Menelisik Pencarian Abstrak Rendy Raka Pramudya dalam Medium Lukis
17 July 2023 |
12:16 WIB
1
Like
Like
Like
Bagi Raka Pramudya, melukis abstrak adalah bentuk ketidakpuasannya pada figur realis. Lewat abstrak, seniman kelahiran Jakarta itu menemukan kembali elan dalam mengekspresikan diri melalui medium kanvas. Sebuah karya visual yang tak bisa diangkat fotografi.
Namun, alih-alih menghadirkan tema visual laiknya karya aktualitas dari fenomena umum dalam karya seni rupa kontemporer. Rendy justru fokus terhadap entitas yang hadir di seberang, yakni noumena, atau kenyataan yang tidak bisa ditangkap oleh indrawi manusia.
Hal inilah sekiranya bentuk konklusi dari sang seniman dalam diskusi bertajuk Formalism Within Contemporaneity di CAN'S Gallery Jakarta. Sikap dan bentuk 'kredonya' itulah yang kemudian mewujud dalam lusinan karya yang dipacak di galeri kontemporer kawasan Jakarta Pusat itu hingga 27 Juli 2023.
Baca juga: CAN's Gallery Hadirkan Karya Terbaru Rendy Raka Pramudya dalam Pameran Imagining Noumena
Perupa jebolan dari jurusan Seni Rupa Lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sebelumnya memang berangkat dari figur realis. Namun, seiring waktu dia merasa karakter tersebut hanya meniru sebuah objek. "Saya mencoba melukis apa yang tidak bisa diangkat fotografi," katanya.
Dalam sejarahnya, seni rupa abstrak awalnya memang lahir dari respon terhadap gerakan kaum realis. Namun, di sisi lain, momen tersebut juga beriringan dengan respon perupa dalam menyikapi perubahan zaman pada akhir abad ke-19 terkait perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan hingga sekarang.
Pada karya Rendy misalnya, objek itu terekam dalam karya berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Bentuk Pergerakan 3 (Acrylic and Oil on Canvas). Dalam karya ini sang seniman menghadirkan objek-objek yang chaos dan acak. Namun, kepiawaiannya dalam dalam mengolah media justru berhasil membangun harmoni bentuk yang estetik.
Lukisan berdimensi 150 X 250 cm itu juga memiliki lapisan warna, permainan tekstur, tumpang-tindih transparansi, serta penjalinan bentuk yang hadir secara organis dan intuitif. Dari sinilah pengunjung seolah menikmati semesta bentuk di luar persepsi konkrit tentang objek di luar kognisi.
Objek lain juga dilihat dalam karya berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Wujud Perkembangan 5 (acrylic and oil on canvas, 120X200 cm). Dalam karya bertitimangsa 2023 ini Rendy mencampur berbagai warna pastel yang didominasi hitam dan biru dengan jalinan gelombang, sulur, hingga garis seperti jaring-laba-laba yang mengindikasikan gerak kepasrahan.
Sesuai tajuk pameran yang mengangkat tema noumena, Rendy pun seolah bermain-main mengisi kekosongan dari sesuatu yang diyakini ada, tapi tak mampu dibuktikan oleh indrawi manusia. Dari sinilah dia menghadirkan objek-objek yang abstrak, sehingga menjadi sebuah komposisi asing, rumit, tapi di sisi lain justru puitik.
"Karya Rendy ini bukan di level visual, penikmat karyanya mungkin baru paham setelah mengetahui latar belakang dan perjalanan sang seniman, sebab di dalamnya ada muatan representasi yang melampaui bahasa," papar kurator Ganjar Gumilar.
Dalam proses berkarya, Rendy mengaku juga banyak menekankan intuisi untuk menyusup ke kedalaman. Proses pengalaman yang beruntun inilah yang memandunya untuk terus melakukan penggalian dan pemampatan ke bagian diri yang terdalam. Namun, dia juga menyerahkan pembentukan objek tersebut pada alam.
Kurator independen Hermanto Soerjanto mengatakan, sebagian besar karya pelukis abstrak di Asia memang lebih banyak memberikan ruang pada kehendak alam dalam menyelesaikan sebuah lukisan. Hal ini berbeda dengan seniman Barat yang karyanya sepenuhnya berada dalam kontrol sang perupa.
"Kalau karya Rendy ini saya bisa mempresentasikannya sebagai feeling of nature, atau nuansa alam. Inilah yang membedakan antara [karya abstrak] seniman Asia dan Eropa," katanya.
Baca juga: Semesta Spekulatif Rendy Raka Pramudya dalam Pameran Imagining Noumena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Namun, alih-alih menghadirkan tema visual laiknya karya aktualitas dari fenomena umum dalam karya seni rupa kontemporer. Rendy justru fokus terhadap entitas yang hadir di seberang, yakni noumena, atau kenyataan yang tidak bisa ditangkap oleh indrawi manusia.
Hal inilah sekiranya bentuk konklusi dari sang seniman dalam diskusi bertajuk Formalism Within Contemporaneity di CAN'S Gallery Jakarta. Sikap dan bentuk 'kredonya' itulah yang kemudian mewujud dalam lusinan karya yang dipacak di galeri kontemporer kawasan Jakarta Pusat itu hingga 27 Juli 2023.
Baca juga: CAN's Gallery Hadirkan Karya Terbaru Rendy Raka Pramudya dalam Pameran Imagining Noumena
Perupa jebolan dari jurusan Seni Rupa Lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sebelumnya memang berangkat dari figur realis. Namun, seiring waktu dia merasa karakter tersebut hanya meniru sebuah objek. "Saya mencoba melukis apa yang tidak bisa diangkat fotografi," katanya.
Dalam sejarahnya, seni rupa abstrak awalnya memang lahir dari respon terhadap gerakan kaum realis. Namun, di sisi lain, momen tersebut juga beriringan dengan respon perupa dalam menyikapi perubahan zaman pada akhir abad ke-19 terkait perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan hingga sekarang.
Pada karya Rendy misalnya, objek itu terekam dalam karya berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Bentuk Pergerakan 3 (Acrylic and Oil on Canvas). Dalam karya ini sang seniman menghadirkan objek-objek yang chaos dan acak. Namun, kepiawaiannya dalam dalam mengolah media justru berhasil membangun harmoni bentuk yang estetik.
Lukisan berdimensi 150 X 250 cm itu juga memiliki lapisan warna, permainan tekstur, tumpang-tindih transparansi, serta penjalinan bentuk yang hadir secara organis dan intuitif. Dari sinilah pengunjung seolah menikmati semesta bentuk di luar persepsi konkrit tentang objek di luar kognisi.
Karya Rendy Berjudul Kehendak dalam Penciptaan: Wujud Perkembangan 5 (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)
Penyerahan Pada Alam
Sesuai tajuk pameran yang mengangkat tema noumena, Rendy pun seolah bermain-main mengisi kekosongan dari sesuatu yang diyakini ada, tapi tak mampu dibuktikan oleh indrawi manusia. Dari sinilah dia menghadirkan objek-objek yang abstrak, sehingga menjadi sebuah komposisi asing, rumit, tapi di sisi lain justru puitik."Karya Rendy ini bukan di level visual, penikmat karyanya mungkin baru paham setelah mengetahui latar belakang dan perjalanan sang seniman, sebab di dalamnya ada muatan representasi yang melampaui bahasa," papar kurator Ganjar Gumilar.
Dalam proses berkarya, Rendy mengaku juga banyak menekankan intuisi untuk menyusup ke kedalaman. Proses pengalaman yang beruntun inilah yang memandunya untuk terus melakukan penggalian dan pemampatan ke bagian diri yang terdalam. Namun, dia juga menyerahkan pembentukan objek tersebut pada alam.
Kurator independen Hermanto Soerjanto mengatakan, sebagian besar karya pelukis abstrak di Asia memang lebih banyak memberikan ruang pada kehendak alam dalam menyelesaikan sebuah lukisan. Hal ini berbeda dengan seniman Barat yang karyanya sepenuhnya berada dalam kontrol sang perupa.
"Kalau karya Rendy ini saya bisa mempresentasikannya sebagai feeling of nature, atau nuansa alam. Inilah yang membedakan antara [karya abstrak] seniman Asia dan Eropa," katanya.
Baca juga: Semesta Spekulatif Rendy Raka Pramudya dalam Pameran Imagining Noumena
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.