Ilustrasi musik heavy metal. (Sumber gambar : Unsplash/Dalton Smith)

Kata Dokter Soal David Ozora Terapi Musik Heavy Metal Pasca Koma

14 March 2023   |   09:54 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Serangkaian terapi sedang dijalankan Crystalino David Ozora untuk memulihkan kondisinya. Salah satu yang diberikan yakni terapi musik heavy metal. Hal tersebut disampaikan komponis Addie MS usai menjenguk anak dari petinggi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Jonathan Latumahina itu di RS Mayapada.

Addie sempat terkejut saat mengetahui David diberi terapi musik rok yang berkembang pada akhir 1960an di Inggris dan Amerika Serikat itu. Namun, setelah mendapat penjelasan dari Jonathan, David ternyata terbiasa mendengarkan musik tersebut sebagai pengantar tidur. 

“Tapi dibilang, David itu kondisi normal kalau tidur pakai headphone musik yang keras, kalau dicopot malah bangun. Jadi uniklah," ujar Addie, dikutip dari Nu Online, Selasa (14/3/2023).

Baca juga: Mengenal Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak yang Fatal

Mengenai musik heavy metal ini, Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD, dr. Setyo Widi Nugroho menjelaskan mendengarkan musik memang menjadi bagian dari terapi pasien pasca fase akut. “Rehabilitasi fisik tujuannya stimulasi sistem indra agar lebih aktif dan respon saraf menjadi lebih baik. Indra ada telinga, mata, kulit,” ujarnya saat ditemui Hypeabis.id di bilangan Kebon Sirih, Jakarta, Senin (13/3/2023). 
 

D

Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD, dr. Setyo Widi Nugroho

Memang, musik yang dipakai tidak spesifik. Semua disesuaikan terhadap kesukaan pasien. “Yang biasa didengarkan lebih cepat mengenali dan mengingat,” imbuhnya. 
 
Adapun dalam terapi pasien pasca fase akut seperti koma, kata Setyo paling utama yang diberikan yakni terapi pernapasan untuk mencegah terjadinya pneumonia atau peradangan paru. Terapi bisa dengan prosedur trakeostomi untuk memastikan jalur aliran napas memudahkan oksigen masuk. 

Kemudian rehabilitasi fisik agar seluruh organ vital pasien seperti otak yang menjadi pusat kontrol tubuh terangsang dan bisa menjalani fungsinya. Setyo yang juga bertugas di RSCM ini menambahkan biasanya pasien yang mengalami cedera berat berujung koma, harus menjalani 6 bulan perawatan. “Kalau pasien 2 minggu pertama mendapat kemajuan signifikan, arahnya cukup baik,” sebutnya.

Kendati demikian, dari beberaapa kasus pasien dengan cedera kepala berat terutama yang telah mendapatkan penanganan, ketika pulih akan mengalami disabilitas. “Seperti hidup, (tetapi) dia tidak bisa memahami lingkungan. Bisa makan, minum,  jantung berfungsi, (tetapi) dia hilang kontak dengan lingkungan. Dia tidak bisa merespon,” tutur Setyo.

Semenatara itu, paman David, Rustam Hatala mengabarkan kondisi keponakannya saat ini tengah memasuki fase emosional. David kerap meluapkan emosinya karena memori terakhirnya menggambarkan peristiwa penganiayaan pada 20 Februari 2023 lalu. "Dia seperti meronta, juga membuka mata tapi belum bisa mengenal sekitarnya," ungkapnya. 

Sebelumnya, ayah David sempat mengunggah kondisi anaknya di media sosial. Remaja yang masih terbaring lemah itu tampak kesakitan tetapi tampak marah. Jonathan pun meminta untuk anaknya bersabar menahan ledakan amarahnya. 

“Aku tahu kamu lagi marah, tetapi sudah cukup. Jangan marah-marah istigfar,” ucap Jonathan dalam sebuah postingan di Twitternya beberapa hari lalu.

Namun demikian, kemarin dia mengunggah kembali konisi David yang sudah tampak tenang. Wajahnya jauh lebih segar dari sebelumnya walaupun alat bantu pernapasan masih terpasang di hidung dan lehernya. 

Baca juga: Intip 5 Manfaat Musik Bagi Kesehatan Mental

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Wow, Snoop Dogg Bawa Kopi Indonesia Jadi Bisnis di Amerika Serikat

BERIKUTNYA

Mengenal White Day yang Jatuh Pada 14 Maret, Apa Bedanya dengan Valentine?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: