Review Film Korea Cart, PHK Massal yang Terinspirasi dari Kisah Nyata
17 July 2023 |
13:00 WIB
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada era pandem virus corona Covid-19, beberapa istilah dalam dunia pekerjaan marak bermunculan. Sebut saja kerja dari rumah atau work from home (WFH), kerja dari kantor alias work from office (WFO), dan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
PHK merujuk pada sebagian orang yang terpaksa diberhentikan dari pekerjaan mereka, imbas dari kondisi perekonomian perusahaan dan negara yang tidak stabil. Dalam konteks pandemi, juga terjadi resesi ekonomi di lingkup global. Namun, tahukah kamu, kasus pemberhentian hubungan kerja ini nyatanya sudah terjadi jauh hari sebelum era Covid-19.
Baca juga: Waspada Badai PHK, Siapkan 4 Hal Ini untuk Amankan Keuangan
Fenomena PHK massal sebelum era pandemi, digambarkan dalam film drama Korea Selatan berjudul Cart (2014), yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Film besutan sutradara Boo Ji-young ini menceritakan bagaimana ketegangan dan kerusuhan suasana yang timbul akibat aksi demonstrasi yang dilakukan para buruh karyawan kontrak di suatu supermarket, yang secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, terkena PHK secara massal pada 2007.
Film ini sempat meraih kepopularitasan pada 2014, karena menghadirkan salah satu anggota boy group EXO yakni DO sebagai salah satu pemain dalam film tersebut. Selain itu, DO EXO juga membawakan lagu official soundtrack dalam film ini yang berjudul Crying Out.
PHK merujuk pada sebagian orang yang terpaksa diberhentikan dari pekerjaan mereka, imbas dari kondisi perekonomian perusahaan dan negara yang tidak stabil. Dalam konteks pandemi, juga terjadi resesi ekonomi di lingkup global. Namun, tahukah kamu, kasus pemberhentian hubungan kerja ini nyatanya sudah terjadi jauh hari sebelum era Covid-19.
Baca juga: Waspada Badai PHK, Siapkan 4 Hal Ini untuk Amankan Keuangan
Fenomena PHK massal sebelum era pandemi, digambarkan dalam film drama Korea Selatan berjudul Cart (2014), yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Film besutan sutradara Boo Ji-young ini menceritakan bagaimana ketegangan dan kerusuhan suasana yang timbul akibat aksi demonstrasi yang dilakukan para buruh karyawan kontrak di suatu supermarket, yang secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, terkena PHK secara massal pada 2007.
Film ini sempat meraih kepopularitasan pada 2014, karena menghadirkan salah satu anggota boy group EXO yakni DO sebagai salah satu pemain dalam film tersebut. Selain itu, DO EXO juga membawakan lagu official soundtrack dalam film ini yang berjudul Crying Out.
Sinopsis
Cerita film ini dimulai dari Sun-hee (Yum Jung-ah) yang merupakan seorang ibu dengan dua anak. Dia bekerja sebagai karyawan kontrak selama 5 tahun di perusahaan supermarket retail besar.
Sun-hee juga memiliki teman sesama rekan karyawan kontraknya yakni Hye-Mi (Moon Jeong Hee) yang merupakan seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai kasir, dan Soon-Rye (Kim Young-Ae) seorang lansia yang bekerja sebagai petugas kebersihan.
Tokoh utama film itu kerap kali dijanjikan akan dipromosikan sebagai karyawan tetap, karena kinerjanya yang bagus selama 5 tahun. Ketika telah dijanjikan, Sun-hee sangat senang dan berharap dengan promosinya sebagai karyawan tetap tersebut, dia akan menafkahi lebih kedua anaknya.
Namun suatu hari, sebelum janji perusahaan terhadap Sun-hee terlaksana, bagian korporasi supermarket secara tiba-tiba memasang pengumuman bahwa para karyawan kontrak tidak lama lagi akan segera diputus hubungan kerjanya.
Menghadapi pemecatan yang tidak bijak itu, Sun-hee, Hye-mi, Soon-rye, dan seluruh karyawan kontrak lainnya membuat serikat buruh, dan mengadakan aksi demonstrasi dengan mogok kerja secara massal.
Sejak aksi mogok kerja yang mereka lakukan, serangkaian aksi protes semakin memanas. Terlebih ketika pihak korporasi mulai melakukan perlawanan dengan melibatkan pihak yang berwajib untuk menghentikan aksi mereka.
Namun, para demonstran tidak menyerah begitu saja, hari demi hari mereka terus melakukan protes dan menghadapi perlawanan yang besar dari pihak korporasi, demi membela hak mereka.
Sun-hee juga memiliki teman sesama rekan karyawan kontraknya yakni Hye-Mi (Moon Jeong Hee) yang merupakan seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai kasir, dan Soon-Rye (Kim Young-Ae) seorang lansia yang bekerja sebagai petugas kebersihan.
Tokoh utama film itu kerap kali dijanjikan akan dipromosikan sebagai karyawan tetap, karena kinerjanya yang bagus selama 5 tahun. Ketika telah dijanjikan, Sun-hee sangat senang dan berharap dengan promosinya sebagai karyawan tetap tersebut, dia akan menafkahi lebih kedua anaknya.
Namun suatu hari, sebelum janji perusahaan terhadap Sun-hee terlaksana, bagian korporasi supermarket secara tiba-tiba memasang pengumuman bahwa para karyawan kontrak tidak lama lagi akan segera diputus hubungan kerjanya.
Menghadapi pemecatan yang tidak bijak itu, Sun-hee, Hye-mi, Soon-rye, dan seluruh karyawan kontrak lainnya membuat serikat buruh, dan mengadakan aksi demonstrasi dengan mogok kerja secara massal.
Sejak aksi mogok kerja yang mereka lakukan, serangkaian aksi protes semakin memanas. Terlebih ketika pihak korporasi mulai melakukan perlawanan dengan melibatkan pihak yang berwajib untuk menghentikan aksi mereka.
Namun, para demonstran tidak menyerah begitu saja, hari demi hari mereka terus melakukan protes dan menghadapi perlawanan yang besar dari pihak korporasi, demi membela hak mereka.
Berdasarkan kisah nyata
Film ini, diangkat dari kasus PHK massal yang dilakukan oleh supermarket milik E-Land Group dari Korea Selatan pada 2007.
Saat itu perusahaan melakukan PHK massal terhadap para pekerja kontrak yang kebanyakan wanita, dan menggantinya dengan karyawan outsourcing. Hal tersebut dilakukan untuk beradaptasi dengan undang-undang baru yang mewajibkan karyawan diberi status pekerja tetap.
Setelah 512 hari aksi mogok dan protes dilakukan oleh para pekerja kontrak yang tergabung dalam serikat buruh, akhirnya para karyawan tersebut dapat dipekerjakan Kembali.
Baca juga: Setelah Gelombang PHK, Posisi Ini Paling Dicari Perusahaan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Saat itu perusahaan melakukan PHK massal terhadap para pekerja kontrak yang kebanyakan wanita, dan menggantinya dengan karyawan outsourcing. Hal tersebut dilakukan untuk beradaptasi dengan undang-undang baru yang mewajibkan karyawan diberi status pekerja tetap.
Setelah 512 hari aksi mogok dan protes dilakukan oleh para pekerja kontrak yang tergabung dalam serikat buruh, akhirnya para karyawan tersebut dapat dipekerjakan Kembali.
Baca juga: Setelah Gelombang PHK, Posisi Ini Paling Dicari Perusahaan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.