanyian Sang Siren, Kisah Jurnalis Menguak Kasus Pembunuhan

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Ternyata, Bapak Bom Atom Oppenheimer Sangat Menyukai Nasi Goreng

BERIKUTNYA

Jumlah Penerbit Independen Makin Subur, Apa Faktornya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: