Perhatikan Parents, Begini Langkah Mendampingi Anak Beradaptasi di Sekolah Baru
16 July 2023 |
21:00 WIB
Tahun ajaran baru telah tiba. Beberapa siswa naik jenjang ke tingkat sekolah selanjutnya. Misalnya dari SD ke SMP atau SMP ke SMA. Bukan hanya siswa, orang tua pun wajib menyiapkan dan memperhatikan hal penting agar anak bisa beradaptasi dengan mulus di sekolah baru.
Orang tua memiliki peran penting dalam mendampingi anak di masa awal sekolah di tempat barunya. Anak tentu memerlukan usaha ekstra untuk beradaptasi dan berinteraksi di sekolah yang baru. Psikolog Anak Alia Mufida memaparkan tentang pentingnya peranan orang tua dalam mendampingi anak di masa awal sekolah.
Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anak Jadi Korban Bullying, Kalau Mereka Cerita Tolong Dengarkan Parents
Menurutnya, memahami aspek kematangan kognitif dan mental anak merupakan langkah pertama yang wajib dikuasai orang tua. Sebab, kebanyakan siswa yang berpindah jenjang, misal dari menginjak SMP dan SMA tengah berada di fase remaja. Di masa-masa ini, anak cukup dipenuhi tantangan dalam mengelola aspek emosional.
Porsi orang tua untuk terlibat sebagai pengambil keputusan akan semakin berkurang seiring dengan pertumbuhan usia dan kematangan anak. Namun perlu diingat, orang tua tetap memiliki peranan utama sebagai penasihat dan penimbang opsi bagi anak. Misalnya, orang tua bisa membantu memberikan pilihan terkait cara berinteraksi, pola belajar, hingga mengatasi tekanan di masa awal sekolah.
Akan tetapi kembali lagi, pengambilan keputusan akan tetap berada di tangan anak. “Pengalaman dan tantangan anak setiap berpindah jenjang sekolah akan berbeda. Maka orang tua perlu terbuka terhadap opsi-opsi anak dalam mengambil keputusan,” kata Alia.
Pada usia remaja, kematangan anak dalam pengambilan keputusan belum terlalu mumpuni. Namun, bukan berarti orang tua sepenuhnya menyetir kehidupan sekolah anak. Bagaimanapun juga, anak memiliki ruang-ruang khusus untuk bertumbuh melewati tekanan dan tantangan di masa awal sekolah.
Mengusahakan komunikasi dua arah melalui diskusi terbuka bisa menjadi alternatif orang tua mengerti kehidupan sekolah anak. “Membiasakan budaya diskusi akan membantu orang tua mendapatkan gambaran anak di sekolah. Orang tua juga bisa menjelaskan apa saja perubahan yang mungkin akan terjadi di awal masa sekolah supaya anak lebih cepat beradaptasi,” jelasnya.
Dalam beradaptasi di sekolah yang baru, orang tua juga bisa melihat dan memantau dunia sosial anak. Biasanya, anak kerap mengalami kebingungan untuk berinteraksi dengan orang-orang baru di masa awal sekolahnya.
Senada, Psikolog Firesta Farizal dari Mentari Anakku menyampaikan bahwa kebiasaan berbincang ini dapat menjadi kontrol orang tua untuk mengetahui kehidupan sosial anak di sekolah. “Membiasakan ngobrol misalnya cerita tentang pengalaman hari pertama sekolah apakah menyenangkan atau tidak, bagaimana teman-teman di sekolah, jika ada masalah dicari tahu solusinya bersama, dan sebagainya,” jelas Firesta.
Perbincangan seperti ini juga menjadi langkah preventif mencegah kasus bullying yang kian marak. Jika anak terbiasa transparan dengan orang tua, maka celah anak menutup diri dari keadaan tertekan dapat diminimalisir.
Selain itu, momen pindah jenjang sekolah bisa menjadi ajang orang tua melihat aspek kemandirian anak. Semakin dewasa, anak dapat menentukan apa saja bagian yang harus dikerjakan sendiri. Misalnya mengatur jadwal, berorganisasi, menyelesaikan masalah dengan keputusannya sendiri, dan sebagainya. Terpenting, orang tua harus tetap hadir mendampingi anak di tengah kemandiriannya tersebut baik sebagai pengingat atau penasehat.
Menjaga koneksi dengan membuka diskusi yang mendalam bisa menjadi cara terbaik untuk memahami situasi emosional anak. Koneksi semacam ini harus terjadi secara dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua dan anak harus sama-sama nyaman dalam memberi pendampingan dan mendapat pendampingan.
Jika anak berkeinginan untuk menceritakan tentang kegiatan di sekolah, ini merupakan tanda koneksi anak dan orang tua yang sehat. Membuat diskusi yang mendalam bisa membantu orang tua menemukan metode terbaik untuk mendampingi anak.
“Sehingga orang tua bisa mendampingi anak dengan baik, pun anak merasa aman didampingi orang tuanya. Didampingi bukan berarti dibantu. Didampingi artinya orang tua tahu kondisi anak dan anak tahu bahwa bantuan dari orang tua selalu terbuka apabila diperlukan," tutup Firesta.
Baca juga: Cara Tepat Mengenalkan Buku pada Anak, Enggak Perlu Dipaksa Baca
Editor: Dika Irawan
Orang tua memiliki peran penting dalam mendampingi anak di masa awal sekolah di tempat barunya. Anak tentu memerlukan usaha ekstra untuk beradaptasi dan berinteraksi di sekolah yang baru. Psikolog Anak Alia Mufida memaparkan tentang pentingnya peranan orang tua dalam mendampingi anak di masa awal sekolah.
Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anak Jadi Korban Bullying, Kalau Mereka Cerita Tolong Dengarkan Parents
Menurutnya, memahami aspek kematangan kognitif dan mental anak merupakan langkah pertama yang wajib dikuasai orang tua. Sebab, kebanyakan siswa yang berpindah jenjang, misal dari menginjak SMP dan SMA tengah berada di fase remaja. Di masa-masa ini, anak cukup dipenuhi tantangan dalam mengelola aspek emosional.
Porsi orang tua untuk terlibat sebagai pengambil keputusan akan semakin berkurang seiring dengan pertumbuhan usia dan kematangan anak. Namun perlu diingat, orang tua tetap memiliki peranan utama sebagai penasihat dan penimbang opsi bagi anak. Misalnya, orang tua bisa membantu memberikan pilihan terkait cara berinteraksi, pola belajar, hingga mengatasi tekanan di masa awal sekolah.
Akan tetapi kembali lagi, pengambilan keputusan akan tetap berada di tangan anak. “Pengalaman dan tantangan anak setiap berpindah jenjang sekolah akan berbeda. Maka orang tua perlu terbuka terhadap opsi-opsi anak dalam mengambil keputusan,” kata Alia.
Pada usia remaja, kematangan anak dalam pengambilan keputusan belum terlalu mumpuni. Namun, bukan berarti orang tua sepenuhnya menyetir kehidupan sekolah anak. Bagaimanapun juga, anak memiliki ruang-ruang khusus untuk bertumbuh melewati tekanan dan tantangan di masa awal sekolah.
Mengusahakan komunikasi dua arah melalui diskusi terbuka bisa menjadi alternatif orang tua mengerti kehidupan sekolah anak. “Membiasakan budaya diskusi akan membantu orang tua mendapatkan gambaran anak di sekolah. Orang tua juga bisa menjelaskan apa saja perubahan yang mungkin akan terjadi di awal masa sekolah supaya anak lebih cepat beradaptasi,” jelasnya.
Pentingnya Diskusi
Selain itu, berdiskusi juga bermanfaat untuk membiasakan anak dalam mengutarakan apa yang menjadi masalah dan kegalauan mereka di sekolah. Orang tua dapat berupaya memberikan gambaran pro dan kontra, menawarkan solusi, dan mengurai satu demi satu tekanan yang diterima anak saat awal sekolah. Sisanya, membiarkan anak mengambil porsinya dalam menentukan keputusan akan sangat berguna untuk proses kematangan aspek kognitif dan mental.Dalam beradaptasi di sekolah yang baru, orang tua juga bisa melihat dan memantau dunia sosial anak. Biasanya, anak kerap mengalami kebingungan untuk berinteraksi dengan orang-orang baru di masa awal sekolahnya.
Senada, Psikolog Firesta Farizal dari Mentari Anakku menyampaikan bahwa kebiasaan berbincang ini dapat menjadi kontrol orang tua untuk mengetahui kehidupan sosial anak di sekolah. “Membiasakan ngobrol misalnya cerita tentang pengalaman hari pertama sekolah apakah menyenangkan atau tidak, bagaimana teman-teman di sekolah, jika ada masalah dicari tahu solusinya bersama, dan sebagainya,” jelas Firesta.
Perbincangan seperti ini juga menjadi langkah preventif mencegah kasus bullying yang kian marak. Jika anak terbiasa transparan dengan orang tua, maka celah anak menutup diri dari keadaan tertekan dapat diminimalisir.
Selain itu, momen pindah jenjang sekolah bisa menjadi ajang orang tua melihat aspek kemandirian anak. Semakin dewasa, anak dapat menentukan apa saja bagian yang harus dikerjakan sendiri. Misalnya mengatur jadwal, berorganisasi, menyelesaikan masalah dengan keputusannya sendiri, dan sebagainya. Terpenting, orang tua harus tetap hadir mendampingi anak di tengah kemandiriannya tersebut baik sebagai pengingat atau penasehat.
Menjaga koneksi dengan membuka diskusi yang mendalam bisa menjadi cara terbaik untuk memahami situasi emosional anak. Koneksi semacam ini harus terjadi secara dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua dan anak harus sama-sama nyaman dalam memberi pendampingan dan mendapat pendampingan.
Jika anak berkeinginan untuk menceritakan tentang kegiatan di sekolah, ini merupakan tanda koneksi anak dan orang tua yang sehat. Membuat diskusi yang mendalam bisa membantu orang tua menemukan metode terbaik untuk mendampingi anak.
“Sehingga orang tua bisa mendampingi anak dengan baik, pun anak merasa aman didampingi orang tuanya. Didampingi bukan berarti dibantu. Didampingi artinya orang tua tahu kondisi anak dan anak tahu bahwa bantuan dari orang tua selalu terbuka apabila diperlukan," tutup Firesta.
Baca juga: Cara Tepat Mengenalkan Buku pada Anak, Enggak Perlu Dipaksa Baca
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.